Kaitan dengan do’a, hal ini tidak begitu dipermasalahkan, sebab telah menjadi kepakatan ulama ahlussunnah wal jama’ah bahwa do’a sampai kepada orang mati dan memberikan manfaat bagi orang mati. Begitu banyak dalil yang menguatkan hal ini. Diantaranya dalil yang menunjukkan hal tersebut adalah sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’alaa telah berfirman :
والذين جاءوا من بعدهم يقولون ربنا اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين آمنوا ربنا إنك رءوف رحيم
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: "Ya
Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari
kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang
yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." (QS. al-Hasyr 59 ; 10)
Dalam ayat ini Allah subhanahu wa ta’alaa memberitahukan bahwa orang-orang yang datang setelah para sahabat Muhajirin maupun Anshar mendo’akan dan memohonkan ampun untuk saudara-saudaranya yang beriman yang telah (wafat) mendahului mereka sampai hari qiamat. [Tafsirul Jalalain karya al-Hafidz Jalaluddin as-Suyuthi dan Jalaluddin al-Mahalli (asy-Syafi’i)].
Mereka yang dimaksudkan adalah para tabi’in dimana mereka datang setelah masa para sahabat, mereka berdoa untuk diri mereka sendiri dan untuk saudara mukminnya serta memohon ampun untuk mereka. [Tafsir Ma’alimut Tanzil lil-Imam al-Baghawi asy-Syafi’i (w. 516 H)].
وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَا لْمُؤْمِنَاتِ
“dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mu'min, laki-laki dan
perempuan” (QS. Muhammad 47 : 19)
Ayat ini mengisyaratkan bermanfaatnya do’a atau permohonan ampun oleh yang hidup kepada orang yang meninggal dunia. Serta perintah untuk memohonkan ampunan bagi orang-orang mukmin.
رب اغفر لي ولوالدي ولمن دخل بيتي مؤمنا وللمؤمنين والمؤمنات ولا تزد الظالمين إلا تبارا
“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman
dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan
bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan”. (QS. Nuh 71 : 28)
Allah Subhanahu wa Ta’alaa juga berfirman :
وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ
“dan mendo'alah untuk mereka, sesungguhnya do'a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa
bagi mereka” (QS. at-Taubah : 104)
Frasa “shalli ‘alayhim” maksudnya adalah berdolah dan mohon ampulan untuk mereka, [Tafsir Ma’alimut Tanzil lil-Imam al-Baghawi asy-Syafi’i “Ash-Shalah” menurut bahasa adalah do’a. Frasa “sakanun lahum” yaitu sesunguhnya do’amu sebagai rahmat bagi mereka, ini qaul Ibnu ‘Abbas. ; Juga didalam Tafsir al-Qur’an al-‘Adhiim, Ibnu Katsir].
Ini menunjukkan bahwa do’a bermanfaat kepada orang lain.
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم كلما كان ليلتها من رسول الله صلى الله عليه وسلم يخرج من آخر الليل إلى البقيع فيقول السلام
عليكم دار قوم مؤمنين وأتاكم ما توعدون غدا مؤجلون وإنا إن شاء الله بكم لاحقون اللهم اغفر لأهل بقيع الغرقد.
“Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam pada malam hari yaitu keluar pada akhir malam ke
pekuburan Baqi’, kemudian Rasulullah mengucapkan “Assalamu’alaykum dar qaumin
mu’minin wa ataakum ma tu’aduwna ghadan muajjaluwna wa innaa InsyaAllahu bikum laa
hiquwn, Allahummaghfir lil-Ahli Baqi al-Gharqad”. [Shahih Muslim no. 1618 ; Sunan an-Nasa’i no. 2012 ; Assunanul Kubra lil-Imam al-Baihaqiy (4/79) ; Musnad Abu Ya’la no. 4635 ; Shahih Ibnu Hibban no. 3239].
Ini salah satu ayat dan hadits yang menyatakan bahwa mendo’akan orang mati adalah masyru’ (perkara yang disyariatkan), dan menganjurkan kaum muslimin agar mendo’akan saudara muslimnya yang telah meninggal dunia. Banyak-ayat-ayat serupa dan hadits-hadits yang menunjukkan hal itu. ‘Ulama besar madzhab Syafi’iyah yaitu al-Imam an-Nawawi dalam al-Adzkar menyebutkan :
بابُ ما ينفعُ الميّتَ من قَوْل غيره : أجمع العلماء على أن الدعاء للأموات ينفعهم ويَصلُهم . واحتجّوا بقول اللّه تعالى : { وَالَّذِينَ جاؤوا مِنْ
ب عْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنا اغْفِرْ لَنا ولإِخْوَانِنا الَّذين سَبَقُونا بالإِيمَانِ } وغير ذلك من الآيات المشهورة بمعناها، وفي الأحاديث المشهورة كقوله
صلى اللّه عليه وسلم : " اللَّهُمَّ اغْفِرْ لأهْ ل بَقِيعِ الغَرْقَ د " وكقوله صلى اللّه عليه وسلم : " اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنا وَمَيِّتِنَا " وغير ذلك .
“Bab perkataan dan hal-hal lain yang bermanfaat bagi mayyit : ‘Ulama telah ber-ijma’
(bersepakat ) bahwa do’a untuk orang meninggal dunia bermanfaat dan pahalanya sampai
kepada mereka. Dan ‘Ulama’ berhujjah dengan firman Allah : {“Dan orang-orang yang
datang sesudah mereka, mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami (59:10)”}, dan ayat-ayat lainnya yang
maknanya masyhur, serta dengan hadits-hadits masyhur seperti do’a Nabi shallallahu ‘alayhi
wa sallam “ya Allah berikanlah ampunan kepada ahli pekuburan Baqi al-Gharqad”, juga do’a:
“ya Allah berikanlah Ampunan kepada yang masih hidup dan sudah meninggal diantara
kami”, dan hadits- yang lainnya.” [Al-Adzkar li-Syaikhil Islam al-Imam an-Nawawi hal. 150].
Didalam Minhajuth Thalibin :
وتنفع الميت صدقة ودعاء من وارث وأجنبي.
“dan memberikan manfaat kepada mayyit berupa shadaqah juga do’a dari ahli waris dan
orang lain” [Minhajuth Thalibin lil-Imam an-Nawawi hal. 193].
Imam al-Mufassir Ibnu Katsir asy-Syafi’i terkait do’a dan shadaqah juga menyatakan sampai.
فأما الدعاء والصدقة فذاك مجمع على وصولهما، ومنصوص من الشارع عليهما
“Adapun do’a dan shadaqah, maka pada yang demikian ulama telah sepakat atas sampainya
pahala keduanya, dan telah ada nas-nas dari syariat atas keduanya”. [Tafsirul Qur’an al-‘Adzhim li-Ibni Katsir (7/465)].
Syaikh an-Nawawi al-Bantani (Sayyid ‘Ulama Hijaz) didalam Nihayatuz Zain :
وَالدُّعَاء ينفع الْمَيِّت وَهُوَ عقب الْقِرَاءَة أقرب للإجابة
“dan do’a memberikan manfaat bagi mayyit, sedangkan do’a yang mengiringi pembacaan al-
Qur‘an lebih dekat di ijabah”. [Niyahatuz Zain fiy Irsyadil Mubtadi-in lil-Syaikh Ibnu ‘Umar an-Nawawi al-Jawi hal. 162]
Syaikh al-‘Allamah Zainudddin bin ‘Abdul ‘Aziz al-Malibari didalam Fathul Mu’in :
وتنفع ميتا من وارث وغيره صدقة عنه ومنها وقف لمصحف وغيره وبناء مسجد وحفر بئر وغرس شجر منه في حياته أو من غيره عنه بعد
موته. ودعاء له إجماعا وصح في الخبر أن الله تعالى يرفع درجة العبد في الجنة باستغفار ولده له وقوله تعالى: {وَأَنْ لَيْ س لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا
سَعَى} عام مخصوص بذلك وقيل منسوخ.
“dan memberikan manfaat bagi mayyit dari ahli waris atau orang lain berupa shadaqah
darinya, diantara contohnya adalah mewaqafkan mushhaf dan yang lainnya, membangun
masjid, sumur dan menanam pohon pada masa dia masih hidup atau dari orang lain yang
dilakukan untuknya setelah kematiannya, dan do’a juga bermanfaat bagi orag mati
berdasarkan ijma’, dan telah shahih khabar bahwa Allah Ta’alaa mengangkat derajat seorang
hamba di surga dengan istighafar (permohonan ampun) putranya untuknya 9. dan tentang
firman Allah {wa an laysa lil-insaani ilaa maa sa’aa} adalah ‘amun makhsush dengan hal itu,
bahkan dikatakan mansukh”. [Fathul Mu’in bisyarhi Qurrati ‘Ain, al-‘Allamah Zainuddin bin ‘Abdul ‘Aziz al-Malibari hal. 431].
Sayyid al-Bakri Syatha ad-Dimyathi didalam I’anatuth Thalibin :
(قوله: ودعاء) معطوف على صدقة، أي وينفعه أيضا دعاء له من وارث وغيره،
“Frasa (do’a) ma’thuf atas lafadz shadaqah, yakni do’a juga memberikan manfaat bagi orang
mati baik dari ahli waris atau orang lain”. [I’anatuth Thalibin li-Sayyid al-Bakri Syatha ad-Dimyathi [3/256].
Syaikhul Islam al-Imam Zakariyya al-Anshari didalam Fathul Wahab :
" وينفعه " أي الميت من وارث وغيره " صدقة ودعاء " بالإجماع وغيره وأما قوله تعالى: {وأن ليس للإنسان إلا ما سعى} فعام
مخصوص بذلك وقيل منسوخ وكما ينتفع الميت بذلك ينتفع به المتصدق والداعي
“dan memberikan manfaat bagi orang mati baik dari ahli waris atau orang lain berupa
shadaqah dan do’a berdasarkan ijma’ dan hujjah lainnnya, adapun firman Allah {wa an laysa
lil-insaani ilaa maa sa’aa} adalah ‘amun makhshush dengan hal itu bahkan dikatakan
mansukh, sebagaimana itu bermanfaat bagi mayyit juga bermanfaat bagi person yang
bershadaqah dan yang berdo’a”. [Fathul Wahab bisyarhi Minhajith Thullab lil-Imam Zakariyya al-Anshari [w. 926 H] (2/23)].
Imam Ibnu Hajar al-Haitami didalam Tuhfatul Muhtaj :
(وينفع الميت صدقة) عنه ومنها وقف لمصحف وغيره وحفر بئر وغرس شجر منه في حياته أو من غيره عنه بعد موته (ودعاء) له (من
وهما مخصصان وقيل ناسخان « إن الله تعالى يرفع درجة العبد في الجنة باستغفار ولده له » : وارث وأجنبي) إجماعا وصح في الخبر
لقوله تعالى {وأن ليس للإنسان إلا ما سعى} [النجم: 39 ] إن أريد ظاهره وإلا فقد أكثروا في تأويله، ومنه أنه محمول على الكافر أو أن
معناه لا حق له إلا فيما سعى، وأما ما فعل عنه فهو محض فضل لا حق له فيه
“dan memberikan manfaat kepada mayyit berupa shadaqah darinya, seperti mewaqafkan
mushhaf dan yang lainnya, menggali sumur dan menanam pohon pada masa hidupnya atau
dari orang lain untuknya setelah kematiannya, dan do’a juga bermanfaat bagi orang mati baik
berasal dari ahli waris atau orang lain berdasarkan ijma’ dan telah shahih didalam khabar
bahwasanya Allah mengangkat derajat seorang hamba didalam surga dengan istighafar
anaknya untuknya, keduanya (ijma’ dan khabar) merupakan pengkhusus, bahkan dikatakan
sebagai penasikh untuk firman Allah {wa an laysa lil-insaani ilaa ma sa’aa} jika menginginkan dhahirnya, namun jika tidak maka kebanyakan ulama menta’wilnya, diantaranya itu dibawa atas pengertian kepada orang kafir atau maknanya tidak ada haq baginya kecuali pada perkara yang diusahakannya”. [Tuhfatul Muhtaj fiy Syarhi al-Minhaj lil-Imam Ibnu Hajar al-Haitami [7/72].
Imam Syamsuddin al-Khathib as-Sarbiniy didalam Mughni :
ثم شرع فيما ينفع الميت فقال (وتنفع الميت صدقة) عنه، ووقف، وبناء مسجد، وحفر بئر ونحو ذلك (ودعاء) له (من وارث وأجنبي)
كما ينفعه ما فعله من ذلك في حياته
“kemudian disyariatkan tentang perkara yang bermanfaat bagi mayyit, maka kemudian ia
berkata (dan bermanfaat bagi mayyit berupa shadaqah) darinya, waqaf, membangun masjid,
menggali sumur dan seumpamanya, (juga bermanfaat berupa do’a) untuknya (baik dari ahli
waris atau orang lain) sebagaimana bermanfaatnya perkara yang ia kerjakan pada masa
hidupnya”. [Mughni al-Muhtaj, Imam Syamsuddin al-Khatib as-Sarbini [4/110].
Al-‘Allamah Muhammad az-Zuhri al-Ghamrawi didalam As-Siraajul Wahaj :
وتنفع الميت صدقة عنه ووقف مثلا ودعاء من وارث وأجنبي كما ينفعه ما فعله من ذلك في حياته ولا ينفعه غير ذلك من صلاة وقراءة
ولكن المتأخرون على نفع قراءة القرآن وينبغي أن يقول اللهم أوصل ثواب ما قرأناه لفلان بل هذا لا يختص بالقراءة فكل أعمال الخير
يجوز أن يسأل الله أن يجعل مثل ثوابها للميت فان المتصدق عن الميت لا ينقص من أجره شيء
“dan shadaqah darinya bisa memberikan manfaat bagi mayyit seumpama mewaqafkan
sesuatu, juga do’a dari ahli waris atau orang lain sebagaimana bermanfaatnya sesuatu yang
itu ia lakukan pada masa hidupnya dan tidak memberikan manfaat berupa shalat dan
pembacaan al-Qur’an akan tetapi ulama mutaakhirin berpendapat atas bermanfaatnya
pembacaan al-Qur’an, dan sepatutrnya mengucapakan : “ya Allah sampaikan apa apa yang
kami baca untuk fulan”, bahkan ini tidak khusus untuk qira’ah saja tetapi juga seluruh amal
kebaikan boleh untuk memohon kepada Allah agar menjadikan pahalanya untuk mayyit,
sungguh orang yang bershadaqah untuk mayyit tidak mengurangi pahalanya dirinya”. [As-Sirajul Wahaj ‘alaa Matni al-Minhaj lil-‘Allamah Muhammad az-Zuhri [1/344]
Al-‘Allamah Syaikh Sulaiman al-Jamal didalam Futuhat al-Wahab :
قوله: وينفعه صدقة) ومنها وقف لمصحف وغيره وحفر بئر وغرس شجرة منه في حياته، أو من غيره عنه بعد موته ودعاء له من وارث
وأجنبي إجماعا
“(frasa bermanfaatnya shadaqah) diantaranya yakni waqaf untuk mushhaf dan yang lainnya,
menggali sumur dan menanam pohon darinya pada masa hidupnya atau dari orang lain
untuknya setelah kematiannya, dan do’a untuknya dari ahli waris dan orang lain berdasarkan
ijma’”. [Futuhatul Wahab lil-Imam Sulaiman al-Jamal (Hasyiyatul Jamal) [4/67].
Masih banyak lagi pertanyaan ulama-ulama Syafi’iyah yang termaktub didalam kitab-kitab mereka. Oeh karena itu dapat disimpulkan bahwa do’a jelas sampai dan memberikan kepada orang mati dan ulama telah berijma’ tentang ini. Artinya dari sini, mayyit bisa memperoleh manfaat dari amal orang lain berupa do’a. Ini adalah amal baik dan penuh kasih sayang terhadap saudara muslimnya yang telah meninggal dunia, dan telah menjadi kebiasaan kaum muslimin terutama yang bermandzhab syafi’i baik di Indonesia yang lainnya, yang dikemas dalam kegiatan tahlilan. Wallohu a’lam bish-Showab
Nahdliyin kini lebih intelektual karena mengedepankan dalil-dalil. Salut buat Nahdliyyin. Semoga semakin ilmiah. Karena, yang akan menguasai dunia adalah yang ilmiah. Ummat butuh yang ilmiah, tidak sekedar surgo manut neroko katut.. (Surga ikut, neraka juga ikut)
BalasHapusNahdliyin muda jangan kembali ortodok. Mendo'akan orang mati itu memang syari'at, tetapi kirim pahala kepada orang yang sudah mati, itu adalah tatanan yang sarat dengan penipuan berkedok agama. Dan itu mirip dengan model pembaptisan pada ummat non muslim, di mana seorang pendeta mengaku bisa menghilangkan dosa orang lain, dengan cara memberikan pahalanya kepada yang bersangkutan. Jika ummat Islam masih bertahan dalam pusaran itu, nanti ummat Islam akan menjadi ajang "pembolpusan".
BalasHapus