Setan sebagai musuh yg nyata bagi manusia, tidak pernah kehabisan cara untuk menjerumuskan manusia dalam keburukan. Tipu dayanya membuat sesuatu yg sejatinya salah, seolah terlihat menjadi benar. Diantara tipu daya tersebut ialah dengan membuat manusia merasa dirinya suci dan merasa aman dari dosa.
Disadari atau tidak, ketika kita merasa telah mempelajari dan menguasai sesuatu, kita cenderung merasa paling pintar dan paling benar, menilai orang lain tidak berilmu dan salah. Demikian halnya ketika kita mempelajari dan memperdalam agama. Ketika kita merasa telah belajar dan menguasai ilmu agama, kita cenderung merasa paling benar dibanding dengan yg lainnya.
Sejatinya, merasa paling benar dan paling suci itu hanya tipu daya setan yg sangat halus sehingga membuat sesutau yg salah menjadi tampak benar. Firman Allah dalam QS al-Najm: 32,
هُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَإِذْ أَنْتُمْ أَجِنَّةٌ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ ۖ فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ ۖ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَىٰ
“Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS. Al-Najm: 32)
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يُزَكُّونَ أَنْفُسَهُمْ بَلِ اللَّهُ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَلَا يُظْلَمُونَ فَتِيلًا
“Apakah kami tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih. Sebenarnya Allah mensucikan siapa yang dikehendaki-Nya dan mereka tidak dianiaya sedikit pun” (QS. An-Nisa: 49).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
لاَ تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمُ اللَّهُ أَعْلَمُ بِأَهْلِ الْبِرِّ مِنْكُمْ
“Janganlah menyatakan diri kalian suci. Sesungguhnya Allah yang lebih tahu manakah yang baik di antara kalian.” (HR. Muslim no. 2142).
Jika kita ingin mengetahui bahayanya menganggap diri lebih baik, maka coba lihatlah pada kekurangan kita dalam ketaatan. Lalu lihat para orang yang menyatakan kita baik. Maka kalau seandainya mereka tahu kekurangan kita, pasti mereka akan menjauh.
Seharusnya sikap seorang muslim adalah mengedepankan suuzhon (prasangka jelek) pada diri sendiri. Ia merasa dirinya serba kurang. Tak perlulah ia memandang kejelekan pada orang lain. Kita ingat kata pepatah, “Semut di seberang lautan nampak, namun gajah di pelupuk mata tak nampak.”
Dari Abu Hurairah, ia berkata,
يُبْصِرُ أَحَدُكُمْ القَذَاة فِي أَعْيُنِ أَخِيْهِ، وَيَنْسَى الجَذَل- أو الجَذَع – فِي عَيْنِ نَفْسِهِ
“Salah seorang dari kalian dapat melihat kotoran kecil di mata saudaranya tetapi dia lupa akan kayu besar yang ada di matanya.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 592).
Hati-hati pula dengan sifat ujub, yaitu takjub pada diri sendiri. Dalam hadits yang ma’ruf disebutkan,
ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
“Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan: (1) tamak lagi kikir, (2) mengikuti hawa nafsu (yang selalu mengajak pada kejelekan), dan ujub (takjub pada diri sendiri).” (HR. Abdur Rozaq 11: 304).
Fenomena merasa paling benar dan paling suci adalah indikasi dari seseorang yang sombong, dan sikap ini tidak dianjurkan dalam Islam. Oleh karena itu, Islam menganjurkan umatnya untuk mengenal Tuhan dan dirinya. Karena jikalau sudah mengenal Tuhan dan dirinya akan terhindar dari berbagai penyakit hati yg bisa merusak tubuhnya.
Merasa paling benar pasti melahirkan kesombongan sehingga ia menganggap rendah orang yang tidak seperti dirinya, padahal bisa jadi orang-orang tersebut adalah yang lebih dekat kepada Allah lewat amal lain. Al-‘Allamah Ibnu Qayyim Al-Jauziyah Rahimahullah dalam Madarij As-Salikin berkata,
إذا فتح الله عليك في باب قيام الليل ، فلا تنظر للنائمين نظرة ازدراء . وإذا فتح الله عليك في باب الصيام ، فلا تنظر للمفطرين نظرة ازدراء. وإذا فتح الله عليك في باب الجهاد ، فلا تنظر للقاعدين نظرة ازدراء . فرب نائم ومفطر وقاعد .. أقرب إلى الله منك
“Jika Allah Ta’ala membukakan untukmu pintu (memudahkan) shalat malam, jangan memandang rendah orang yang tertidur. Jika Allah membukakan untukmu pintu puasa (sunnah), janganlah memandang rendah orang yang tak berpuasa. Dan jika Allah membukakan untukmu pintu jihad, maka jangan memandang rendah orang yang tak berjihad. Sebab, bisa saja orang yang tertidur, orang yang tidak berpuasa (sunnah) dan orang yang tak berjihad itu lebih dekat kepada Allah ketimbang dirimu.”
Kemudian beliau melanjutkan,
وإنك أن تبيت نائماً وتصبح نادماً خير من أن تبيت قائماً وتُصبح معجباً ، فإنَّ المُعجَب لا يصعد له عمل
“Sungguh, engkau ketiduran sepanjang malam lalu menyesal di waktu pagi, lebih baik daripada melewati malam dengan ibadah tapi merasa bangga di pagi hari. Itu karena orang yang sombong, amalannya tidak akan naik ke sisi Allah.”
Mari kita telaah secara perlahan, semoga dapat dijadikan bahan renungan.
Menjadi Benar itu penting, namun Merasa Benar itu tidak baik. Kearifan akan membuat seorang menjadi Benar tetapi bukan Merasa Benar.
Perbedaan Orang Benar dan orang yg Merasa Benar, yaitu:
Orang Benar tidak akan berpikiran bahwa ia adalah yg paling benar. Sebaliknya orang yg merasa benar di dalam pikirannya hanya dirinyalah yg paling benar.
Orang Benar, bisa menyadari kesalahannya. Sedangkan orang yg Merasa Benar merasa tidak perlu untuk mengaku salah.
Orang Benar setiap saat akan introspeksi diri dan bersikap rendah hati. Tetapi orang Merasa Benar, merasa tidak perlu introspeksi, karena merasa paling benar, mereka cenderung tinggi hati.
Orang benar memiliki kelembutan hati. Ia dapat menerima masukan dan kritikan dari siapa saja, sekalipun itu dari anak kecil.
Orang yang Merasa Benar hatinya keras, ia sulit untuk menerima nasihat dan masukan apalagi kritikan.
Orang Benar akan selalu menjaga perkataan dan perilakunya, serta berucap penuh kehati-hatian.
Orang yang Merasa Benar: berpikir, berkata, dan berbuat sekehendak hatinya, tanpa pertimbangan atau mempedulikan perasaan org lain.
Pada akhirnya, Orang Benar akan dihormati, dicintai dan disegani oleh hampir semua orang. Sedangkan orang yg Merasa Benar sendiri hanya akan disanjung oleh mereka yg berpikiran sempit, dan yg sepemikiran dengannya, atau mereka yang hanya sekedar ingin memanfaatkan dirinya.
Harusnya kita melihat contoh Abu Bakr, ia malah berdoa ketika dipuji oleh orang lain,
اللَّهُمَّ أَنْتَ أَعْلَمُ مِنِّى بِنَفْسِى وَأَنَا أَعْلَمُ بِنَفْسِى مِنْهُمْ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ وَاغْفِرْ لِى مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ وَلاَ تُؤَاخِذْنِى بِمَا يَقُوْلُوْنَ
"Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku. Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka." (HR. Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 4: 228, no.4876. Lihat Jaami’ul Ahadits, Jalaluddin As Suyuthi, 25: 145)
Mari terus memperbaiki diri untuk bisa menjadi Benar, agar tidak selalu Merasa Benar. Bila kita sudah termasuk tipe orang Benar, tetaplah dalam kebenaran dan selalu rendah hati. Wallahu a'lam
Demikian Asimun Ibnu Mas'ud menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin
*والله الموفق الى أقوم الطريق*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar