Dalam sebuah riwayat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
ما الْمَيّتُ في القَبْرِ إلاّ كالْغَرِيْق الْمُتَغَوِّثِ يَنتَظِرُ دَعْوَةً تَلحَقُه مِن أبٍ أوْ أُمٍّ أوْ أخٍ أوْ صَدِيقٍ فإذا لَحِقَتْه كانَتْ أحَبَّ إليه مِن الدُّنيا ومَا فيها وإنَّ اللهَ عزّ وجلّ لَيُدخِلُ على أهْلِ القُبُورِ مِن دُعاءِ أهْلِ الأَرْضِ أمْثَالَ الجِبالِ وإنَّ هَديَّةَ الأَحْيَاءِ إلى الأَمْوَاتِ الاِسْتِغفارُ لهم
"Tidaklah seorang mayat dalam kuburnya itu kecuali seperti orang tenggelam yang sedang meminta pertolongan. Dia menanti-nanti doa dari ayah, ibu, anak, dan kawan-kawan yang ditujukan kepadanya. Apabila doa itu sampai kepadanya, maka itu lebih ia sukai daripada dunia berikut segala isinya. Dan sesungguhnya Allah akan menyampaikan doa penghuni dunia untuk ahli kubur (pahalanya) sebesar gunung. Adapun hadiah orang-orang yang hidup kepada orang-orang mati ialah memohon istighfar kepada Allah SWT untuk mereka." (HR Ad-Dailami)
Sering kita dengar bahwa arwah saudara kita pada setiap malam jum’at pulang ke rumah, sehingga kita dianjurkan membacakan al-fatihah dan surat-surat lain untuknya, apakah hal itu hanya mitos ataukah memang ada kitab yg mengatakan demikian?
"Saben malem jumat ahli kubur mulih nang umah. Kanggo njaluk dungo wacan qur'an najan sak kalimat. Lamun ora dikirimi banjur bali mbrebes mili. Bali nang kuburan mangku tangan tetangisan." (setiap malam jum'at ahli kubur pulang ke rumah. Minta di doakan dengan bacaan Al-Qur'an meski satu ayat. Bila tidak di kirim bacaan doa, maka (ahli kubur) balik ke kubur menangis dengan tangan hampa dengan). Syair ini sangat terkenal di kalangan masyarakat Jawa.
Keterangan kembalinya arwah ke rumah keluarganya disebutkan dalam beberapa kitab ulama Ahlus Sunnah Wal Jama'ah yang terkenal kealimannya. Seperti Syekh Abu Bakr bin Syatha (w. 1310 H.), pengarang kitab I’anah Al-Thalibin Hasyiyah Fath Al-Mu’in. Beliau adalah maha guru para ulama di nusantara. Karyanya tersebut diajarkan di pesantren salafiyyah di seluruh Indonesia. Beliau berkata,
ﺇﻋﺎﻧﺔ ﺍﻟﻄﺎﻟﺒﻴﻦ (142 /2) ﻭﻭﺭﺩ ﺃﻳﻀﺎ ﺇﻥ ﺃﺭﻭﺍﺡ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﺗﺄﺗﻲ ﻓﻲ ﻛﻞ ﻟﻴﻠﺔ ﺇﻟﻰ ﺳﻤﺎﺀ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻭﺗﻘﻒ ﺑﺤﺬﺍﺀ ﺑﻴﻮﺗﻬﺎ ﻭﻳﻨﺎﺩﻱ ﻛﻞ ﻭﺍﺣﺪ ﻣﻨﻬﺎ ﺑﺼﻮﺕ ﺣﺰﻳﻦ ﺃﻟﻒ ﻣﺮﺓ ﻳﺎ ﺃﻫﻠﻲ ﻭﺃﻗﺎﺭﺑﻲ ﻭﻭﻟﺪﻱ ﻳﺎ ﻣﻦ ﺳﻜﻨﻮﺍ ﺑﻴﻮﺗﻨﺎ ﻭﻟﺒﺴﻮﺍ ﺛﻴﺎﺑﻨﺎ ﻭﺍﻗﺘﺴﻤﻮﺍ ﺃﻣﻮﺍﻟﻨﺎ ﻫﻞ ﻣﻨﻜﻢ ﻣﻦ ﺃﺣﺪ ﻳﺬﻛﺮﻧﺎ ﻭﻳﺘﻔﻜﺮﻧﺎ ﻓﻲ ﻏﺮﺑﺘﻨﺎ ﻭﻧﺤﻦ ﻓﻲ ﺳﺠﻦ ﻃﻮﻳﻞ ﻭﺣﺼﻦ ﺷﺪﻳﺪ ﻓﺎﺭﺣﻤﻮﻧﺎ ﻳﺮﺣﻤﻜﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻻ ﺗﺒﺨﻠﻮﺍ ﻋﻠﻴﻨﺎ ﻗﺒﻞ ﺃﻥ ﺗﺼﻴﺮﻭﺍ ﻣﺜﻠﻨﺎ ﻳﺎ ﻋﺒﺎﺩ ﺍﻟﻠﻪ ﺇﻥ ﺍﻟﻔﻀﻞ ﺍﻟﺬﻱ ﻓﻲ ﺃﻳﺪﻳﻜﻢ ﻛﺎﻥ ﻓﻲ ﺃﻳﺪﻳﻨﺎ ﻭﻛﻨﺎ ﻻ ﻧﻨﻔﻖ ﻣﻨﻪ ﻓﻲ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺣﺴﺎﺑﻪ ﻭﻭﺑﺎﻟﻪ ﻋﻠﻴﻨﺎ ﻭﺍﻟﻤﻨﻔﻌﺔ ﻟﻐﻴﺮﻧﺎ ﻓﺈﻥ ﻟﻢ ﺗﻨﺼﺮﻑ ﺃﻱ ﺍﻷﺭﻭﺍﺡ ﺑﺸﻲﺀ ﻓﺘﻨﺼﺮﻑ ﺑﺎﻟﺤﺴﺮﺓ ﻭﺍﻟﺤﺮﻣﺎﻥ ﻭﻭﺭﺩ ﺃﻳﻀﺎ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﻗﺎﻝ ﻣﺎ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻓﻲ ﻗﺒﺮﻩ ﺇﻻ ﻛﺎﻟﻐﺮﻳﻖ ﺍﻟﻤﻐﻮﺙ ﻳﻨﺘﻈﺮ ﺩﻋﻮﺓ ﺗﻠﺤﻘﻪ ﻣﻦ ﺍﺑﻨﻪ ﺃﻭ ﺃﺧﻴﻪ ﺃﻭ ﺻﺪﻳﻖ ﻟﻪ ﻓﺈﺫﺍ ﻟﺤﻘﺘﻪ ﻛﺎﻧﺖ ﺃﺣﺐ ﺇﻟﻴﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻭﻣﺎ ﻓﻴﻬﺎ
Ada hadits juga sesungguhnya arwahnya orang mukmin datang disetiap malam jum'at kelangit dunia dan berdiri dekat rumah mereka dan memanggil-manggil penghuni rumah dengan suara yang sedih sampai 1000x "wahai keluargaku, wahai kerabatku, wahai anakku wahai orang yang menempati rumahku dan memakai pakaianku dan membagi harta-hartaku apakah salah satu diantara kalian ada yang ingat pada kami. Adakah yang memikirkan ketidak adanya kami, kami berada dalam penjara yang panjang/lama dan benteng yang kuat, kasihilah kami maka Allh akan mengasihi kalian dan janganlah kalian kikir sebelum kalian menjadi seperti kami wahai hamba-hamba Allah sesungguhnya anugrah yang kalian raih/terima itu juga ada pada kami dan kami tidak menginfakkannya dijalan Allah sedangkan hisab dan cobaan itu menimpa kami sedangkan kemanfaatan itu untuk selain kami". Maka jika arwah-arwah tersebut tidak memperoleh apa-apa maka arwah-arwah tersebut memperoleh kerugian."
Juga ada hadits dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sesungguhnya beliau berkata: "Tidaklah ada seorang mayyit dikuburannya kecuali seperti orang yang tenggelam yang minta pertolongan, dia menanti kiriman doa dari anaknya, saudaranya atau temannya, ketika ia mendapatkannya maka ia sungguh bahagia mengalahkan kebahagiaan dunia seisinya." (I’anah Al-Thalibin Hasyiyah Fath Al-Mu’in juz 2 hal 142).
Sebelumnya, Imam Al-Ramli (w. 957 H.) yang dikenal sebagai seorang yang sudah mencapai derajat mujtahid dalam internal mazhab Syafi’i, dalam kumpulan kitab Fatawa Al-Ramli mengutip pernyataan Imam Al-Qurtubi tentang adanya pendapat yang mengatakan bahwa arwah orang mukmin akan mengunjungi keluarganya. Imam Al-Ramli berkata,
قَالَ الْقُرْطُبِيُّ وَقَدْ قِيلَ إنَّهَا تَزُورُ قُبُورَهَا كُلَّ جُمُعَةٍ عَلَى الدَّوَامِ وَقَدْوَرَدَ أَنَّهَا تَأْتِي قُبُورَهَا وَدُورَ أَهْلِهَا فِي وَقْتٍ يُرِيدُهُ اللَّهُ لَهَا ؛ لِأَنَّهَا مَأْذُونٌ لَهَا فِي التَّصَرُّفِ ، وَإِنَّهَا تُبْصِرُ مَنْ هُنَاكَ سَوَاءٌ أَتَتْ إلَى الْقُبُورِ أَمْ الدُّورِ
Al-Qurtubi berkata, “Terkadang dikatakan bahwa arwah-arwah itu mengunjungi kuburannya setiap hari Jumat, selamanya. Dan telah datang sebuah khabar bahwa arwah-arwah itu mendatangi kuburnya dan rumah keluarga mereka pada waktu yang dikehendaki Allah. Hal itu karena mereka telah diberi izin oleh Allah untuk melakukannya. Arwah-arwah itu dapat melihat dari sana baik mereka datang ke kuburnya atau ke rumah keluarganya.” (Fatawa Ar-Ramli juz 4 hal. 235)
Sebelum para ahli fiqh terkemuka di atas, seorang ulama ahli hadits sekaligus ahli tasawuf, Al-Hakkari (w. 468 H.) meriwayatkan sebuah hadits yang menunjukkan fenomena berkunjungnya arwah ke rumah keluarganya dalam kitabnya, Hadiyyatul Ahya ilal Amwat wa Maa Yashilu Ilaihim hal. 184-185 beliau menjelaskan,
أخبرنا أبو عبد الرحمن محمد بن الحسين بن موسى السلمي كتابةً قال: ثنا أبو القاسم عبد الله بن محمد النيسابوري عن علي بن موسى البصري، عن ابن جريج، عن موسى بن وردان، عن أبي هريرة، قال: قال رسول الله صلى الله عليه ولمع: (اهدوا لموتاكم) ، قلنا: وما نهدي يا رسول الله الموتى؟ قال: (الصدقة والدعاء) ثم قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إن أرواح المؤمنين يأتون كل جمعة إلى سماء الدنيا فيقفون بحذاء دورهم وبيوتهم فينادي كل واحد منهم بصوت حزين: يا أهلي وولدي وأهل بيتي وقراباتي، اعطفوا علينا بشيء، رحمكم الله، واذكرونا ولا تنسونا، وارحموا غربتنا، وقلة حيلتنا، وما نحن فيه، فإنا قد بقينا في سحيق وثيق، وغم طويل، ووهن شديد، فارحمونا رحمكم الله، ولا تبخلوا علينا بدعاء أو صدقة أو تسبيح، لعل الله يرحنا قبل أن تكونوا أمثالنا، فيا حسرتاه وانداماه يا عباد الله، اسمعوا كلامنا، ولا تنسونا، فأنتم تعلمون أن هذه الفضول التي في أيديكم كانت في أيدينا، وكنا لم ننفق في طاعة الله، ومنعناها عن الحق فصار وبالاً علينا ومنفعته لغيرنا، والحساب والعقاب علين ا» ، قال: « فينادي كل واحد منهم ألف مرةٍ من الرجال والنساء، اعطفوا علينا بدرهم أو رغيف أو كسرة » قال: فبكى رسول الله صلى الله عليه وسلم وبكينا معه، فلم نستطع أن نتكلم ثم قال : « أولئك إخوانكم كانوا في نعيم الدنيا، فصاروا رميماً بعد النعيم والسرور » ، قال: « ثم يبكون وينادون بالويل والثبور والنفير على أنفسهم يقولون: يا وليتنا لو أنفقنا ما كان في أيدينا ما احتجنا فيرجعون بحسرة وندامة
Telah bercerita kepada kami Abu Abdurrahman Muhammad Ibnu Al-Husain Ibnu Musa Al-Sullami, beliau berkata, ‘Telah bercerita kepada kami Abu Al-Qasim Abdullah Ibnu Muhammad Al-Naisaburi dari Ali Ibnu Musa Al-Bashri dari Ibnu Jarih dari Musa Ibnu Wirdan dari Abu Hurairah, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Berilah hadiyah untuk keluargamu yang telah meninggal.” Kemudian kami (para sahabat) bertanya, “Apa yang dapat kami hadiyahkan untuk keluarga kami yang meninggal wahai Rasulullah?.”
Maka Rasulullah menjawab, “Dengan bersedekah dan berdo’a.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya ruh-ruh orang mu’min datang ke langit dunia pada setiap malam Jum’at. Maka mereka berdiri didepan rumah-rumah mereka kemudian masing-masing mereka memanggil dengan suara yang penuh dengan iba, ‘Wahai keluargaku, anak-anakkku dan kerabat-kerabatku, belas kasihanilah kami dengan sesuatu, niscaya Allah akan menyayangi kalian. Ingatlah pada kami dan janganlah kami kalian lupakan. Belas kasihanilah kami dalam keterasingan ini, ketidak berdayaan kami dan segala sesuatu yang kami berada didalamnya. Sesungguhnya kami berada ditempat yang jauh dan terpencil dengan kepiluan yang mendalam dan ketidak berdayaan yang teramat sangat. Sayangilah kami, niscaya Allah akan menyayangi kalian. Janganlah kalian kikir kepada kami dengan sekedar berdoa, bersedekah ataupun bertasbih. Semoga Allah memberikan rasa nyaman kepada kami sebelum kalian sama seperti kami. Duuh…. sungguh kalian akan merugi, sungguh kalian akan menyesal wahai hamba-hamba Allah! dengarkanlah apa yang kami ucapkan dan janganlah kalian melupakan kami. Kalian juga tau bahwa fadlilah dan keutamaan yang saat ini berada ditangan kalian adalah sebelumnya milik kami namun kami tidak membelanjakan untuk keta’atan kepada Allah, kami tidak menerima dan menolak kebenaran hingga ia menjadi bencana dan musibah bagi kami. Manis dan manfa’atnya dinikmati oleh orang lain sedang pertanggungjawaban dan siksanya kami yang menanggung."
Kemudian Rasulullah bersabda, “Masing-masing dari mereka (arwah-arwah) memanggil sebanyak seribu kali, ‘Belas kasihanilah kami dengan satu dirham atau sepotong roti atau bahkan setengahnya.’”
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menangis dan kamipun (para sahabat) tak kuasa membendung air mata kami dan kamipun terdiam seribu bahasa. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mereka adalah saudara-saudara kalian yang terlena dalam kenikmatan dunia dan kini mereka telah hancur setelah sebelumnya mereka hanyut dalam kenikmatan dan kebahagiaan.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian bersabda, “Lalu merekapun menangis dan merintih dengan kehancuran dan kebinasaan yang mereka alami, dan merekapun berkata, ‘Celakalah kita, seandainya kita menginfaqkan apa yang pernah kita miliki dijalan Allah, kita tidak akan membutuhkan semua ini.’ Merekapun pulang dengan penuh penyesalan.” (Hadiyatul Ahya’ lil Amwat hal. 184-185, karya Abul Hasan Ali bin Ahmad bin Yusuf bin Ja’far Al-Hakkari (w=486 H)
Dalam Kitab Hasyiah Al-Bujairami Ala Al-Khatib Syeikh Sulaiman bin Muhammad bin Umar Al-Bujairimi As-Syafi'i mengutib keterangan dari Kitab Al-Jami' Al-Kabir karya Imam Abi Abdillah Muhammad bin Hasan As-Syaibani Al-Hanafi (Fiqh Hanafi) menjelaskan sebagai berikut,
وقال صلى الله عليه وسلم : { إن أرواح المؤمنين يأتون في كل ليلة إلى سماء الدنيا ويقفون بحذاء بيوتهم وينادي كل واحد بصوت حزين ألف مرة يا أهلي وأقاربي وولدي يا من سكنوا بيوتنا ولبسوا ثيابنا واقتسموا أموالنا هل منكم من أحد يذكرنا ويفكرنا في غربتنا ونحن في سجن طويل وحصن شديد ؟ فارحمونا يرحمكم الله ولا تبخلوا علينا قبل أن تصيروا مثلنا يا عباد الله إن الفضل الذي في أيديكم كان في أيدينا وكنا لا ننفق منه في سبيل الله وحسابه ووباله علينا والمنفعة لغيرنا ؛ فإن لم تنصرف أي الأرواح بشيء فينصرفون بالحسرة والحرمان } ا هـ من الجامع الكبير
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya Arwah-arwah kaum mu’minin itu setiap malam mendatangi langit dunia dan mereka (arwah) berhenti atau berdiri dengan terompah mereka pada rumah rumah mereka (selama masih hidup), mereka memangil atau menyeru, setiap kali seruan dengan suara susah seribu (1000) kali seruan. "Wahai keluargaku, kerabatku dan anak anakku, Wahai orang yang telah menempati rumahku, dan memakai baju tinggalanku dan yang telah membagi warisan hartaku, Adakah darimu seseorang yang ingat padaku dan memikirkan rantauanku (merantau) Aku dalam penjara yang sangat lama, dan dalam benteng yang sangat kuat. Maka Kasianilah aku, maka Allah akan menghasihi kalian dan jangan lah kamu pelit terhadapku sebelum kalian menjadi seperti aku (mati) wahai hamba hamba Allah. Sesungguhnya apa yang utama di tanganmu itu juga di tanganku. Dan aku tidak menafkahkannya di jalan Allah dan aku tidak menghitungnya serta perduli terhadapnya (harta) dan sekarang manfaatnya terhadap selain ku."
"Maka bila kamu tidak memberikan sesuatu pada para arwah tadi dengan sesuatu, maka mereka para arwah akan pergi dengan kerugian dan dia akan tercengah." Dari Kitab Al-Jami' Al-Kabir. (Hasyiah Al-Bujairami Ala Al-Khatib juz 6 hal. 167)
Dalam kitab Durrotun Nashihin dan juga dalam kitab Daqaiq Al-Akhbar ada sebuah riwayat sebagai berikut,
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله عَنْهُ عَنْ رَسُوْلِ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا مَاتَ اْلمُؤْمِنُ حَامَ رُوْحُهُ حَوْلَ دَارِهِ شَهْراً فَيَنْظُرُ إِلَى مَنْ خَلَفَ مِنْ عِياَلِهِ كَيْفَ يَقْسِمُ مَالَهُ وَكَيْفَ يُؤَدِّيْ دُيُوْنَهُ فَإِذاَ أَتَمَّ شَهْراً رُدَّ إِلَى حَفْرَتِهِ فَيَحُوْمُ حَوْلَ قَبْرِهِ وَيَنْظُرُ مَنْ يَأْتِيْهِ وَيَدْعُوْ لَهُ وَيَحْزِنُ عَلَيْهِ فَإِذَا أَتَمَّ سَنَةً رُفِعَ رُوْحُهُ إِلَى حَيْثُ يَجْتَمِعُ فِيْهِ اْلأَرْوَاحُ إِلَى يَوْمِ يُنْفَخُ فِيْ الصُّوْرِ .
(Diriwayatkan) dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa apabila seorang mukmin meninggal dunia, maka arwahnya berkeliling di seputar rumahnya selama satu bulan. Ia memperhatikan keluarga yang ditinggalkannya bagaimana mereka membagi hartanya dan membayarkan hutangnya. Apabila telah sampai satu bulan, maka arwahnya itu dikembalikan ke makamnya dan ia berkeliling di seputar kuburannya selama satu tahun, sambil memperhatikan orang yang mendatanginya dan mendoakannya serta orang yang bersedih atasnya. Apabila telah sampai satu tahun, maka arwahnya dinaikkan ke tempat di mana para arwah berkumpul menanti hari ditiupnya sangkakala."
Dan ada lagi riwayat sebagai berikut,
اَلْمَيِّتُ إِذاَ مَاتَ دِيْرَ بِهِ دَارُهُ شَهْرًا يَعْنِيْ بِرُوْحِهِ وَحَوْلَ قَبْرِهِ سَنَةً ثُمَّ تُرْفَعُ إِلَى السَّبَبِ الَّذِيْ تَلْتَقِيْ فِيْهِ أَرْواَحُ اْلأَحْياَءِ وَاْلأَمْواَتِ .
"Seseorang apabila meninggal, maka ruhnya dibawa berputar-putar di sekeliling rumahnya selama satu bulan, dan di sekeliling makamnya selama satu tahun, kemudian ruh itu dinaikkan ke suatu tempat di mana ruh orang hidup bertemu dengan arwah orang mati." (HR. Dailami dari Abu Darda' ra.)
Matan ini direkam oleh ad-Dailami (w. 509 H / 1115 M) dalam kitabnya al-Firdaus fi Ma’tsur al-Khithab [(Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1417/1996), IV: 240, nomor 6722]. Selain itu matan ini juga dicatat oleh as-Sayuthi (w. 911 H / 1505 M) dalam dua kitabnya, yaitu Busyra al-Ka’ib bi Liqa’ al-Habib (h. 11) dan Syarh ash-Shudur bi Syarh Hal al-Mauta wa al-Qubur (h. 262)
Hadits lain terkait ruh orang yang telah meninggal
(ما من أحد يمر بقبر أخيه المؤمن كان يعرفه في الدنيا فيسلم عليه إلا عَرَفَهُ ورد عليه السلام)
“Tidak seorang pun melewati kuburan saudaranya yang mukmin yang dia kenal selama hidup di dunia, lalu orang yang lewat itu mengucapkan salam untuknya, kecuali dia mengetahuinya dan menjawab salamnya itu.” (Hadits Shahih riwayat Ibnu Abdul Bar dari Ibnu Abbas di dalam kitab Al-Istidzkar dan At-Tamhid).
(سألت أم هانئ رسول الله صلى الله عليه وسلم فقالت: أنتزاور إذا متنا ويرى بعضنا بعض يا رسول الله؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: يكون النَسَمُ طيرا تعلق بالشجر حتي إذا كان يوم القيامة دخلت كل نفس فى جسدها).
“Ummu Hani' bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: “Apakah kita akan saling mengunjungi jika kita telah mati, dan saling melihat satu dengan yang lainnya wahai Rarulullah? Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, “Ruh akan menjadi seperti burung yang terbang, bergelantungan di sebuah pohon, sampai jika datang hari kiamat, setiap ruh akan masuk ke dalam jasadnya masing-masing.” (HR. Ahmad dan Thabrani dengan sanad baik).
(ما من رجل يزور قبر أخيه ويجلس عليه إلا استأنس ورد عليه حتي يقوم)
“Tidak seorang pun yang mengunjungi kuburan saudaranya dan duduk kepadanya (untuk mendoakannya) kecuali dia merasa bahagia dan menemaninya hingga dia berdiri meninggalkan kuburan itu.” (HR. Ibnu Abu Dunya dari Aisyah dalam kitab Al-Qubûr).
إن أعمالكم تعرض على أقاربكم وعشائركم من الأموات فإن كان خيرا استبشروا، وإن كان غير ذلك قالوا: اللهم لا تمتهم حتى تهديهم كما هديتنا)
“Sesungguhnya perbuatan kalian diperlihatkan kepada karib-kerabat dan keluarga kalian yang telah meninggal dunia. Jika perbuatan kalian baik, maka mereka mendapatkan kabar gembira, namun jika selain daripada itu, maka mereka berkata: “Ya Allah, janganlah engkau matikan mereka sampai Engkau memberikan hidayah kepada mereka seperti engkau memberikan hidayah kepada kami.” (HR. Ahmad dalam musnadnya).
Maka tidak tepat ada pandangan yang mengatakan bahwa kunjungan arwah ke rumah keluarganya hanya khayalan tukang khayal. Sebaliknya, ulama-ulama besar Ahlus Sunnah Wal Jama'ah dari kalangan Syafi’iyyah-Asy’ariyyah seperti Syeikh Abu Bakr bin Syatha, Syeikh Al-Bujairami, Syeikh Ar-Ramli, Imam Al-Qurtubi, Syeikh Asy-Syaibani, dan Syeikh Al-Hakkari mengutip informasi tersebut tanpa menunjukkan penolakan. Ini menunjukkan bahwa mereka menerima kandungan informasi tersebut. Terlepas dari kualitas hadisnya dhaif, misalnya, kembalinya arwah ke rumah atau ke tempat lain, adalah tergolong perkara yang mungkin terjadi jika Allah mengizinkan. Wallahu a'lam
Demikian Asimun Ibnu Mas’ud menyampaikan semoga bermanfa’at. Aamiin
*والله الموفق الى أقوم الطريق*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar