MEDIA ONLINE RESMI MAJELIS WAKIL CABANG (WCNU)NU KECAMATAN CIPAYUNG KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

Senin, 15 Februari 2021

KAJIAN TENTANG PERBEDAAN PENAMAAN NAMA SURAT DALAM AL-QUR'AN

Artikel ini sebagai bentuk jawaban dari sebuah pertanyaan seorang jama'ah yang memiliki dua Al-Qur'an yang berbeda penyebutan nama suratnya, yaitu surat yang ke-40 dimana disebutkan sebagai surat Al-Mu'min dan dalam Al-Qur'an yang satunya disebutkan surat Ghafir. 

Surah Al-Mu'min المؤمن, ('orang yang beriman'‎) adalah surah ke-40 dalam Al-Qur'an. Surah ini terdiri atas 85 ayat, termasuk golongan surah-surah Makkiyah. Surah ini diturunkan setelah surah Az-Zumar dan memiliki 3 nama yaitu Al-Mu'min, Ghafir (غافر), dan At-Tawl (الطول).

Surah ini memiliki 3 nama. Nama yang sering digunakan adalah Al-Mu'min. Sedangkan 2 nama lainnya adalah Ghafir dan At-Tawl atau Zit Tawl. Ketiga nama surah ini merupakan nama resmi dan memiliki kaitan dengan surah ini.

Nama Al-Mu'min diperoleh dari hadits Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : منْ قَرَأَ (حم) الْمُؤْمِنَ إِلَى (إِلَيْهِ الْمَصِيرُ) وَآيَةَ الْكُرْسِيِّ حِينَ يُصْبِحُ، حُفِظَ بِهِمَا حَتَّى يُمْسِيَ. وَمَنْ قَرَأَهُمَا حِينَ يُمْسِي، حُفِظَ بِهِمَا حَتَّى يُصْبِحَ. (رواه الترمذي)

"Barangsiapa membaca surah Haamim Al-Mu’min sampai ayat ilaihil mashir (إليه المصير,) dan baca ayat kursi ketika pagi hari, maka ia akan terlindungi sampai sore harinya. Dan barang siapa membacanya pada sore hari, maka ia akan terlindungi sampai pagi harinya." (HR. At-Tirmidzi)

Diebut juga sebagai surah Ha Mim Al-Mu'min dengan diawali huruf Ha Mim. Hal ini digunakan untuk membedakannya dengan surah lain yang dimulai dengan ayat Mutasyabihat Ha Mim. Nama surat ini tersebar di dalam mushaf yang beredar di Al Masyriq (daerah Iraq, Suriah, Palestina dll). Alasan surat ini dinamakan surat *Hamiim Al Mu’min* dikarenakan dalam surat ini disebutkan kisah seorang mu’min dari keluarga Fir’aun dan kisah ini tidak disebutkan di dalam surat-surat lain secara jelas.

Selain itu, kata Al-Mu'min yang berarti "Laki-Laki Yang Beriman" merujuk pada kisah seorang laki-laki beriman yang terdapat dalam ayat 28 surah ini. Ia merupakan pengikut Fir'aun dan seorang Qibti. Namun, ia menyembunyikan keimanannya. Hingga suatu hari ia menerima dakwah Musa dan membelanya. Orang ini dijelaskan Al-Quran sebagai orang yang membela dakwah. 

Ada beberapa pendapat mengenai siapa nama orang ini. Dalam Tafsir Ibnu Katsir, ia adalah "Habib". (Al-Mawardi. Kitab An-Nakt wal 'Uyun. Jilid 5, hal 152).

Imam At-Tabari berpendapat bahwa ia adalah "Khair". Sedangkan Ibnu Abbas berpendapat bahwa ia adalah "Hazbil" atau "Hazfil". Dan ada juga yang menyebutnya "Syam'an" (Kitab At-Ta'rif wal i'lam. hal. 131 dan 151).

Surat ini juga dinamakan surat *Al Ghafir* karena di awal surat menyebutkan tentang sifat Allah Ta’ala, Ghaafirudz dzunuub ( Dzat yang mengampuni dosa-dosa). Nama ini tersebar di dalam mushaf yang beredar di Al Maghrib (sekitar Maroko). Kata Ghafir diambil dari ayat ke-3 surah ini yang di dalamnya terdapat kata Ghafir. Kata Ghafir juga merupakan salah satu nama Allah yang artinya "Mengampuni". Sedangkan nama At-Tawl juga diambil dari ayat ke-3 dari kata Zit Tawl yang terdapat di akhir ayat. At-Tawl memiliki arti "Mempunyai Karunia Yang Tidak Putus."

*Asal Muasal Nama Surat*

Secara etimologi, surat ini berasal dari kata (السور) atau (السؤر) yang berarti sisa minuman dalam suatu bejana. Dengan pengertian seperti ini, maka surat Al-Qur’an berarti sebagian kecil dari Al-Qur’an. 

Sedangkan secara termenologi, surat adalah sebuah jumlah ayat-ayat Al-Qur’an yang terdiri atas awal dan akhir surat. Sedikitnya dalam satu surat adalah tiga ayat. Senada dengan definisi di atas, Imam Zarkasyi berkata,  

قرأن يشتمل على آي ذوات فاتحة وخاتمة وأقلها ثلاث أيات

“Al-Qur’an yang mencakup atas beberapa ayat teridiri atas awal surat dan akhir surat paling sedikit tiga ayat, sebagaimana yang terdapat dalam surat al-Kautsar.” 

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (1) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (2) إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ (3) ـ 

Untuk banyaknya jumlah surat dalam Al-Qur’an, jumhur ulama menyatakan ada 14 surat. Pendapat ini sesuai dengan jumlah surat yang ada dalam mushaf saat ini. Ada pendapat lain menyatakan bahwa surat-surta dalam Al-Qur’an adalah 13 surat, karena surat al-Anfal dan al-Taubah dianggap satu. 

Disamping itu, para ulama mengelompokkan surat-surat Al-Qur’an ke dalam empat kelompok: 

Pertama, Ath-Thiwâl (الطوال) atau surat-surat Al-Qur’an yang panjang. Yang masuk ke dalam kelompok ini ada tujuh surat, yang dikenal dengan sebutan ath-thiwâl as-sab‘ (السبع الطوال). Ketujuh surat-surai yang panjang itu adalah sebagai berikut: (1) al-Baqarah, (2) Ali Imran, (3) al-Nisa, (4) al-Maidah, (5) al-An’am, (6) al-A’raf, (7) Yunus. Pendapat ini diutarakan oleh Said bin Jubair bin Hisyam. 

Sebagian pendapat yang lain menyatakan bahwa surat yang ke tujuh itu bukan surat Yunus tapi surat al-Anfal-al-Taubah karena kedua surat tersebut tidak dipisah oleh kalimat basmalah. 

Kedua, Al-Mi’ûn (المئون) yaitu surat-surat Al-Qur’an yang terdiri atas seratus ayat atau lebih. Surat yang termasuk 100 ayat ini dimulai dari akhir surat (السبع الطوال) sampai akhir Surat al-Sajadah. 

Ketiga, Al-Matsanî (المثاني) yaitu surat-surat Al-Qur’an yang jumlah ayatnya kurang dari 100 ayat. Surat-surat yang tergolong al-matsanî ini adalah dari awal Surat al-Ahzab sampai awal sUrat Qaf. 

Keempat, Al-Mufashshal (المفصل) yaitu surat-surat Al-Qur’an yang pendek-pendek, yang terdapat di bagian akhir-akhir Al-Qur’an. Surat ini dikelompokkan dalam tiga kelompok: 

Pertama, Al-Mufashshaal Thiwâl (طوال المفصل), yang tergolong kelompok ini adalah surat al-Hujarat sampai al-Buruj.  

Kedua, Al-Mufashshaal Ausâth (أوساط المفصل), yang tergolong kelompok ini adalah al-Thariq sampai al-Bayyinah,  

Ketiga, Al-Mufashshaal Qishâr (قصار المفصل), yang tergolong kelompok ini adalah Surat al-Zalzalah sampai akhir Al-Qur’an. 

*Penamaan Surat Al-Qur’an* 

Ulama berbeda pendapat tentang penamaan Al-Qur’an, apakah ia termasuk tauqifî, yakni sesuai petunjuk dari Nabi atas penamaan itu, atau taufiqî, yaitu hasil ijtihad sahabat? 

Jumhur ulama menyatakan bahwa seluruh nama-nama surat adalah tauqifî, artinya sesuai atas petunjuk dan perintah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Pendapat ini dikuatkan dengan beberapa dalil hadits,

Dari Abu Mas'ud Al-Badzri ra dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 

وعن أَبي مسعودٍ البدْرِيِّ عن النبيِّ ﷺ قَالَ: منْ قَرَأَ بالآيتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورةِ البقَرةِ فِي لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ متفقٌ عَلَيْهِ.

"Barangsiapa yang membaca dua ayat dari akhir surat al-Baqarah pada malam hari, maka ia akan dicukupkan." (HR. Muttafaq 'Alaih) 

Dari Abu Umamah Al-Bahili ra dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 

اقْرَءُوا الزَّهْرَاوَيْنِ: الْبَقَرَةَ وَسُورَةَ آلِ عِمْرَانَ فَإِنَّهُمَا تَأْتِيَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُمَا غَمَامَتَانِ، أَوْ كَأَنَّهُمَا غَيَايَتَانِ، أَوْ كَأَنَّهُمَا فِرْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافَّ تُحَـاجَّـانِ عَنْ أَصْحَابِهِمَا

"Bacalah al-Zahrawain (Dua bunga) yaitu surah al-Baqarah dan surah Ali Imran, pada hari kiamat nanti keduanya akan datang seolah-olah dua gumpalan awan, atau seperti dua bayang-bayang, atau seperti dua gerombol burung-burung yang berbaris yang akan membela para “sahabatnya”. (HR. Muslim)

Dari Abu Darda' ra dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 

مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْف عُصِمَ مِنْ الدَّجَّالِ

“Barangsiapa yang hafal sepuluh ayat di awal Surat al-Kahfi, maka akan terjaga dari (fitnah) dajjal.” (HR. Muslim, Ahmad dan Abu Daud)

Hadits-hadits di atas mengindikasikan bahwa Nabi yang memberi nama-nama surat dalam Al-Qur’an. 

Sementara itu, sebagian ulama menyatakan bahwa penamaan surat ini dilakukan atas dasar ijtihad para sahabat dan tabi’in. Hal ini didasarkan pada penamaan yang disematkan Imam Sufyan bin Uyainah terhadap surat al-Fatihah. Imam Sufyan memberi nama surat al-Fatihah dengan nama surat al-Wafîah (sempurna), sebab dalam surat al-Fatihah mencakup seluruh makna yang terkandung dalam Al-Qur’an. 

Imam al-Tsa’labî memberi alasan lain tentang penamaan di atas, yaitu bahwa Surat al-Fatihah ini tidak menerima tanshif (setengah-setengah). Sebab setiap surat Al-Qur’an apabila dibaca dalam shalat, boleh dibaca separuh di rakaat pertama, kemudian dilanjutkan separuhnya di rakaat kedua, berbeda dengan al-Fatihah, ia tidak bisa dibaca kecuali harus dibaca secara utuh dan lengkap. 

Dalam hal ini, baik Imam Sufyan maupun al-Tsa’labî memberi nama pada surat al-Fatihah sesuai makna yang terkandung dalam surat al-Fatihah, tanpa berdasarkan pada petunjuk Nabi.  

Perlu diketahui bahwa ada sejumlah surat yang tidak hanya memiliki satu nama saja, termasuk di antaranya adalah Surat al-Fatihah. Surat ini memiliki banyak nama, ada yang sesuai petunjuk Nabi (tauqifî), ada yang sesuai ijtihad sahabat atau tabi’in (taufiqî). 

Nama-nama Surat al-Fatihah, yang sesuai dengan petunjuk Nabi adalah sebagai berikut: 1. Ummul Qur’an 2. Fatihah al-Kitab 3. Al-Sab’u al-Matsanî. 

Ketiga nama-nama di atas sesuai dengan sabda Nabi,  

عن  أبي هريرة، عن النبي أنه قال: هي أم القرأن، وهي الفاتحة، وهي السبع المثاني

“Surat al-Fatihah itu adalah ummul Qur’an, al-Fatihah, dan al-Sab’u al-Matsanî.” (HR. Bukhari)

Adapun nama-nama atas ijtihad sahabat atau tabi’in beserta alasan penamaannya adalah sebagai berikut: 

1. Al-Wafîah, karena mencakup seluruh makna yang terkandung dalam Al-Qur’an 

2. Al-Kafîah, karena bacaan al-Fatihah mencukupi dalam shalat, sedangkan yang surat yang tidak bisa menggantikan al-Fatihah, 

3. Al-Munajah, karena seorang hamba bermunajat kepada Tuhannya dengan ucapan: (إياك نعبد وإياك نستعين)  

4. Al-Du’a, karena mencakup unsur doa, (اهدنا الصراط المستقيم), 

5. Al-Tafwîd, karena mengandung unsur kepasrahan dan ketulusan beribadah kepada-Nya dengan ucapan: (إياك نعبد وإياك نستعين). 

Bahkan dalam Kitab Tafsir Hasyiah As-Shawi 'Ala Tafsir Jalalain disebutkan bahwa surat Al-Fatihah memiliki 20 nama.

Dengan demikian, penamaan surat-surat dalam Al-Qur’an secara umum adalah tauqifî, sesuai petunjuk Nabi. Namun sebagian nama-nama itu ada yang ijtihad sahabat atau para tabi’in karena melihat pada kandungan makna yang terdapat surat itu. Wallahu a’lam.

Demikian Asimun Ibnu Mas'ud  menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar