Kamis, 27 Agustus 2015
ADAKAH SHOLAT QODHO' DAN KAFAROT SHOLAT ?
Sholat adalah keeajiban bagi muslim mukallaf dan yg berakal sehat. Siapapun yg meninggalkannya dengan sengaja maka berdosa besar dan barangsiapa yg meninggalkannya karena tertidur atau terlupa tidak disengaja maka wajib mengqodho'nya.
Dalam sebuah riwayat dijelaskan ;
إِذَا رَقَدَ أَحَدُكُمْ عَنِ الصَّلَاةِ، أَوْ غَفَلَ عَنْهَا، فَلْيُصَلِّهَا إِذَا ذَكَرَهَا
“Apabila salah seorang dari kalian tertidur hingga luput dari mengerjakan satu shalat atau ia lupa, maka hendaklah ia menunaikan sholat tersebut ketika ia ingat.” (HR. Muslim)
2. Bergegas Mengqodho’ Sholat.
Dan diperbolehkan mengakhirkan qodho’ sholat yg ditinggalkan, apabila sholat tersebut ditinggalakan karena ada udzur, seperti ketiduran. Ketentuan ini didasarkan pada hadits Nabi ;
عَنْ عِمْرَانَ، قَالَ: كُنَّا فِي سَفَرٍ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَإِنَّا أَسْرَيْنَا حَتَّى كُنَّا فِي آخِرِ اللَّيْلِ، وَقَعْنَا وَقْعَةً، وَلاَ وَقْعَةَ أَحْلَى عِنْدَ المُسَافِرِ مِنْهَا، فَمَا أَيْقَظَنَا إِلَّا حَرُّ الشَّمْسِ، وَكَانَ أَوَّلَ مَنِ اسْتَيْقَظَ فُلاَنٌ، ثُمَّ فُلاَنٌ، ثُمَّ فُلاَنٌ – يُسَمِّيهِمْ أَبُو رَجَاءٍ فَنَسِيَ عَوْفٌ ثُمَّ عُمَرُ بْنُ الخَطَّابِ الرَّابِعُ – وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا نَامَ لَمْ يُوقَظْ حَتَّى يَكُونَ هُوَ يَسْتَيْقِظُ، لِأَنَّا لاَ نَدْرِي مَا يَحْدُثُ لَهُ فِي نَوْمِهِ، فَلَمَّا اسْتَيْقَظَ عُمَرُ وَرَأَى مَا أَصَابَ النَّاسَ وَكَانَ رَجُلًا جَلِيدًا، فَكَبَّرَ وَرَفَعَ صَوْتَهُ بِالتَّكْبِيرِ، فَمَا زَالَ يُكَبِّرُ وَيَرْفَعُ صَوْتَهُ بِالتَّكْبِيرِ حَتَّى اسْتَيْقَظَ بِصَوْتِهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَمَّا اسْتَيْقَظَ شَكَوْا إِلَيْهِ الَّذِي أَصَابَهُمْ، قَالَ: «لاَ ضَيْرَ – أَوْ لاَ يَضِيرُ – ارْتَحِلُوا»، فَارْتَحَلَ، فَسَارَ غَيْرَ بَعِيدٍ، ثُمَّ نَزَلَ فَدَعَا بِالوَضُوءِ، فَتَوَضَّأَ، وَنُودِيَ بِالصَّلاَةِ، فَصَلَّى بِالنَّاسِ
“Dari ‘Imron, ia berkata, Kami pernah dalam suatu perjalanan bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, kami berjalan di waktu malam hingga ketika sampai di akhir malam kami tidur, dan tidak ada tidur yg paling enak (nyenyak) bagi musafir melebihi yg kami alami. Hingga tidak ada yg membangunkan kami kecuali panas sinar matahari. Dan orang yg pertama kali bangun adalah si fulan, lalu si fulan, lalu seseorang yg Abu ‘Auf mengenalnya namun akhirnya lupa. Dan ‘Umar bin Al Khaththab adalah orang keempat saat bangun, Sedangkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bila tidur tidak ada yg membangunkannya hingga beliau bangun sendiri, karena kami tidak tahu apa yg terjadi pada beliau dalam tidurnya. Ketika ‘Umar bangun dan melihat apa yg terjadi di tengah banyak orang (yg kesiangan) -dan ‘Umar adalah seorang yg tegar penuh keshabaran-, maka ia bertakbir dengan mengeraskan suaranya dan terus saja bertakbir dengan keras hingga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam terbangun akibat kerasnya suara takbir ‘Umar. Tatkala beliau bangun, orang2 mengadukan peristiwa yg mereka alami. Maka beliau bersabda: Tidak masalah, atau tidak apa dan lanjutkanlah perjalanan. Maka beliau meneruskan perjalanan dan setelah beberapa jarak yg tidak jauh beliau berhenti lalu meminta segayung air untuk wudlu, beliau lalu berwudlu kemudian menyeru untuk shalat. Maka beliau sholat bersama orang banyak.” (HR. Bukhori)
Namun disunatkan untuk bergegas mengqodho’ sholat yg ditinggalkan karena adanya udzur. Sedangkan apabila sholat tersebut ditinggalkan tanpa adanya udzur maka diwajibkan untuk segera mengqodho’ sholat yg ditinggalkan menurut pendapat yg shohih.
3. Urutan qodho’ sholat.
Apabila sholat yg ditinggalkan lebih dari satu, disunatkan untuk mengqodho’ sholat2 tersebut berurutan, sesuai dengan waktunya. Kesunahan ini didasarkan pada hadits ;
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، أَنَّ عُمَرَ بْنَ الخَطَّابِ، جَاءَ يَوْمَ الخَنْدَقِ، بَعْدَ مَا غَرَبَتِ الشَّمْسُ فَجَعَلَ يَسُبُّ كُفَّارَ قُرَيْشٍ، قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا كِدْتُ أُصَلِّي العَصْرَ، حَتَّى كَادَتِ الشَّمْسُ تَغْرُبُ، قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «وَاللَّهِ مَا صَلَّيْتُهَا» فَقُمْنَا إِلَى بُطْحَانَ، فَتَوَضَّأَ لِلصَّلاَةِ وَتَوَضَّأْنَا لَهَا، فَصَلَّى العَصْرَ بَعْدَ مَا غَرَبَتِ الشَّمْسُ، ثُمَّ صَلَّى بَعْدَهَا المَغْرِبَ
“Dari Jabir bin Abdillah rodhiyallohu ’anhuma, bahwasannya Umar bin Khottob rodhiyallohu’anhu datang pada hari peperangan Khondaq setelah matahari akan tenggelam, lalu beliau mulai mencerca orang2 kafir Quraisy (karena menyebabkan para sahabat terlambat sholat ashar), beliau berkata: “Wahai Rosulullah, aku belum melakukan sholat ashar padahal matahari hampir tenggelam.” Nabi shollallohu’alaihi wa sallam bersabda: “Aku pun belum sholat ashar.” Maka kami bangkit menuju lembah buthhan, lalu Nabi shollallohu’alaihi wa sallam berwudhu untuk sholat, kami pun ikut berwudhu, lalu Rosulullah shollallohu ’alaihi wa sallam melakukan sholat ashar setelah matahari terbenam (di waktu maghrib), kemudian setelah itu beliau sholat maghrib.” (HR. Bukhori)
4. Tata cara sholat qodho’.
Cara mengerjakan sholat qodho’ itu sama saja dengan sholat ada’ (sholat ya dikerjakan pada waktunya) dalam semua hal, mulai dari syarat sah sampai rukun2nya. Sedikit perbedaannya terletak pada niatnya, dalam sholat qodho’ disunatkan untuk mengganti kata “ada’an” dengan kata “qodho’an”. Namun, hal ini tidak wajib, sebab dalam madzhab syafi’i tidak diwajibkan untuk menyinggung ada’ atau qodho’ ketika niat, hanya saja penambahan kata “qodho’an” dianjurkan untuk menghindari perselisihan seputar diwajibkannya penambahan tersebut.
SHOLAT KAFAROT
Mengenai shalat kafarat (mengqodlo sholat lima waktu yg tertinggal atau ditinggalkan dlm waktu lama) sy dapat keterangan yg dinukil dari kitab “Majmu’atul Mubarakah” karya Syekh Muhammad Shodiq Al-Qahhawi. Disana dijelaskan kebiasaan yg dilakukan oleh beberapa sahabat, diantaranya oleh Ali bin Abi Thalib rodhiyallohu 'anhu, dan terdapat sanad yg muttashil dan tsiqah kepada Ali bin Abi Thalib bahwa beliau melakukannya di Kufah. Dan yg memproklamirkan kembali hal ini adalah Al-Imam Al Hafidh Al Musnid Abubakar bin Salim rahimahullah, yaitu dilakukan pada setelah shalat jumat, pada meng Qadha sholat lima waktu, barangkali ada dalam hari2 kita sholat yg tertinggal, dan belum di Qadha, atau ada hal2 yg membuat batalnya sholat kita dan kita lupa maka dilakukan shalat qodho' tersebut.
Mereka melakukan hal itu menghendaki keberkahan dan kemuliaan hari jumat dan bulan Ramadhan. Adapun kaifiyahnya (tata caranya) adalah sholat dengan niat qadha`. Pertama sholat dhuhur, kemudian setelah salam langsung bangun sholat ashar qadha` dan begitu seterusnya sampai sholat subuh.
Tetapi jika tak dapat menghitung jumlahnya, dengan melakukan Sholat Sunnat kafarah.
Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda, " Barangsiapa selama hidupnya pernah meninggalkan sholat tetapi tak dapat menghitung jumlahnya, maka sholatlah di hari Jum'at terakhir bulan Ramadhan sebanyak 4 rakaat dengan 1x tasyahud (tasyahud akhir saja, tanpa tasyahud awal), tiap rakaat membaca 1 kali Fatihah kemudian surat Al-Qadar 15 X dan surat Al-Kautsar 15 X .
"Nawaitu Usholli arba’a raka’atin kafaratan limaa faatanii minash-sholati lillaahi ta’alaa”
Sayidina Abu Bakar ra. berkata
"Saya mendengar Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sholat tersebut sebagai kafaroh (pengganti) sholat 400 tahun dan menurut Sayidina Ali ra. sholat tersebut sebagai kafaroh 1000 tahun. Maka bertanyalah sahabat : umur manusia itu hanya 60 tahun atau 100 tahun, lalu untuk siapa kelebihannya ?". Rosululloh menjawab, "Untuk kedua orangtuanya, untuk istrinya, untuk anaknya dan untuk sanak familinya serta orang2 yg didekatnya/ lingkungannya."
Ada juga hadist riwayat Adz-Dzahabi dalam kitab Ahadits Mukhtarah:
وبإسناد مظلم عن أحمد بن عبيد الله النهرواني ثنا أبو عاصم ثنا الأوزاعي عن يحيى عن أبي سلمة عن أم سلمة قالت دخل شاب فقال يا رسول الله إني أضعت صلاتي فما حيلتي قال حيلتك بعد ما تبت أن تصلي ليلة الجمعة ثمان ركعات تقرأ في كل ركعة خمسة وعشرين مرة (قل هو الله أحد) فإذا فرغت فقل ألف مرة صلى الله على محمد فإن ذلك كفارة لك ولو تركت صلاة مائتي سنة وكتب لك بكل ركعة عبادة سنة ومدينة في الجنة وبكل آية ألف حوراء وتراني في المنام ن ليلته الحديث وهكذا فليكن الحديث الموضوع ( 8 أ ) وإلا فلا. أحاديث مختارة ج:1 ص:107
Dari Ummi Salamah: datang seorang pemuda kepada Rasulullah bertanya "Wahai Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam aku telah menelantarkan sholatku, apa yg dapat aku lakukan?". Rasulullah menjawab "Hendaknya kamu sholat pada malam Jumat delapan rakaat, setiap rakaat membaca Qul Huallaahu Ahad sebanyak 25 kali, lalu setelah sholat bacalah Shallallahu Ala Muhammad sebanyak 1000 kali, maka itu akan menebus sholat2mu yg kau tinggalkan walaupun dua ratus tahun dan Alloh akan mencatat setiap rakaatnya seperti ibadah setahun dan menjanjikan sorga, dan setiap ayat seribu bidadari dan akan melihatku dalam mimpi pada malam itu". Adz-Dzahabi mengatakan ini hadist maudlu' (tertolak).
Dari penjelasan diatas jelaslah jika sholat qodho adalah sunnah Nabi Shollallohu 'alaihi wa sallam dan sahabatnya. Sementara sholat kafarot ada dua penjelasan para ulama dari sumber yg berbeda terjadi adanya khilafiyah. Namun sy sendiri baru mendengar sebutan sholat kafarot yg dilaksanakan pada jum"at terakhir di bulan Romadhon dan belum pernah melaksanakannya. Wallohu a'lam
Semoga bermanfa'at unt menambah wawasan. Aamiin
N/B: Mohon koreksi dan pentashhihan masalah ini. Syukron
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar