Hari ini tanggal 19 Maret 2021 bertepatan dengan tanggal 5 Sya'ban 1442 Hijriah. Bulan Sya’ban adalah bulan ke 8 dari Kalender Hijriyah. Dinamakan Sya’ban karena penduduk Arab saat itu bercerai berai untuk mencari air, ada yang bilang untuk mencari kebaikan.
Dinamakan Sya’ban ( شَعْبَانَ ) diambil dari lafazh شَعْبٌ yang artinya kelompok atau golongan karena orang-orang Arab dahulu pada bulan tersebut berpencar-pencar ( يَتَشَاعَب ) untuk mencari sumber air. Juga karena mereka berpisah-pisah ( تَشَاعُب / terpencar) di gua-gua. Dan dikatakan sebagai bulan Sya’ban karena bulan tersebut muncul ( شَعَبَ ) di antara dua bulan mulia, yaitu Rajab dan Ramadhan. Bentuk jamaknya adalah شَعَبَنَات dan شَعَابِيْن.
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Dinamakan Sya’ban karena sibuknya mereka mencari air atau sumur setelah berlalunya bulan Rajab yang mulia. Dan ada juga yang berpendapat selain itu." (Lihat Lisanul ‘Arab dan Fat-hul Baari (IV/251)
Seperti bulan-bulan lainnya, bulan Sya’ban memiliki beberapa keistimewaan tersendiri dari bulan-bulan lainnya. Antara lain :
*1. Bulan Sya’ban merupakan bulannya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam*
Makhluk yang paling mulya serta paling dicintai oleh Allah swt. Nabi saw bersabda,
وَشَعْبَانُ شَهْرِي فَمَنْ عَظَّمَ شَهْرَ شَعْبَانَ فَقَدْ عَظَّمَ أَمْرِي، وَمَنْ عَظَّمَ أَمْرِي كُنْتُ لَهُ فَرَطًا وَذُخْرًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ (رواه البيهقي)
“Sya’ban adalah bulanku, barang siapa yang mengagungkan bulan Sya’ban maka ia benar-benar mengagungkanku, dan barang siapa yang mengagungkan urusanku, maka aku pendahalunya dan penyimpannya kelak di hari kiamat” (HR. Al-Baihaqi)
Dalam riwayat lain disebutkan,
رَجَبٌ شَهْرُ اللهِ تَعَالَى وَشَعْبَانُ شَهْرِيْ وَرَمَضَانُ شَهْرُ أُمَّتِيْ
“Rajab adalah bulannya Allah, Sya’ban bulanku dan Ramadlan bulan umatku” (HR. Ibnu Asakir)
*2. Diangkatnya amal perbuatan manusia kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala*
Sebagaimana dalam hadits,
يَا رَسُولَ اللهِ ، لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنَ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ ، قَالَ ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah ditanya oleh Usamah bin Zaid ra, “Wahai Rasulullah, saya tidak pernah melihat engkau berpuasa dalam suatu bulan seperti berpuasa bulan Sya’ban ? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Bulan tersebut bulan yang sering dilupakan oleh orang-orang, bulan itu berada di antara bulan Rajab dan Ramadlan. Padahal di bulan tersebut, amal-amal perbuatan manusia diangkat ke Tuhan semesta alam (Allah Ta'ala), dan saya senang amal perbuatan saya diangkat sementara saya dalam keadaan berpuasa.” (HR. An-Nasa’i)
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan,
عمل العام يرفع في شعبان ؛ كما أخبر به الصادق المصدوق ويعرض عمل الأسبوع يوم الاثنين والخميس ، وعمل اليوم يرفع في آخره قبل الليل ، وعمل الليل في آخره قبل النهار . فهذا الرفع في اليوم والليلة أخص من الرفع في العام ، وإذا انقضى الأجل رفع عمل العمر كله وطويت صحيفة العمل
Amalan manusia dalam satu tahun, diangkat pada bulan Sya’ban. Sebagaimana dikabarkan oleh As-Shodiqul Mashduq (Orang yang jujur lagi dibenarkan, yakni Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) bahwa Sya’ban adalah bulan diangkatnya amal.
Demikian pula amalan dalam sepekan dilaporkan kepada Allah pada hari Senin dan Kamis. Adapun amalan (pent, harian) siang dilaporkan di penghujung siang sebelum malam tiba. Dan amalan malam dilaporkan di penghujung malam sebelum tibanya siang.
Pelaporan amal harian, lebih khusus daripada pelaporan amal tahunan.
Ketika ajal seseorang datang, seluruh amal perbuatan yang dia lakukan di selama hidupnya, akan diangkat seluruhnya. Kemudahan lembaran catatan amalnya akan digulung.” (Hasyiyah Ibnul Qayyim ‘alas Sunan Abi Dawud, 12/313)
*3. Bulan untuk berdoa kepada Allah Ta'ala*
Bulan Sya’ban sangat dekat dengan bulan suci Ramadhan. Umat Islam dianjurkan untuk memohon panjang umur kepada Allah SWT agar dapat mengalami Bulan Ramadhan, bulan penuh kemurahan Allah SWT. Sedangkan lafal doa yang lazim dibaca adalah doa yang sama dengan doa bulan Rajab sebagai berikut,
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
“Ya Allah, berkatilah kami pada Bulan Rajab dan Bulan Sya’ban. Sampaikan kami dengan Bulan Ramadhan.”
Doa panjang umur itu juga dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana riwayat hadits berikut,
كان إذا دخل رجب قال اللهم بارك لنا في رجب وشعبان وبلغنا رمضان
“Jika masuk bulan Rajab, Rasulullah berdoa, ‘Ya Allah, berkatilah kami pada Bulan Rajab dan Sya‘ban. Sampaikan kami ke Bulan Ramadhan.’”
Syekh Ibnu Rajab menyimpulkan bahwa riwayat ini menganjurkan umat Islam untuk memohon panjang umur dengan niat untuk menambah kebaikan dan beramal saleh di masa mendatang. Pandangan Ibnu Rajab ini dikutip oleh Syekh Abdur Rauf Al-Munawi ketika mensyarahkan kumpulan hadits Jami‘us Shaghir berikut ini,
قال ابن رجب: فيه أن دليل ندب الدعاء بالبقاء إلى الأزمان الفاضلة لإدراك الأعمال الصالحة فيها فإن المؤمن لا يزيده عمره إلا خيرا.
“Syekh Ibnu Rajab mengatakan, pada hadits ini terdapat dalil anjuran doa panjang umur hingga waktu-waktu utama (Ramadhan) agar dapat melakukan amal saleh di waktu-waktu tersebut. Pasalnya, tidak bertambah usia orang beriman melainkan bertambah kebaikannya,” (Lihat Abdur Rauf Al-Munawi, Faidhul Qadir bi Syarhi Jami‘is Shaghir, [Beirut, Darul Makrifah, 1972 M/1391 H], cetakan kedua, juz V, halaman 131).
Sya'ban dinamakan bulan ruwah karena bulan ini adalah bulan di mana para arwah leluhur yang telah mendahului kita menengok keluarga yang ditinggalkan di dunia. Dan keluarga yang masih hidup berbondong-bondong mendoakan arwah para leluhur menjelang bulan ramadhan. Baik melalui do'a, sedekah, tahlil dan tahmid maupun langsung berziarah ke kubur. Bulan sya'ban menjadi bulan special, artinya ada beberapa tradisi yang berlaku di bulan ini yang tidak dilaksanakan pada bulan-bulan lain. Diantara tradisi itu adalah menengok makam atau meziarahi kubur orang tua, kakek-nenek, saudara, sanak family, suami atau istri, anak atau bapak yang telah mendahului.
Yang patut dipahami bahwa doa dari orang yang hidup kepada orang yang mati itu bermanfaat. Dalil yang mendukungnya adalah firman Allah,
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.“ (QS. Al Hasyr: 10).
Ayat di atas menunjukkan bahwa di antara bentuk kemanfaatan yang dapat diberikan oleh orang yang masih hidup kepada orang yang sudah meninggal dunia adalah do’a. Ayat ini mencakup umum, yaitu ada doa yang ditujukan pada orang yang masih hidup dan orang yang telah meninggal dunia.
Dari keterangan ini kita dapat menyimpulkan bahwa niat dan itikad baik yaitu niat meningkatkan amal ibadah dan amal shaleh serta memperbaiki diri di bulan sya'ban untuk menyambut datangnya ramadhan sangat dianjurkan oleh agama.
Demikian Asimun Ibnu Mas'ud menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin
*والله الموفق الى أقوم الطريق*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar