Rabu, 13 September 2017
KAJIAN TENTANG BENDERA HITAM ISIS LAMBANG KEKERASAN
Bendera liwa' dan royan. Tentang bendera HITAM yg lagi trend sudah ada warning sebelumnya. Kemunculan kelompok ekstrem seperti ISIS (the Islamic State of Iraq and Syria), Al Nusro dan lain-lain, sudah diprediksi kedatangannya oleh sahabat Ali bin Abi Thalib.
Sayyidina Ali bin Abi Thalib, murid setia Rasulullah saw, yang mana tentangnya Rasul saw telah sabdakan bahwa: Ana Madinatul ilmi wa 'Aliyyun Babuha (Aku adalah Kota ilmu dan Ali adalah Pintunya). Dan pada 1.400-an tahun yang silam, Imam Ali telah mengingatkan akan datangnya Gerombolan Bengis ISIS, Al Nusro, dan yang sejenisnya, yang akan mengibarkan Panji-Panji Hitam yang menyerupai Panji-Panji Hitam Imam Mahdi.
Al-Alamah Alauddin Ali Al-Muttaqi bin Hisyamuddin Al-Hindi dalam Kitabnya Kanz Al-Ummal Fi Sunan Al-Aqwal Wa Al-Af'al juz 11 hal.283 dari 18 juz beliau menyampaikan sebuah riwayat nomor 31530 atsar dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu yg memberikan suatu informasi penting yg patut dijadikan pegangan dan renungan kita terutama saat banyaknya kemunculan aliran atau kelompok yg mengaku pendukung Khilafah Imam Mahdi :
إِذَا رَأَيْتُمُ الرَّايَاتِ السُّوْدَ فَالْزَمُوْا الْاَرْضَ وَلَا تُحَرِّكُوْا أَيْدِيَكُمْ وَلَا أَرْجُلَكُمْ ثُمَّ يَظْهَرُ قَوْمٌ ضُعَفَاءُ لَا يُؤْبَهُ لَهُمْ ، قُلُوْبُهُمْ كَزُبُرِ الْحَدِيْدِ ، هُمْ أَصْحَابُ الدَّوْلَةِ ، لَا يَفُوْنَ بِعَهْدٍ وَلَا مِيْثَاقٍ ، يَدْعُوْنَ إِلَى الْحَقِّ وَلَيْسُوْا مِنْ أَهْلِهِ ، أَسْمَاؤُهُمُ الْكُنَى وَنِسْبَتُهُمُ الْقُرَى ، وَشُعُوْرُهُمْ مِرْخَاةٌ كَشُعُوْرِ النِّسَاءِ حَتَّى يَخْتَلِفُوْا فِيْهَا بَيْنَهُمْ ثُمَّ يُؤْتِي اللهُ الْحَقَّ مَنْ يَشَاءُ
“Jika kalian melihat bendera HITAM, maka bertahanlah di bumi. Jangan gerakkan tangan dan kaki kalian. Kemudian akan muncul kaum lemah yang lemah tidak dihiraukan (rendahan). Hati mereka seperti BATANGAN BAJA (kaku, keras). Mereka (mengaku) pemegang daulah (Islamiyyah). Mereka tidak menepati janji dan kesepakatan. Mereka mengajak kepada kebenaran sedangkan mereka bukan orang yg benar. Nama mereka menggunakan kunyah dan nisbat mereka menggunakan nama daerah. Rambut mereka terurai seperti wanita, hingga mereka berselisih diantara mereka. Kemudian Allah mendatangkan kebenaran kepada yang Allah kehendaki” (Riwayat Abu Nuaim. Kanz al-Ummal 11/283)
Keterangan dari Sayyidina Ali tersebut juga persis seperti karakter pimpinan ISIS hari ini. Namanya adalah julukan = Nama yang diawali dengan kata "Abu"
Marganya dari nama daerah = Al-Baghdadi merujuk kepada ibu kota Iraq saat ini, yakni Baghdad.
Abu Bakar Al-Baghdadi: pemimpin ISIS yang telah mengumumkan dirinya sebagai Khalifah.
Rambut mereka tak pernah dicukur, panjang seperti rambut perempuan, jangan bertindak apapun sampai nanti terjadi perselisihan diantara mereka sendiri, kemudian Allah mendatangkan kebenaran kepada siapa yang dikehendaki-Nya.”
*Catatan Takhrij Atsar*
Nash atsar itu terdapat dalam kitab al Fitan karangan Nu’aim bin Hammad sebagai berikut:
النص في كتاب الفتن لنعيم بن حماد: [حدثنا الوليد ورشدين عن ابن لهيعة عن أبي قبيل عن أبي رومان عن علي بن أبي طالب رضى الله عنه قال: إذا رأيتم الرايات السود فالزموا الأرض فلا تحركوا ايديكم ولا أرجلكم، ثم يظهر قوم ضعفاء لا يؤبه لهم، قلوبهم كزبر الحديد، هم أصحاب الدولة، لا يفون بعهد ولا ميثاق، يدعون إلى الحق وليسوا من أهله، أسماؤهم الكنى ونسبتهم القرى، وشعورهم مرخاة كشعور النساء، حتى يختلفوا فيما بينهم، ثم يؤتي الله الحق من يشاء]ا.هـ.
Al Walid dan Rusydin mengabarkan kepada kami dari Ibnu Luhai’ah (Lahi’ah) dari Abu Qabil dari Abu Ruman dari Ali bin Abi Thalib ra., ia berkata: “Jika kamu menyaksikan bendera-bendera hitam maka tetaplah di tanah dan jangan menggerakkan tangan-tangan dan kaki-kaki kamu. Kemudian akan muncul satu kaum yang lemah tidak dihiraukan (rendahan), hati mereka bagaikan batangan baja (kaku-keras). Mereka adalah pemilik negara/kekuasaan, mereka tidak setia kepada perjanjian dan kesepakatan, mereka mengajak kepada al haq tetapi mereka bukan ahlinya (yang berpegang teguh kepadanya). Nama-nama mereka menggunakan abu … abu …, nisbat mereka kepada desa-desa. Rambut mereka terjulur bagaikan rambut para wanita. Setelah itu mereka berselisih di antara sesama mereka sendiri, kemudian Allah menyerahkan al haq/kekuasaan-Nya kepada siapa yang Ia kehendaki.”
*Perawi Dalam Sanad* :
1). Nu’aim bin Hammad al Khuza’i, penulis kitab. Beliau salah satu guru besar al Bukhari, walaupun masih diperselisihkan kualitasnya.
Dan kedua gurunya yaitu:
2). Al Walid bin Muslim dan 3) Rusyaid.
Al Walid bin Muslim seorang ulama penduduk Syam. Melakukan tindakan Tadlis taswiyah (memanipulasi dalam meriwayatkan hadits) hanya saja riwayatnya didukung oleh riwayat Rusyaid bin Sa’ad. Dan ia (Rusyaid) dha’if/lemah dalam periwayatan hanya saja dukungannya dapat diterima sesuai dengan syarat yang ditetapkan Ahli Hadis.
4). Guru keduanya yaitu Ibnu Luhai’ah.
Ia seorang Qadhi/Jaksa dan ahli fiqih negeri Mesir. Ia juga masih diperselisihkan, hanya saja haditsnya terdapat di kitab-kitab Sunan (kitab Hadits).
5) Guru Ibnu Luhai’ah yaitu Abu Qabil al Ma’afiri.
Ia seorang Tabi’in yang senior. Ia tsiqah/jujur terpercaya dan alim tentang peristiwa-peristiwa peperangan.
6) Abu Ruman yang meriwayatkan langsung dari Sayyida Ali.
Ia sepertinya tidak dikenal, hanya saja riwayatnya dari Abu Qabil darinya sedangkan ia itu dikenal banyak mengetahui riwayat tentang malahim (kejadian-kejadian masa akan datang) menguatkan statusnya. …
Jadi secara global dapat dikatakan sanad ini lemah… Tapi bisa juga kamu katakan Hasan sanadnya jika bukti-bukti pendukungnya tersedia, seperti realita membenarkannya dan kedalaman ilmu Abu Qabil tentang peristiwa-peristiwa masa akan datang.
Maka sanad seperti ini dalam data-data sejarah dan berita masa akan datang bisa dianggap tergolong shahih… Shahih itu bertingkat-tingkat, dari Hasan dengan bantuan pendukung dari luar hingga Mutawatir. Ia tidak hanya satu tingkat saja. Dan kamu punya hak untuk menerima atau menolaknya. Karenanya banyak ucapan Ahli Hadis: “Hadits ini shahih Insya Allah… Hasan Insya Allah…”.
*Mengapa demikian?*
Karena mereka mengetahui bahwa mayoritas hadits dan atsar itu bersifat zhanni (tidak pasti seratus persen), yang bersifat qath’i sangat jarang. Kalimat: “Ini hadits shahih Insya Allah” yang dicemooh sebagian orang yang tidak mengerti sebenarnya adalah metode kaum berakal dari kalangan Ahli Hadits seperti Abu ‘Uwanah dalam kitab Mustakhrajat Abu ‘Uwanah, 6/415, ia berkata:
“Dan hadits-hadits riwayat Mathar menurutku ia tidak mengeluarkan (meriwayatkan)nya. Dan ia shahih Insya Allah.”
Demikian juga dengan al Hakim dalam al Mustadrak, 1/166: “Hadits riwayat Abu al Hubab shahih Insya Allah.”
Dan begitu pula al Haitsami dalam kitab Majma’ az Zawaid, 2/75 berkata: “Dan telah lewat hadits riwayat Abdullah bin ‘Amr dalam Bab Mendekat kepada Pembatas adalah hadits shahih insyaallah.”
Begitu juga dengan Ibnu Abdil Barr dalam kitab Jami’ Bayan al Ilmi wa Fadhlihi, 3/153: “Dan kedua hadits ini shahih Insya Allah.”
*KESIMPULAN :*
Bahwa peluang masih terbuka lebar, kita bisa menerima kebenaran atsar ini dan yang lainnya juga boleh menolaknya. Tapi ingat, atsar shahabat Ali bin Abi Thalib ra di atas adalah WARNING bagi kita untuk kehati-hatian dan kewaspadaan akan munculnya kelompok yang mengatasnamakan agama demi menghalalkan keinginannya mereka meski menyelisihi ajaran agama itu sendiri. Wallahu a'lam
Demikian Asimun Ibnu Mas'ud menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar