MEDIA ONLINE RESMI MAJELIS WAKIL CABANG (WCNU)NU KECAMATAN CIPAYUNG KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

Jumat, 11 Oktober 2024

KAJIAN TENTANG KISAH NABI MUHAMMAD SAW BELAJAR ILMU NAHWU KEPADA HABIB ALI AL-HABSYI



Dalam sebuah video ada kisah yang disampaikan bahwa konon katanya Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, Sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu dan putranya Hasan bin Ali radhiyallahu 'anhu selalu menghadiri kajian ilmu nahwu yang diajarkan oleh Habib Ali Al-Habsyi ketika beliau tengah membuka majelis ilmu di masjid Hanbal, di tanah Hadhramaut. 

Di tempat itu, beliau memiliki banyak murid, karena banyak yang menyukai cara penyampaiannya. 

Para muridnya senantiasa mendengarkan majelis yang ia gelar dengan duduk tenang seraya menyandarkan badan mereka pada tiang-tiang yang ada di dalam masjid.

Suatu ketika, salah satu dari muridnya tersebut merasa sangat mengantuk, lalu datanglah sekelompok orang yang menarik perhatiannya. 

Mereka berjumlah tiga orang, wajah-wajah mereka bagaikan rembulan. Yang berada di depan adalah pemimpin mereka.

Karena keterpanaannya, Habib Ali membiarkan orang pertama dan kedua lewat begitu saja. 

Beliau pun segera menggenggam ujung pakaian yang dikenakan oleh orang yang terakhir kali melewatinya.

Habib Ali bertanya padanya, “Siapakah kalian bertiga?”

“Orang yang pertama melewatimu tadi adalah Nabi Muhammad saw. dan orang yang setelahnya adalah Ali bin Abi Tholib.”

“Lalu, siapakah dirimu?”

“Saya adalah Hasan bin Ali.”

Habib Ali pun bertanya lagi, “Ke mana kalian ingin pergi?”

“Kami datang untuk menghadiri suatu majelis yang diampu oleh Habib Ali.”

Ketika mendengar pernyataan Hasan bin Ali tersebut, Habib Ali pun berkata, “Selama Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam menghadiri majelisku, aku tak pernah memperhatikannya.” Demikian kira-kira kisah yang disampaikan dalam video. 

Namun ternyata kisah yang sebenarnya yang dijelaskan dalam sebuah kitab Fuyudhat Al-Bahr Al-Mali karya Thaha bin Hasan Assegaf Ba'alawi hal.162-163 adalah sebagai berikut, 

وقال أيضاً : رأى الأخ حسن بن أحمد العيدروس سيدنا علي بن أبي طالب رضي الله عنه يقول له : كل العلوم كلها اجتمعت في علم النحو ، وعلم النحو مرجعه إلى الفاعل والمفعول .

وأنا كنت مولعاً بعلم النحو كثيراً ، ولا أبتدىء التدريس كل يوم بعد صلاة الصبح إلا في علم النحو ، حتى قامت عندي الأشياء ، وقلت : كل يوم أبتدىء من الصبح قام زيد جاء زيد ، وكان بعض المحبين(۱) جالساً في الدرس في مسجد حنبل متكئاً بسارية وأخذته سنة فإذا هو بثلاثة أقمار ، وجوههم كالأقمار ، متقدمهم أكبرهم قال : فمر عَلَيَّ الأول والثاني ، وقبضت بذيل الأخير ، وقلت له : من أنتم ؟ فقال لي : الأول هو النبي صلى الله عليه وآله وسلم ، والثاني : علي بن أبي طالب ، فقلت له : وأنته من ؟ فقال : أنا الحسن بن علي ، فقلت له : تريدون إلى أين ؟ فقال : جينا نحضر مدرس الولد علي ، فلما قصها عَلَيَّ .. قلت : من يوم النبي صلى الله عليه وآله وسلم يحضر درسي في النحو معاد بانبالي

_________

(۱) هو الشيخ طيب بن احمد بابهير ، الجد الثاني للعم أحمد بن علوي الحبشي لأمه .

"Dan dia juga berkata, Melihat saudara Hasan bin Ahmad Alaydrus, Sayyidina Ali bin Abi Talib radhiyallahu 'anhu berkata kepadanya, "Semua ilmu berkumpul dalam ilmu nahwu, dan ilmu nahwu merujuk kepada fa'il (subjek) dan maf'ul (objek)."

Saya (Al-Habib Ali bin Al-Habib Muhammad bin Al-Husain bin Abdullah Al-Habsyi) sangat menyukai ilmu nahwu, dan saya tidak memulai pengajaran setiap hari setelah shalat subuh kecuali dalam ilmu nahwu, hingga segala sesuatu menjadi jelas bagi saya. Saya berkata: "Setiap hari saya mulai dari pagi, Qama Zaidun (Zaid berdiri), Ja'a Zaidun (Zaid datang)." Dan ada seorang dari muhibbin/(pecinta habib Ali Al-Habsyi)(1) yang duduk di kelas di masjid Hanbal bersandar pada tiang dan terlelap. Tiba-tiba, dia melihat tiga bulan, wajah mereka bagaikan bulan. Pemimpin mereka adalah yang tertua, lalu yang pertama dan kedua lewat, dan saya memegang ujung baju yang terakhir dan bertanya, "Siapa kalian?" Dia menjawab: "Yang pertama adalah Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang kedua adalah Ali bin Abi Talib." Saya (muhibbin) bertanya, "Dan kamu siapa?" Dia menjawab, "Saya Hasan bin Ali." Saya bertanya lagi, "Kalian mau pergi kemana?" Dia menjawab, "Kami datang untuk menghadiri pengajaran anak, Ali (Habib Ali Al-Habsyi dzurriyah Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, pent)." Ketika dia menceritakannya kepada saya, saya berkata, "Sejak di hari Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam, beliau hadir dalam pelajaran saya tentang ilmu nahwu, maka tidak ada yang lebih utama bagiku." (Fuyudhat Al-Bahr Al-Mali hal.162-163)

_________

(1) Dia adalah Sheikh Thayyib bin Ahmad Babahir, kakek kedua dari paman Ahmad bin Alawi Al-Habsyi dari pihak ibunya. 

Kisah yang mencengangkan ini diperoleh salah satu murid Habib Ali Al-Habsyi dalam alam tidak sadarnya karena lagi tertidur saat tersandar di tiang masjid Hanbal. Anehnya kisah-kisah seperti ini banyak dimuat di dalam kitab karya Habaib/Ba'alawi boleh dipercaya boleh tidak terserah pembaca yang budiman saja.

Demikian halnya dijelaskan pula dalam kitab tersebut di halaman 160 sebagai berikut,

ويذكر الحبيب علي عن أيامه الأولى في مسجد حنبل فيقول : أيام أنا في مسجد حنبل الذين يحضرون مدرسنا نحو أربع مئة نفر ، وفي ( مجموع كلامه ) قال : ولما سمع مؤذن مسجد حنبل للعشاء .. ذكر وقت إقامته بمسجد حنبل و محلته بجواره ، فقال رضي الله عنه : مضت لي ثلاثون سنة في هذه البقعة في مسجد حنبل ، يظلي ويبيت مسجد حنبل حي بالذكر والتلاوة والمذاكرة العلمية

وجيراني كانوا في هذه المحلة إلا أهل أسباب ، ولكنهم كلهم صلحاء ،لهم قدم في الأعمال الصالحة ، وتلاوة القرآن ، وقيام آخر الليل كان صاحب هذا الدار عبد الله بن زين باسلامة (۱) رجل صالح عابد ورع ، باشر الأسباب بورع حاجز ، كان يطيب الجفل (۳) بيده ، ويخرج الغش منه ،وكان له قدم في قضاء حاجة المحتاج ، وإنظار المعسر

، وكان يحب الصالحين ويحبونه ، ومحضرته - منزله - هذه ، كم من عارف جلس فيها ، وكم من قطب جلس فيها ؟! وكم من ولي جلس فيها ، مثل الحبيب عبد الله بن حسين بن طاهر وإخوانه وأولاده، والحبيب حسن بن صالح البحر ، وكثير من أهل الله

__________

(۱) عبد الله بن زین با سلامه (۱۲۱۱ / ۱۲۸۰ هـ ) ترجم له في ( تاريخ الشعراء ) ( ۳/ ۲۱۳ ) ، ولد بسيؤون سنة ( ١٢١١هـ ) ، وتوفى بها سنة ( ۱۲۸۰ هـ ) من ذوي السيرة للحميدة ، والصلاح والنسك والتقوى ، له اتصال كبير بالعلماء والأولياء ، منهم : الحبيب حسن بن صالح البحر ، والحبيب عبد الله بن حسين بن طاهر ، والحبيب محسن بن علوى السقاف ، وغيرهم ، وقد أثنى عليه الحبيب علي كما هو مذكور أعلاه، وله يد فى الإصلاح والمساعي الحميدة ، في استفرار الأمن ، والوقوف ضد الظلمة ، وحصلت بينه وبين المذكورين رسائل ومكاتبات

(۲) الجفل : البن للقهوة داخل الحبوب ، ويُخرج قشره

"Dan Al-Habib Ali menyebutkan tentang hari-harinya yang pertama di Masjid Hanbal, ia berkata, "Pada masa saya di Masjid Hanbal, yang hadir di pengajian kami sekitar empat ratus orang. Dalam Majmu' Kalamuh (kumpulan ucapannya) ia mengatakan, "Ketika muadzin Masjid Hanbal mengumandangkan adzan untuk shalat Isya', ia menyebutkan waktu pelaksanaannya di Masjid Hanbal dan tempatnya di sebelahnya. Ia berkata, 'Saya telah menghabiskan tiga puluh tahun di tempat ini di Masjid Hanbal, di mana Masjid Hanbal selalu hidup dengan dzikir, tilawah, dan diskusi ilmiah.'

Tetangga saya di kawasan ini hanyalah orang-orang yang baik, tetapi semua mereka adalah orang-orang shalih, yang memiliki langkah dalam amal-amal baik, tilawah Al-Qur'an, dan bangun di akhir malam. Pemilik rumah ini adalah Abdullah bin Zain Basalamah, seorang yang shalih, ahli ibadah, dan wara'. Sebab ia menjalani wara' dengan penuh kehati-hatian. Ia membersihkan jafal (biji-bijian kopi) dengan tangannya dan mengeluarkan kulitnya, serta memiliki peran dalam memenuhi kebutuhan orang yang membutuhkan dan memberi waktu kepada orang yang kesulitan. Ia mencintai orang-orang shalih dan mereka juga mencintainya. Rumahnya ini telah menjadi tempat berkumpul bagi banyak orang yang berilmu, dan berapa banyak pemimpin spiritual yang pernah duduk di sini?! Dan berapa banyak wali yang pernah duduk di sini, seperti Al-Habib Abdullah bin Husein bin Thahir dan saudara-saudaranya serta anak-anaknya, Al-Habib Hasan bin Shalih Al-Bahr, dan banyak dari kalangan ahlullah (keluarga Allah yaitu orang-orang yang membaca firman-firman Allah)." (Fuyudhat Al-Bahr Al-Mali hal.160)

___________

(1) Abdullah bin Zain Basalamah  (1211-1280 H) dicatat dalam Tarikh Asy-Syu'ara (Sejarah Penyair) (3/213), lahir di Sai'un pada tahun (1211 H) dan meninggal di sana pada tahun (1280 H). Ia memiliki akhlak yang baik, shalih, serta tekun dan bertakwa. Ia memiliki hubungan yang besar dengan para ulama dan wali, di antaranya: Al-Habib Hasan bin Shalih Al-Bahr, Al-Habib Abdullah bin Husein bin Thahir, Al-Habib Muhsin bin Alawi Assegaf, dan lainnya. Al-Habib Ali memujinya seperti yang disebutkan diatas, dan ia memiliki peran dalam perbaikan (ekonomi) dan usaha-usaha yang baik, dalam menjaga keamanan dan melawan kezaliman. Ia juga memiliki korespondensi dan surat menyurat dengan orang-orang yang disebutkan.

(2) Jafal: adalah biji kopi yang terdapat dalam biji-bijian, dan mengeluarkan kulitnya. 

Dalam kisah inipun terdapat kejanggalan terkait penyebutan para nama wali dari kalangan Habaib dalam kisah-kisah kehebatan dan keramat para wali Habaib dalam kitab karya kalangan mereka sendiri Ba'alawi. Wallahu a'lam bis-Shawab 

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Rabu, 02 Oktober 2024

KAJIAN TENTANG BAHAYA MEMPELAJARI KITAB-KITAB KHURAFAT KARAMAH PARA WALI

Secara bahasa, Al-Khurafat berarti “cerita bohong”, “dongeng”, dan “takhayul” atau suatu hal yang tidak masuk akal. Secara terminologis, semua kepercayaan, keyakinan, atau kegiatan yang tidak memiliki dasar dan atau tidak bersumber dari ajaran agama tetapi diyakini sebagai yang berasal dan memiliki dasar dari agama disebut khurafat.

Dalam sebuah hadits dari 'Aisyah Radhiyallahu 'anha, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengenai makna khurafat terkait pertanyaan salah satu istri beliau terkait kisah khurafat, kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bertanya balik sekaligus menjelaskan,

اتدرون ما خرافة, إن خرافة كان رجلا من عذرة أسراته الجن فى الجاهلية, فمكث فيه دهرا طويلا, ثم ردوه الى الانس, فكان يحدث الناس بما رأى فيهم من الاعاجيب, فكان الناس حديث خرافة

"Apakah kalian tahu apa itu khurafat? khurafat adalah seorang laki-laki dari Udzrah yang ditawan oleh para jin di masa jahiliyyah, ia tinggal bersama mereka dalam jangka waktu sekian lama, kemudian para jin tersebut mengembalikannya kepada wujud manusia, lalu khurafat bercerita kepada orang-orang tentang hal-hal yang mengherankan yang ia lihat di alam jin, hingga akhirnya orang-orang berkata, cerita khurafat." (HR. Ahmad no.24085 Kutub At-Tis'ah)

Dr. Ghalib bin Ali 'Awaji mendefinisikan khurafat adalah,

الخرافة هي الاعتقاد بما لاينفع ولايضر ولايلتئم من المنطق الساليم والوقيع الصحيح

"Khurafat adalah keyakinan tentang sesuatu yang sebenarnya tidak bermanfaat dan tidak berbahaya, tidak sesuai dengan akal yang sehat dan realita yang ada." (Madzahib Al-Fikriyah Al-Mu'aahirah hal.1186)

Bukan rahasia umum bahwa akhir-akhir ini penyampaian dari kalangan habaib cerita khurafat beredar luas dan viral menjadi perbincangan di medsos maupun dunia nyata, dan setelah penulis telusuri ternyata kisah-kisah khurafat tersebut terdapat di kitab-kitab karya habaib. Menjadi catatan bahwa kisah khurafat yang dianggap sebagai karamah para wali ini berasal dari kalangan habaib yaman. Diantara kitab-kitab yang menjelaskan karamah wali yang mengandung kisah khurafat semisal Jami' Karamah Al-Auliya', Syarh Al-Ainiyah, Tadzkar An-Naas, As-Sanatir, An-Nahr Al-Maurud min Bahr Al-Fadhl wa Al-Karam wa Al-Jud dan lainnya.

Kali ini saya akan menyampaikan kisah khurafat terkait kotoran manusia yang berubah menjadi emas permata sebagaimana yang terdapat dalam kitab karya Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas Kitab Tadzkar An-Naas  hal.48 sebagai berikut,

في آداب دخول الخلاء وما تعلق بها

وقال رضى الله عنه بلغنا أن السيد حاتم الأهدل كان حريصا على مجلس الاخوان في الله ويشق عليه فراقهم ، وكان له مملوك أمره أن يجلس بالباب ، فإذا أراد أحد من إخوانه قضاء الحاجة والخلاء نظر إلى ذلك العبد فينتقل الحدث إليه فيروح العبد إلى الخلاء وينوب عنه . 

ووقع للحبيب هادون إبن هود بن على بن حسن العطاس ، أنه لما زار المدينة المشرفة بات ليلة بالحرم ، فتحركت عليه بطنه ؛ وذهب ليخرج فوجد الأبواب مقفلة ، فراح إلى ناحية في أخريات الحرم ، ووضع الخارج في ثوبه ، فلما كان الصباح ذهب إلى خارج المدينة ليرميه ، فإذا هو ذهب يتلألأ

Tentang adab-adab memasuki toilet dan hal-hal yang terkait dengannya.

Dan dia (syeikh) radhiyallahu 'anhu berkata, kami mendengar bahwa tuan Hatim Al-Ahdal sangat menginginkan suatu majelis persaudaraan di jalan Allah dan merasa berat berpisah dengan mereka. Ia memiliki seorang budak yang diperintahkan untuk duduk di pintu. Jika salah satu saudaranya ingin buang air atau ke toilet, ia melihat budak itu, maka peristiwa itu berpindah kepadanya, dan hamba itu pergi ke toilet dan mewakilinya untuk buang air (menggantikannya)."

Terdapat pula kisah dari Al-Habib Hadun bin Hud bin Ali bin Hasan Al-Attas, bahwa ketika ia mengunjungi Madinah Al-Musyarrafah (kota yang terhormat), ia bermalam di Masjid. Perutnya terasa tidak nyaman; ia pergi keluar dan mendapati pintu-pintu (masjid) tertutup. Ia pun pergi ke sudut belakang masjid dan mengeluarkan kotorannya ke dalam pakaiannya. Ketika pagi tiba, ia pergi keluar kota untuk membuang (kotoran)nya dan ternyata ia pergi dengan membawa emas yang berkilau. (Kitab Tadzkar An-Naas kitab karya Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas hal.48)

Syahdan, sungguh kisah di luar nalar sehat dan kisah diatas jelas khurafatnya, manalah mungkin seseorang bisa mewakili buang hajat orang lain, dan mana mungkin kotoran manusia yang najis berubah menjadi emas permata. 

Singkatnya, jika sebuah kisah tidak merujuk pada dalil syar'i dan tidak masuk akal seperti ini haruskah dipercaya, dan layakkah kisah-kisah konyol khurafat kelas dewa harus disampaikan dan dipelajari kitabnya? Wallahu a'lam bis-Shawab 

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Kamis, 26 September 2024

EDISI KHUTBAH JUM'AT (Agama itu Memudahkan Bukan Memberatkan)

*Khutbah Pertama*

اَلحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ نَزَّلَ عَلَيْنَا الْفُرْقَانَ وَأَنْعَمَ عَلَيْنَا الْعِرْفَانَ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى خَيْرِ الْإِنْسَانِ مُبَيِّنًا عَلَى رِسَالَةِ الرَّحْمَنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ الْمَحْبُوْبِيْنَ جَمِيْعًا. اَشْهَدُ اَنْ لَآاِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَبِهِ وَ كَفَرَ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَاِئِقَ وَالْبَشَرِ. ‎اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَسَلَّمُ تَسْلِيْمًا كَثِيْراً

أَمَّا بَعْدُ فَيَاعِبَادَ اللهِ اِتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. وَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَمَنْ يَّتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا، ويَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَايَحْتَسِبُ

*Jama'ah shalat jum'at rahimakumullah*

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda,

إنَ الدِّينَ يُسْرٌ ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلاَّ غَلَبَهُ ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا ، وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَىْءٍ مِنَ الدُّلْجَةِ  (رواه البخاري)

"Sesungguhnya agama itu mudah, dan tidak ada seorang pun yang mempersulit agama kecuali dia akan kalah (tak mampu), maka bersikap luruslah, mendekatlah pada kesempurnaan, dan bergembiralah. Serta mintalah pertolongan dengan beribadah di pagi hari, sore hari, dan sebagian dari waktu malam." (HR. Bukhari)

Terkait beragama itu harus memudahkan sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah marah terhadap imam yang memanjangkan bacaan shalatnya sebagaimana riwayat berikut,

وعن أبي مسعود عقبة بن عمرو البدري رضي الله عنه قال: (جاء رجل إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقال: إني لأتأخر عن صلاة الصبح من أجل فلان مما يطيل بنا .فما رأيت النبي صلى الله عليه وسلم غضب في موعظة قط أشد مما غضب يومئذ، فقال: يا أيها الناس! إن منكم منفرين، فأيكم أم الناس فليوجز؛ فإن من ورائه الكبير والصغير وذا الحاجة).

“Dari Abu Mas'ud yaitu 'Uqbah bin 'Amr al-Badri ra, berkata, ‘Ada seorang lelaki datang kepada Nabi ﷺ, lalu berkata, ‘Sesungguhnya saya pasti tidak ikut shalat subuh berjamaah karena si Fulan itu, karena ia memanjangkan bacaan suratnya untuk kita.’ Maka saya (Abu Mas'ud) sama sekali tidak pernah melihat Nabi ﷺ marah dalam nasihatnya lebih daripada marahnya pada hari itu.” “Beliau ﷺ bersabda, ‘Hai sekalian manusia, sesungguhnya di antara engkau semua ada orang-orang yang menyebabkan orang lain lari. Maka siapa saja di antara kalian yang menjadi imam shalat untuk orang banyak, hendaklah ia mempersingkat bacaannya, sebab sesungguhnya di belakangnya itu ada orang yang sudah tua, anak kecil, dan ada pula orang yang segera hendak mengurus keperluannya.’" (HR. Muttafaq 'alaih)

*Jama'ah shalat jum'at rahimakumullah*

Demikian halnya Rasullulah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menegur Mu'adz bin Jabar radhiyallahu ‘anhu,

عن جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ مُعَاذَ بْنَ جَبَلٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ كَانَ يُصَلِّي مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ يَأْتِي قَوْمَهُ فَيُصَلِّي بِهِمْ الصَّلَاةَ فَقَرَأَ بِهِمْ الْبَقَرَةَ قَالَ فَتَجَوَّزَ رَجُلٌ فَصَلَّى صَلَاةً خَفِيفَةً فَبَلَغَ ذَلِكَ مُعَاذًا فَقَالَ إِنَّهُ مُنَافِقٌ فَبَلَغَ ذَلِكَ الرَّجُلَ فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا قَوْمٌ نَعْمَلُ بِأَيْدِينَا وَنَسْقِي بِنَوَاضِحِنَا وَإِنَّ مُعَاذًا صَلَّى بِنَا الْبَارِحَةَ فَقَرَأَ الْبَقَرَةَ فَتَجَوَّزْتُ فَزَعَمَ أَنِّي مُنَافِقٌ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا مُعَاذُ أَفَتَّانٌ أَنْتَ ثَلَاثًا اقْرَأْ وَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا وَسَبِّحْ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى وَنَحْوَهَا

Dari Jabir bin Abdullah bahwa Mu'adz bin Jabal radhiallahu 'anhu pernah salat (di belakang) Rasulullah ﷺ, kemudian dia kembali ke kaumnya untuk mengimami shalat bersama mereka dengan membaca surah Al-Baqarah, Jabir melanjutkan, "Maka seorang laki-laki pun keluar (dari shaf) lalu ia salat dengan shalat yang agak ringan, ternyata hal itu sampai kepada Mu'adz, ia pun berkata, "Sesungguhnya dia adalah seorang munafik." Ketika ucapan Mu'adz sampai ke laki-laki tersebut, laki-laki itu langsung mendatangi Nabi ﷺ sambil berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami adalah kaum yang memiliki pekerjaan untuk menyiram ladang, sementara semalam Mu'adz shalat mengimami kami dengan membaca surah Al-Baqarah, hingga saya keluar dari shaf, lalu dia mengiraku seorang munafik." Maka Nabi ﷺ bersabda, "Wahai Mu'adz, apakah kamu hendak membuat fitnah." -Beliau mengucapkannya hingga tiga kali- bacalah Was syamsi wadluhaaha dan wasabbih bismirabbikal a'la atau yang serupa dengannya." (HR. Bukhari no.5641)

*Jama'ah shalat jum'at rahimakumullah*

Oleh karenanya, dalam mengajak kebaikan hendaklah dengan cara yg memudahkan dan bukan menyulitkan sehingga jasadnya diharamkan masuk api neraka sebagaimana riwayat berikut,

ﻋَﻦِ ﺍﺑْﻦِ ﻣَﺴْﻌُﻮﺩٍ، ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ،ﻗَﺎﻝَ : ﺃَﻻَ ﺃُﺧْﺒِﺮُﻛُﻢْ ﺑِﻤَﻦْ ﺗُﺤَﺮَّﻡُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﻨَّﺎﺭُ؟ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ : ﺑَﻠَﻰ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ، ﻗَﺎﻝَ : ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﻫَﻴِّﻦٍ، ﻟَﻴِّﻦٍ، ﻗَﺮِﻳﺐٍ، ﺳَﻬْﻞٍ

“Maukah kalian aku tunjukkan orang yg haram (tersentuh api) neraka?” tanya Rasulullah.

Para sahabat berkata:

“Iya,Wahai Rasulallah!”

Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab: “(Haram tersentuh api neraka) orang yg hayyin, layyin, qorib, dan sahl” (HR Imam At-Tirmidzi dan Imam Ibnu Hiban).

*Jama'ah shalat jum'at rahimakumullah*

1. Hayyin

Ialah orang yang memiliki ketenangan dan keteduhan lahir maupun batin. Tidak labil dan gampang marah, penuh pertimbangan. Tidak mudah memaki, melaknat, serta teduh jiwanya.

2. Layyin

Adalah orang yang lembut dan santun, baik dalam bertutur-kata atau berbuat. Tidak kasar, tidak semaunya sendiri . Tidak galak, tidak suka memarahi orang yang berbeda pendapat dengannya. Tidak suka melakukan pemaksaan pendapat. Lemah lembut dan selalu menginginkan kebaikan untuk sesama manusia.

3. Qorib

Yaitu pribadi yang akrab, ramah diajak bicara, menyenangkan diajak bicara. Biasanya murah senyum jika bertemu.

4. Sahl

Mereka tidak mempersulit sesuatu. Selalu ada solusi bagi setiap permasalahan. Tidak suka berbelit-belit, tidak menyusahkan orang lain.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ.

*Khutbah kedua*

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ، اَشْهَدُ اَنْ لَآاِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَبِهِ وَ كَفَرَ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَاِئِقَ وَالْبَشَرِ. ‎اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَسَلَّمُ تَسْلِيْمًا كَثِيْراً۰

اَمَّابَعْدُ  فَيَاعِبَادَ ﷲ... اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَاتَّقُوْا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرٍ  إِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ مِنْ جِنِّهِ وَإِنْسِهِ، فَقَالَ قَوْلًا كَرِيْمًا:  ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠّٰﻪَ ﻭَﻣَﻼَﺋِﻜَﺘَﻪُ ﻳُﺼَﻠُّﻮْﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ، ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬﺎَ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺀَﺍﻣَﻨُﻮْﺍ ﺻَﻠُّﻮْﺍ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠِّﻤُﻮْﺍ ﺗَﺴْﻠِﻴْﻤًﺎ. ‎اَللّٰهُمَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰسَيِّدِنَا ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁله وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْن ‎اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْن وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْنَا وَأَصْلِحْ أَحْوَالَنَا، وَأَصْلِحْ مَنْ فِي صَلَاحِهِمْ صَلَاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، وَأْهْلِكْ مَنْ فِي هَلَاكِهِمْ صَلاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، ‎اَللّٰهُمَّ وَحِّدْ صُفُوْفَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَارْزُقْنَا وَإِيَّاهُمْ زِيَادَةَ التَّقْوَى وَالْإِيْمَانِ،  ‎اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ  ‎اَللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Kamis, 12 September 2024

INILAH KITAB YANG MENGISAHKAN KAROMAH WALI ABDULLAH BIN ALAWI BIN AL-USTADZ AL-A'ZHAM

Beberapa hari yang lalu saya memposting sebuah penggalan video dari WAG dimana terlihat Habib Ahmad bin Ali Assegaf menyampaikan (terlihat beliau membaca kitab) bahwa ada seorang yang meninggal dunia ketika ditanya oleh malaikat (Munkar Nakir), "Man Robbuka (siapa tuhanmu), dia menjawab, "Habibi Abdullah (kekasihku adalah Abdullah)." Dan ketika ditanya malaikat, "Wa Man Nabiyuka (dan siapa nabimu)," dia menjawab, "Habibi Abdullah (kekasihku adalah Abdullah)."

Dari sanalah saya terobsesi mencari rujukan kitab apa kira-kira yang menyampaikan kisah aneh bin ajaib tersebut. Syahdan, akhirnya saya dapatkan kitab Jami' Karamat Al-Auliya' karya Syeikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani  juz 2 hal.244-245 terdapat kisah yang mirip dengan apa disampaikan Habib Ahmad bin Ali Assegaf sebagaimana dalam video tersebut meskipun redaksinya sedikit berbeda sebagaimana berikut,

(عبد الله بن علوى ابن الأستاذ الأعظم) 

إمام العلماء العاملين وقدوة الأولياء العارفين ، وهو شيخ الشريعة والحقيقة ، وشيخ مشايخ الطريقة و من كراماته : أنه أنكر على رجل بمكة المشرفة شرب الخمر ، فقال له :رجل خياط أستعين بذلك على صنعتى ، فقال : إن أغناك الله عن ذلك تعاهدني على أن لا تعود لشربه ؟ فقال نعم ، فدعا رضى الله عنه ربه أن يتوب عليه وأن يغنيه عنه فتاب وحسنت توبته وأغناه الله ، وعاهده ثلاث ليال لئلا ينقض توبته ، رأى السيد عبد الله المذكور كأن قائلا يقول : احفروا لفلان في محل كذا مد البصر ، ومن صلى عليه غفر له ، فاستيقظ وسأل عنه فإذا هو قد مات فصلى عليه .

ومنها : أن رجلا أنشد أبياتا تتعلق بالبعث والحساب ، فتواجد صاحب الترجمة وخر مغشيا عليه ، فلما أفاق قال للرجل : أعد الأبيات ، فقال الرجل : بشرط تضمن لى الجنة ، فقال : ليس ذلك إلى ولكن اطلب ماشئت من المال, فقال الرجل : ما أريد إلا الجنة وإن حصل لنا شيء ما كرهنا فدعا له بالجنة ، فحسنت حالة الرجل وانتقل إلى رحمة الله ، وشيعه السيد عبد الله المذكور وحضر دفنه ، وجلس عند قبره ساعة فتغير وجهه ثم ضحك واستبشر ، فسئل عن ذلك

فقال : إن الرجل لما سأله الملكان عن ربه قال : شيخي عبد الله باعلوى ، فتعبت لذلك ، فسألاه أيضا فأجاب بذلك ، فقالا : مرحبا بك وبشيخك عبد الله باعلوى. قال بعضهم : هكذا ينبغي أن يكون الشيخ يحفظ مريده حتى بعد موته .

(Abdullah bin Alawi bin Al-Ustadz Al-A'zham) 

Adalah Imam para ulama yang beramal dan teladan para wali. Ia adalah guru syariat dan hakikat, serta guru dari para syaikh tarekat. Di antara karamatnya adalah ketika ia menegur seorang pria di Mekkah yang sedang minum khamar. Pria itu berkata, "Saya adalah seorang tukang jahit yang mengandalkan itu untuk pekerjaan saya." Abdullah bertanya, "Jika Allah memberikanmu kecukupan, maukah engkau berjanji untuk tidak kembali meminum khamar?" Pria itu menjawab, "Ya." Maka Abdullah berdoa kepada Allah agar pria tersebut bertaubat dan diberikan kecukupan, dan Allah mengabulkan doanya. Pria tersebut bertaubat dengan baik, dan Abdullah mengikat janji selama tiga malam agar taubatnya tidak terputus.

(Suatu ketika), Abdullah melihat seolah-olah ada yang berkata, "Galilah (kubur) untuk si fulan di tempat yang terlihat, dan barang siapa yang menshalatkan atasnya, akan diampuni." Ia terbangun dan menanyakan tentang orang itu, dan ternyata ia telah meninggal, lalu Abdullah menshalatkan atasnya.

Di lain waktu, seorang pria melantunkan syair tentang kebangkitan dan perhitungan amal, sehingga Abdullah merasa terharu dan pingsan. Ketika ia sadar, ia meminta pria itu untuk mengulangi syairnya. Pria itu menjawab, "Dengan syarat engkau menjamin saya surga." Abdullah menjawab, "Itu bukan urusanku, tetapi mintalah apa pun yang kau inginkan dari harta." Pria itu berkata, "Saya tidak ingin selain surga, dan jika kami mendapatkan sesuatu, kami tidak keberatan." Abdullah mendoakan pria itu agar mendapatkan surga. Keadaan pria itu membaik dan ia pun berpulang kepada rahmat Allah. Abdullah mengantarkan jenazahnya dan hadir dalam pemakamannya. Ia duduk di dekat kuburnya sejenak, wajahnya berubah, lalu ia tertawa dan bersuka cita. Ketika ditanya tentang itu, ia berkata, "Ketika malaikat bertanya kepada pria itu tentang Tuhannya, ia menjawab, 'Guru saya Abdullah Alawi,' dan saya merasa lelah karena itu. Mereka bertanya lagi, dan ia menjawab dengan hal yang sama, lalu mereka berkata, 'Selamat datang kepadamu dan gurumu Abdullah Alawi.'" Sebagian orang berkata, "Begitulah seharusnya seorang guru menjaga muridnya bahkan setelah ia meninggal." (Jami' Karamat Al-Auliya' karya Syeikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani  juz 2 hal.244-245). Wallahu a'lam bis-Shawab 🙏 

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Rabu, 04 September 2024

KISAH CUCU NABI PALSU "ZAINAB AL-KADZDZAB" DI MASA KHALIFAH AL-MUTAWAKKIL (822-861)

Dalam beberapa kitab diantaranya Bihar Al-Anwar Syeikh Muhammad Baqir Al-Majlisi cet. Ihya' Al-Kutub Al-Islamiyah juz 50 hal. 149-150 memuat kisah tentang "Zainab Al-Kadzdzab" yang mengaku cucu Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan untuk membuktikan kebenaran Zainab sebagai cucu nabi ada beberapa cucu Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam di masa pemerintahan Al-Mutawakkil ternyata aman dan selamat dari singa-singa ganas sebagaimana dijelaskan sebagai berikut,

روي أن أبا هاشم الجعفري قال: ظهرت في أيام المتوكل امرأة تدعي أنها زينب بنت فاطمة بنت رسول الله صلى الله عليه وآله فقال المتوكل: أنت امرأة شابة وقد مضى من وقت رسول الله صلى الله عليه وآله ما مضى من السنين، فقالت: إن رسول - الله صلى الله عليه وآله مسح علي وسأل الله أن يرد علي شبابي في كل أربعين سنة، ولم أظهر للناس إلى هذه الغاية فلحقتني الحاجة فصرت إليهم.

فدعا المتوكل مشايخ آل أبي طالب وولد العباس وقريش وعرفهم حالها فروى جماعة وفاة زينب في سنة كذا، فقال لها: ما تقولين في هذه الرواية؟

فقالت: كذب وزور، فان أمري كان مستورا عن الناس فلم يعرف لي حياة ولا موت، فقال لهم المتوكل: هل عندكم حجة على هذه المرأة غير هذه الرواية؟ فقالوا: لا، فقال: هو برئ من العباس إن لا أنزلها عما ادعت إلا بحجة.

قالوا: فأحضر ابن الرضا عليه السلام فلعل عنده شيئا من الحجة غير ما عندنا فبعث إليه فحضر فأخبره بخبر المرأة فقال: كذبت فان زينب توفيت في سنة كذا في شهر كذا في يوم كذا قال: فان هؤلاء قد رووا مثل هذه وقد حلفت أن لا أنزلها إلا بحجة تلزمها.

قال: ولا عليك فههنا حجة تلزمها وتلزم غيرها، قال: وما هي؟ قال: لحوم بني فاطمة محرمة على السباع فأنزلها إلى السباع فان كانت من ولد فاطمة فلا تضرها فقال لها: ما تقولين؟ قالت: إنه يريد قتلي قال: فههنا جماعة من ولد الحسن والحسين عليهما السلام فأنزل من شئت منهم، قال: فوالله لقد تغيرت وجوه الجميع فقال بعض المبغضين: هو يحيل على غيره لم لا يكون هو؟.

فمال المتوكل إلى ذلك رجاء أن يذهب من غير أن يكون له في أمره صنع فقال: يا أبا الحسن لم لا تكون أنت ذلك؟ قال: ذاك إليك قال: فافعل! قال:

أفعل فاتي بسلم وفتح عن السباع وكانت ستة من الأسد فنزل أبو الحسن إليها فلما دخل وجلس صارت الأسود إليه فرمت بأنفسها بين يديه، ومدت بأيديها، ووضعت رؤوسها بين يديه فجعل يمسح على رأس كل واحد منها، ثم يشير إليه بيده إلى الاعتزال فتعتزل ناحية حتى اعتزلت كلها وأقامت بإزائه.

فقال له الوزير: ما هذا صوابا فبادر باخراجه من هناك، قبل أن ينتشر خبره فقال له: يا أبا الحسن ما أردنا بك سوءا وإنما أردنا أن نكون على يقين مما قلت فأحب أن تصعد، فقام وصار إلى السلم وهي حوله تتمسح بثيابه.

فلما وضع رجله على أول درجة التفت إليها وأشار بيده أن ترجع، فرجعت وصعد فقال: كل من زعم أنه من ولد فاطمة فليجلس في ذلك المجلس، فقال لها المتوكل: انزلي، قالت: الله الله ادعيت الباطل، وأنا بنت فلان حملني الضر على ما قلت، قال المتوكل: ألقوها إلى السباع فاستوهبتها والدته

Diceritakan bahwa Abu Hashim Al-Ja'fari berkata: "Pada zaman Al-Mutawakkil, muncul seorang wanita yang mengaku sebagai Zainab binti Fatimah, cucu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Al-Mutawakkil berkata: 'Engkau adalah seorang wanita muda, dan telah berlalu dari zaman Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berapa tahun.' Wanita itu menjawab: 'Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengusapiku dan memohon kepada Allah agar menjaga kehidupan mudaku setiap empat puluh tahun, dan aku tidak memperlihatkan diriku kepada orang-orang sampai saat ini, tetapi karena kebutuhan mendesak, maka aku harus bertemu dengan mereka.' Al-Mutawakkil memanggil para *masyayikh* dari keluarga Abu Thalib dan keturunan Abbas, serta suku Quraisy, dan menginformasikan kepada mereka tentang keadaannya. Kemudian, dia meminta mereka untuk menyampaikan kabar kematian Zainab pada tahun tersebut. Dia bertanya: 'Apa pendapatmu tentang laporan ini?' Wanita itu menjawab: 'Itu adalah kebohongan dan pemalsuan. Jika urusanku disembunyikan dari orang-orang, maka mereka tidak mengetahui tentang hidupku atau kematiannya.' Al-Mutawakkil berkata kepada mereka: 'Apakah kalian memiliki bukti lain tentang wanita ini selain laporan ini?' Mereka menjawab: 'Tidak.' Dia berkata: 'Dia dibebaskan dari tuduhan Abbas kecuali jika ada bukti lain.'

Mereka berkata: 'Panggil Ibnu Ar-Ridha (Alaihis Salam), mungkin dia memiliki bukti yang tidak kami miliki.' Mereka mengirim pesan kepadanya, dan dia datang. Mereka memberitahunya tentang wanita tersebut. Ibnu Ar-Ridha (Alaihis Salam) berkata: 'Dia berbohong. Zainab meninggal pada tahun ini, pada bulan ini, pada hari ini.' Dia berkata: 'Orang-orang ini telah memberikan laporan semacam ini, dan aku bersumpah bahwa aku tidak akan menjatuhkan hukuman kepadanya kecuali dengan bukti yang lebih kuat.'

Dia berkata: "Tidak apa-apa, karena di sini ada alasan yang mengikatnya dan mengikat orang lain." Dia bertanya: "Apa itu?" Dia menjawab: "Daging dari keturunan Fatimah fadhiyallaha 'anha diharamkan bagi binatang-binatang buas, jadi turunkan dia kepada binatang-binatang buas. Jika dia adalah dari keturunan Fatimah, dia tidak akan dirugikan." Dia berkata kepadanya: "Apa yang kamu katakan?" Dia menjawab: "Dia ingin membunuhku." Dia berkata: "Di sini ada kelompok dari keturunan Al-Hasan dan Al-Husain (Alaihimas Salam), jadi turunkan salah satu dari mereka yang kamu sukai." Dia berkata: "Demi Allah, wajah mereka semua berubah." Beberapa orang yang bermusuhan berkata: "Dia mengalihkan masalah kepada orang lain, mengapa dia tidak menghadapinya sendiri?"

Al-Mutawakkil beralih ke harapan bahwa masalah akan diselesaikan tanpa intervensi darinya, dan dia berkata: "Wahai Abu Al-Hasan, mengapa kamu tidak menjadi orang itu?" Dia berkata: "Itu urusanmu." Dia berkata: "Lakukanlah!" Dia berkata: "Aku akan melakukannya." Dia kemudian datang dengan damai dan membuka pintu bagi binatang-binatang buas. Ada enam singa di sana. Abu Al-Hasan turun ke arah mereka. Ketika dia masuk dan duduk, singa-singa itu datang kepadanya, berbaring di depannya, menyilangkan tangan mereka di depannya, dan menempatkan kepala mereka di depannya. Dia mulai mengelus kepala masing-masing dari mereka, kemudian dia menunjukkan kepadanya untuk pergi, dan mereka pergi satu per satu sampai semuanya pergi dan berdiri di sampingnya.

Menteri berkata kepadanya: "Ini tidak benar, jadi keluarkanlah dia dari sana sebelum berita ini menyebar." Dia berkata kepadanya: "Wahai Abu Al-Hasan, kami tidak bermaksud mencelamu, kami hanya ingin yakin dengan apa yang telah kamu katakan, jadi lebih baik kamu naik." Dia bangkit dan mulai naik, sementara binatang-binatang buas menggosok-gosokkan diri pada pakaiannya.

Ketika dia meletakkan kakinya di tangga pertama, dia memalingkan wajahnya dan menunjuk kepadanya untuk kembali. Dia kembali dan naik lagi. Dia berkata: "Setiap orang yang mengklaim bahwa dia dari keturunan Fatimah, biarkan dia duduk di majlis itu." Al-Mutawakkil berkata kepadanya: "Turunlah." Dia berkata: "Astaghfirullah, kamu menyebut saya dengan dusta, saya adalah putri fulan, kamu telah membebaniku dengan tuduhan palsu." Al-Mutawakkil berkata: "Lepaskanlah dia kepada binatang-binatang buas." Dia kemudian diambil oleh ibunya." (Bihar Al-Anwar Syeikh Muhammad Baqir Al-Majlisi cet. Ihya' Al-Kutub Al-Islamiyah juz 50 hal. 149-150). 

Kesimpulannya, bagi siapapun yang mengaku keturunan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak perlu repot-repot apalagi sampai dituntut untuk tes DNA guna membuktikan kebenaran kepada semua orang, cukup dengan mampu tidaknya menjinakkan binatang buas sebagaimana kisah di masa khalifah Al-Mutawakkil yang dicatat dalam sejarah oleh para ulama. Wallahu a'lam bis-Shawab 🙏 

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menjelaskan semoga bermanfaat. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Senin, 02 September 2024

KAJIAN TENTANG NAMA AHMAD BIN ISA BIN ZAID ADALAH AHMAD (AL-MUKHTAFI) BIN ISA (AN-NAQIB) BIN ZAID (ASY-SYAHID)

Bismillah, sebagai usaha menyampaikan pemahaman sebagaimana yang telah diuraikan oleh para ulama sejarah ahli nasab terkait kesalahpahaman tentang nama-nama yang menjadi pangkal gejolak pernasaban dewasa ini adalah Ubaidillah bin Ahmad bin Isa. Siapakah Ahmad bin Isa itu?

Ada dua nama Ahmad bin Isa yaitu:

1. Ahmad bin Isa bin Zaid 

Ulama menjelaskan nama ini berikut nama gelarnya yaitu Ahmad (Al-Mukhtafi) bin Isa (An-Naqib) bin Zaid (Asy-Syahid) 

2. Ahmad bin Isa bin Muhammad

Ulama menjelaskan nama ini berikut nama gelarnya yaitu Ahmad (Al-Muhajir) bin Isa (Ar-Rumi) bin Muhammad (Al-Faqih Muqaddam).

Dalam Kitab Muntaha Al-Amal fi Tawarikh An-Nabi wa Aali, karya Syeikh Abbas Al-Qumi dijelaskan bahwa Ahmad Al-Mukhtafi adalah salah satu anak dari Isa bin Zaid, ibarotnya sebagai berikut,

عقب عيسى بن زيد من أربعة أولاد:

1-احمد المختفي 2- زيد 3- محمد 4- الحسين الغضارة ، و الحسين المذكور هو جدّ عليّ بن زيد بن الحسين الذي خرج في ايّام المهتدي باللّه و بايعه جمع من عوام الكوفة و أعرابها، فارسل المهتدي شاه بن ميكال لحربه في جيش عرمرم فلمّا سمع جيش عليّ بالخبر خافوا لانّ عددهم كان حوالي مائتي فارس ؛ فلمّا رأى عليّ خوف أصحابه و دهشتهم قال لهم : أيها الناس انّ القوم لم يريدوا أحدا سواي و انّي رفعت بيعتي عنكم فاذهبوا لشأنكم و دعوني و اياهم، فقالوا : لا و اللّه لا نفعل هذا أبدا.

"Anak-anak Isa bin Zaid ada empat:

1. Ahmad Al-Mukhtafi

2. Zaid

3. Muhammad

4. Al-Husein Al-Ghadharah. 

Al-Husein yang disebutkan adalah kakek dari Ali bin Zaid bin Al-Husein yang muncul pada masa Al-Muhtadi Billah dan dibaiat oleh sekelompok orang biasa dari Kufah dan suku-sukunya. Maka Al-Muhtadi mengirim Shah bin Mikal untuk memeranginya dengan pasukan besar. Ketika pasukan Ali mendengar berita itu, mereka merasa takut karena jumlah mereka sekitar dua ratus kesatria. Ketika Ali melihat ketakutan dan kebingungan para sahabatnya, ia berkata kepada mereka: 'Wahai manusia, mereka tidak menginginkan siapa pun kecuali saya, dan saya telah membebaskan baiat saya dari kalian, maka pergilah untuk urusan kalian dan biarkan saya dengan mereka.' Mereka menjawab: 'Tidak, demi Allah, kami tidak akan melakukan itu selamanya.' (Muntaha Al-Amal fi Tawarikh An-Nabi wa Aal karya Syeikh Abbas Al-Qumi juz 2 hal.83)

Di dalam kitab Al-A'laam juz 1 hal. 191 karya Syaikh Khairuddin Az-Zirkili disebutkan,

أحمد بن عيسى

(١٥٧ - ٢٤٧ هـ = ٧٧٣ - ٨٦١ م )

أحمد بن عيسى بن زيد بن علي ، أبو

عبد الله الحسيني العلوي الطالبي : من زعماء الزيدية في العصر العباسي : كان في أيام الرشيد ، بالمدينة ، ونشأ فاضلاً عالماً بالدين والحديث . وقيل للرشيد إنه يعمل للخروج عليه ، فأحضره إلى بغداد وسجنه ، فقر من السجن واختباً مدة عند محمد بن إبراهيم الإمام ببغداد ، ثم ذهب إلى البصرة يتنقل

من دار إلى دار ، واحتيل للقبض عليه

فنجا . واستمر مستراً إلى أن مات بها.

Ahmad bin Isa

(157 - 247 H = 773 - 861 M)

Ahmad bin Isa bin Zaid bin Ali, Abu Abdullah Al-Husaini Al-Alawi Ath-Thalibi: Salah satu pemimpin Zaidiyah pada masa Abbasiyah. Ia hidup pada masa Harun Ar-Rasyid di Madinah dan tumbuh sebagai seorang yang berbudi luhur, ahli dalam agama dan hadits. 

Dikatakan kepada Harun Ar-Rasyid bahwa ia merencanakan pemberontakan, maka ia dibawa ke Baghdad dan dipenjarakan. Namun, ia berhasil melarikan diri dari penjara dan bersembunyi beberapa waktu di rumah Muhammad bin Ibrahim Al-Imam di Baghdad. Kemudian, ia pergi ke Basrah dan berpindah-pindah dari satu rumah ke rumah lain, dan ketika mereka berusaha menangkapnya, ia berhasil meloloskan diri. Ia terus hidup dalam persembunyian sampai akhirnya meninggal disana (Basrah)." (Kitab Al-A'laam juz 1 hal. 191)

Ada penjelasan lain dari Kitab Siyar A'lam An-Nubala', Karya Imam Adz-Dzahabi juz 12 hal.72 dari  https://www.islamweb.net/ar/library/content/60/2146/%D8%A3%D8%AD%D9%85%D8%AF-%D8%A8%D9%86-%D8%B9%D9%8A%D8%B3%D9%89 sebagai berikut,

أحمد بن عيسى

ابن الشهيد زيد بن علي الحسيني ، شيخ بني هاشم وكبيرهم .

قال المدائني : بلغ الرشيد ظهور هذا بعبادان في سنة خمس وثمانين ، فدس عليه من خدعه ، وبايعه ، ثم أخذه في سفينة ، فهرب أحمد لواسط ، واختفى ذكره .

قلت : بقي بالبصرة في الأزد خاملا إلى أن مات سنة سبع وأربعين ومائتين . وعاش تسعا وثمانين سنة .

Ahmad (Al-Mukhtafi) bin Isa (An-Naqib)

Putra dari Asy-Syahid Zaid bin Ali Al-Husaini, seorang pemimpin dan sesepuh Bani Hasyim.

Al-Mada'ini berkata: "Sampai kepada Harun Ar-Rasyid kabar tentang Ahmad ini di Abadan pada tahun 185 H. Maka, ia mengutus seseorang untuk menipunya dan membai'atnya, lalu menangkapnya di sebuah kapal. Ahmad kemudian melarikan diri ke Wasith dan jejaknya menghilang." 

Saya katakan: "Ia tinggal di Basrah bersama suku Al-Azd dalam keadaan tak dikenal hingga wafat pada tahun 247 H. Ia hidup selama 89 tahun." (Kitab Siyar A'lam An-Nubala', Karya Imam Adz-Dzahabi juz 12 hal.72).

Kemudian di dalam Tahdzib Al-Ansab wa An-Nihayah Al-A'qab karya Imam Al-Ubaidilli disebutkan tentang anak-anak Ahmad Al-Mukhtafi bin Isa bin Zaid,

أولاد أحمد المختفي بن عيسى بن زيد

و العقب من ولد أحمد المختفي بن عيسى بن زيد الشهيد في محمد بن أحمد و علي بن أحمد.

و العقب من ولد محمد بن أحمد المختفي في علي [أبي الحسن] المكفل ببغداد الذي ادعى نسبه صاحب الزنج الورزنيني(١) و كذب في دعواه.

و العقب من علي بن محمد بن أحمد المختفي في رجلين: يحيى بن علي ولده بدمشق له نباهة و محل جليل، و عبيد الله بن علي الضرير ببغداد له عقب منهم الحسن بن عبيدالله الضرير المجدور له عقب ببغداد و أحمد بن عبيدالله يلقب المقص له بقية عقب ببغداد.

و أما علي بن أحمد المختفي فله اخ: الحسين بن علي بن أحمد أولاد بكرمان و محمد بن علي بن أحمد المختفي له ولد بخراسان.

_________

(۱) ورزنين من قرى الري. قال ابن عنبة وزعم قوم آخرون منهم بريه الهاشمي و زيد ابن كتيلة النسابة النسب و قال ابن مسكويه: سمعت جماعة من آل أبي طالب أنه صحيح النسب. و في المجدي: قال شيخنا أبو عبدالله بن طباطبا ادعى نسب علي بن محمد بن أحمد بن عيسى الحائن (أي صاحب الزنج)، و هذا علي صحيح النسب يكنى أبا الحسن ببغداد لأم ولد كان ينزل بالحربية درب الحمام أحد الصلحاء النساك وبهذا القول يقول شيخنا أبو الحسن رحمه الله [أي المؤلف].

Anak-anak Ahmad Al-Mukhtafi bin Isa bin Zaid

Dan keturunan dari anak Ahmad Al-Mukhtafi bin Isa bin Zaid Asy-Syahid (yang syahid), ada pada Muhammad bin Ahmad dan Ali bin Ahmad.

Dan keturunan dari Muhammad bin Ahmad Al-Mukhtafi ada pada Ali [Abu Hasan] yang tinggal di Baghdad, yang mengklaim nasabnya kepada pemilik Zanj Al-Warzanini(1), dan ia berdusta dalam klaimnya.

Dan keturunan dari Ali bin Muhammad bin Ahmad Al-Mukhtafi ada pada dua orang: Yahya bin Ali, putranya, yang tinggal di Damaskus, memiliki reputasi dan kedudukan yang tinggi; dan Ubaidillah bin Ali, si buta, di Baghdad, yang memiliki keturunan, di antaranya Hasan bin Ubaidillah si buta yang terhormat, serta Ahmad bin Ubaidillah yang dijuluki Al-Maqs, yang memiliki sisa keturunan di Baghdad.

Adapun Ali bin Ahmad Al-Mukhtafi, ia memiliki seorang saudara: Al-Husain bin Ali bin Ahmad, yang memiliki anak di Kerman, dan Muhammad bin Ali bin Ahmad Al-Mukhtafi, yang memiliki anak di Khurasan.

_______

"(1) Warzanin adalah salah satu desa di Ar-Ray. Ibnu Inabah menyatakan dan beberapa orang lainnya di antara mereka, seperti Bani Al-Hasyimi dan Zaid bin Katilah, mengklaim silsilah tersebut. Ibnu Miskawih berkata: Saya mendengar sekelompok dari keluarga Abu Thalib bahwa silsilah ini sah. Dalam Al-Majdi: Syekh kami Abu Abdullah bin Tabataba menyatakan bahwa Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Isa Al-Ha'in (yaitu pemilik Zanj) mengklaim silsilahnya, dan Ali ini memiliki silsilah yang sah, ia dikenal dengan julukan Abu Al-Hasan di Baghdad karena seorang ibu yang melahirkannya tinggal di Al-Harbiyah, jalan Hamam, salah satu dari para shaleh dan ahli ibadah. Dengan pernyataan ini, Syekh kami Abu Al-Hasan, rahimahullah [yakni penulis], setuju." (Tahdzib Al-Ansab wa An-Nihayah Al-A'qab karya Imam Al-Ubaidili hal.215)

Singkatnya, artikel kajian kali ini ingin mempertegas bahwa Ahmad bin Isa yang tinggal di Baghdad Irak dan tidak pernah hijrah ke Yaman dan sampai meninggal disana dan di makamkan di Wadi As-Salam Najaf Irak adalah Ahmad (Al-Mukhtafi) bin Isa (An-Naqib) bin Zaid (Asy-Syahid) bin Ali (Al-Uradhi).

Insya Allah dalam kajian berikutnya akan membahas tentang Ahmad (Al-Muhajir) bin Isa (Ar-Rumi) bin Muhammad (Al-Faqih Muqaddam) bin Ali (Al-Uraidhi). Wallahu a'lam bis-Shawab 🙏🏻

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

KAJIAN TENTANG AHMAD BIN ISA AN-NAQIB DENGAN AHMAD BIN ISA AR-RUMI DUA NAMA YANG BERBEDA

Bismillah, izinkan saya untuk menyampaikan dan silahkan disimak dan dikroscek ulasan saya dari kitab karya Imam Al-Ubaidili yaitu Tahdzib Al-Ansab wa An-Nihayah Al-A'qab halaman 175-177.

Ketika artikel status saya tentang Ahmad (Al-Mukhtafi) bin Isa bin Zaid itu berbeda dengan Ahmad (Al-Muhajir) bin Isa bin Muhammad ada komentar jika saya ingin paham harus membaca kitab Tahdzib Al-Ansab karya Imam Al-Ubaidili dalam komentar menyertakan ibarot,

كتاب تهذيب الأنساب ونهاية الألقاب للعبيدلي (-437 ه) ما نصه: واحمد بن عيسى النقيب بن محمد بن علي العريضي يلقب النفاط من ولده ابو جعفر (الاعمى) محمد بن علي بن محمد بن أحمد ، عمي في آخر عمره وانحدر الى البصرة واقام بها ومات بها وله اولاد وأخوه بالجبل له اولاد. ( تهذيب الانساب ونهاية الالقاب، ص. 176-177)

" *Kitab Tahdib An-Ansab wa Nihayah Al-A'qab* karya Al-Abidli (tahun 437 H) menyebutkan, 'Ahmad bin Isa Al-Naqib bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi dijuluki Al-Naffat, dari keturunannya Abu Ja'far (yang buta) Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad. Ia menjadi buta di akhir hayatnya dan pindah ke Basra, tinggal di sana, dan meninggal di sana. Ia memiliki anak-anak, dan saudaranya di pegunungan juga memiliki anak-anak.' (*Tahdib Al-Ansab wa Nihayah Al-A'qab*, hal. 176-177)"

Syahdan, ternyata setelah saya cermati, telusuri dan menyimak dari awal bab menemukan dua nama yang berbeda orang 

Siapakah Isa An-Naqib dan anak-anaknya itu? Simak ibarotnya sebagai berikut,

أولاد عيسى النقيب إبن المحمد بن علي العريضي

فالعقب من ولد أبي الحسين عيسى النقيب بن محمد بن علي العريضي من جماعة قال صاحب الكتاب منهم عيسى بن عيسى و ليس لعيسى ولد إسمه عيسى إنها هو عيسى بن محمد بن عيسى، منهم أبو عبد الله محمد الملقب كتيلة ابن الحسين بن عيسى الرومي بن محمد بن عيسى بن محمد بن علي العريضي.

"Anak-anak Isa An-Naqib, putra Muhammad bin Ali Al-Uraidhi.

Keturunan dari anak Abu Al-Husein Isa Al-Naqib bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi dari kelompok yang disebutkan oleh penulis buku, di antaranya adalah Isa bin Isa. Namun, tidak ada anak Isa yang bernama Isa; yang dimaksud adalah Isa bin Muhammad bin Isa. Diantara mereka ada Abu Abdullah Muhammad yang dijuluki Katilah, putra Al-Husein bin Isa Al-Rumi bin Muhammad bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi." (Tahdzib Al-Ansab wa An-Nihayah Al-A'qab hal.175)

Masih dihalaman yang sama disana disebutkan bahwa Isa Ar-Rumi adalah cucu dari Isa An-Naqib, sebagaimana ibarot,

و عيسى المعروف بالرومي بن محمد بن عيسى النقيب بن محمد بن علي العريضي له عدة من الأولاد منهم أبو جعفر بن عيسى الرومي و إسمه محمد له أعقاب و الحسن بن عيسى الرومي له أولاد لهم أعقاب، و عيسى اولاد و عقب و موسى محام بن عيسى الرومي له أولاد. والحسين بن عيسى الرومي إبنه عيسى بن الحسين يعرف بأبي الأصابع له ولد، و عبدالله بن عيسى الرومي يلقب بصلة له ولد بالري له مسلم و لمسلم بن عبدالله الحسن و جعفر إبنا مسلم.

"Isa yang dikenal sebagai Ar-Rumi bin Muhammad bin Isa Al-Naqib bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi memiliki beberapa anak, di antaranya Abu Ja'far bin Isa Al-Rumi yang bernama Muhammad. Dia memiliki anak-anak Al-Hasan bin Isa Al-Rumi juga memiliki keturunan, dan Ahmad bin Isa juga memiliki anak dan keturunan. Musa Muham bin Isa Al-Rumi juga memiliki anak. Al-Husein bin Isa Al-Rumi, putra Isa bin Al-Husein dikenal sebagai Abu Al-Asabi' dan memiliki anak. Abdullah bin Isa Al-Rumi dijuluki As-Shilah dan memiliki anak yang bernama Muslim, dan Muslim bin Abdullah memiliki dua anak, Al-Hasan dan Ja'far." (Tahdzib Al-Ansab wa An-Nihayah Al-A'qab hal.175-176)

Untuk lebih jelasnya keturunan Isa An-Naqib bin Muhammad saya kutipkan ibarot kitab Tahdzib Al-Ansab wa An-Nihayah Al-A'qab sampai halaman 177 sebagai berikut,

زيد بن عيسى النقيب بن محمد بن علي العريضي الأسود قال له عقب في صح.

و يحيى بن عيسى النقيب بن محمد بن علي العريضي ولده يحيى بن يحيى له عقب بالمدينة كان يحيى بن يحيى ينزل دار الصادق، و علي بن يحيى بن عیسی النقيب.

و الحسين بن عيسى النقيب بن محمد بن علي العريضي له عقب بالري و قزوین. و الحسن بن عيسى بن محمد بن علي العريضي له عقب بشيراز و إصبهان و قم قال: كان من ولده غلام عبار ببغداد يسمى مهدي بن الحسن بن علي بن الحسن بن عيسى النقيب.

و إبراهيم بن عيسى النقيب بالري بن محمد بن علي العريضي و إبنه أبو الحسين عيسى بن إبراهيم نقيب الطالبيين بالمدينة قال: له عقب بهمدان و بقية يعني إبراهيم 

"Zaid bin Isa An-Naqib bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi Al-Aswad juga memiliki keturunan yang tercatat. Yahya bin Isa An-Naqib bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi memiliki anak Yahya bin Yahya yang memiliki keturunan di Madinah. Yahya bin Yahya tinggal di Dar Ash-Shadiq, dan Ali bin Yahya bin Isa An-Naqib. Al-Husein bin Isa Al-Naqib bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi juga memiliki keturunan di Ray dan Qazwin. Dan Al-Hasan bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi juga memiliki keturunan di Shiraz, Isfahan, dan Qom. Dikatakan bahwa dari anaknya ada seorang pemuda bernama Mahdi bin Al-Hasan bin Ali bin Al-Hasan bin Isa Al-Naqib yang tinggal di Baghdad.

Dan Ibrahim bin Isa An-Naqib di Ray, putra Muhammad bin Ali Al-Uraidhi, dan putranya Abu Al-Husein Isa bin Ibrahim menjadi Naqib Ath-Thalibin di Madinah. Dikatakan bahwa dia memiliki keturunan di Hamadan dan yang lainnya, yaitu Ibrahim." (Tahdzib Al-Ansab wa An-Nihayah Al-A'qab hal.176)

و أحمد بن عيسى النقيب بن محمد بن علي العريضي بلقب النفاط (١)

_________

(١) من ولده أبو جعفر [الأعمى) محمد بن علي بن محمد بن أحمد عمي في اخر عمره و انحدر إلى البصرة و أقام بها و مات بها وله أولاد و أخوه بالجبل له أولاد.

"Dan Ahmad bin Isa An-Naqib bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi yang dikenal dengan julukan Al-Naffat. Dari anaknya adalah Abu Ja'far (yang buta) Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad, yang di akhir hayatnya pindah ke Basrah dan tinggal di sana hingga meninggal, serta memiliki anak dan saudaranya di pegunungan juga memiliki keturunan." (Tahdzib Al-Ansab wa An-Nihayah Al-A'qab hal.176-177)

و موسى بن عيسى النقيب بن محمد بن علي العريضي بعض ولده بقزوين

و أبو محمد عبدالله الأحنف بن عيسى بن محمد بن علي العريضي فله عقب بالشام.

و جعفر بن عيسى النقيب بن محمد بن علي العريضي عقبه من محمد بن علي بن جعفر بن عيسى النقيب له عقب منهم ببخارا

هذا ما ذكره صاحب الكتاب على غير هذا الترتيب.

قال ابن طباطبا

و أبو تراب علي بن عيسى بن محمد بن علي العريضي عقبه من الحسن بن أبي تراب و له أولاد لهم أعقاب بالشام وغيرهاى و إسحاق بن عيسى النقيب بن محمد بن علي العريضي له أولاد لهم أعقاب و انتشار منهم أبو الحسين عيسى بن إسحاق له أولاد فيهم عدد و لهم أعقاب، و طاهر بن إسحاق له عقب و محمد بن إسحاق له عقب، و أحمد بن اسحاق له عقب.

و القاسم الأكبر بن عيسى النقيب له عقب في صح.

و سليمان أبو محمد بن عيسى النقيب له ولد بالري.

و إسماعيل بن عيسى النقيب له إبن بالري.

"Musa bin Isa An-Naqib bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi memiliki sebagian anak di Qazwin. Abu Muhammad Abdullah Al-Ahnaf bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi memiliki keturunan di Syam. Ja'far bin Isa Ab-Naqib bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi memiliki keturunan dari Muhammad bin Ali bin Ja'far bin Isa Ab-Naqib yang memiliki keturunan di Bukhara. Ini semua yang disebutkan oleh penulis buku dengan urutan yang berbeda.

Kata Ibn Tabataba:

Abu Turab Ali bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi memiliki keturunan dari Al-Hasan bin Abu Turab dan memiliki anak-anak yang memiliki keturunan di Syam dan lainnya. Ishaq bin Isa An-Naqib bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi juga memiliki anak-anak yang memiliki keturunan, di antaranya Abu Al-Husein Isa bin Ishaq yang memiliki banyak anak dan keturunan, serta Thahir bin Ishaq dan Muhammad bin Ishaq juga memiliki keturunan. Ahmad bin Ishaq juga memiliki keturunan. 

Al-Qasim Al-Akbar bin Isa An-Naqib memiliki keturunan yang tercatat. Sulaiman Abu Muhammad bin Isa An-Naqib memiliki anak di Ray. Dan Ismail bin Isa An-Naqib memiliki seorang anak di Ray. 

Kesimpulannya, bahwa Ahmad bin Isa An-Naqib bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi yang dikenal dengan julukan Al-Naffat. Dari anaknya adalah Abu Ja'far (yang buta) Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad, yang di akhir hayatnya pindah ke Basrah dan tinggal di sana hingga meninggal disana itu bukanlah Isa Ar-Rumi bin Muhammad. Wallahu a'lam bis-Shawab 🙏🏻 

Dengan penjelasan diatas dimohonkan kiranya ada yang berkenan mengkritisi, mentashhih (membenarkan) dan mentahqiq (meneliti) sekaligus mengkroscek kitabnya, semoga tidak menjadi salahpaham dan menimbulkan fitnah. Terima kasih

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*