MEDIA ONLINE RESMI MAJELIS WAKIL CABANG (WCNU)NU KECAMATAN CIPAYUNG KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

Sabtu, 31 Agustus 2024

KAJIAN TENTANG PERBEDAAN ANTARA AHMAD BIN ISA BIN ZAID DENGAN AHMAD BIN ISA BIN MUHAMMAD MENURUT PARA ULAMA

Bismillah, dalam mencari jawaban kesimpang-siuran silsilah nasab ba'alawi yang menjadi pangkal masalah adalah Ubaidillah bin Ahmad bin Isa akhirnya mendorong saya untuk mencari referensi kitab sejarah dan akhirnya mulai terjawab ketika saya menemukan penjelasan dalam kitab sejarah yang saya dapatkan.

Bagi yang mengatakan bahwa nasab ba'alawi terputus salah satu alasannya karena Ahmad bin Isa tidak pernah hijrah ke Hadramaut Yaman dan tidak memiliki anak bernama Ubaidillah, juga mereka meyakini bahwa makam Ahmad bin Isa berada di Wadi As-Salam Najaf Iraq bukan di Hadhramaut Yaman.

Sementara bagi yang meyakini bahwa Ubaidillah adalah salah satu anak dari Ahmad bin Isa yang ikut rombongan diantara 70 orang yang turut hijrah ke Hadramaut Yaman. Ahmad bin Isa meninggal dunia pada tahun 345 H atau 956 M di Al-Husaysah, sebuah kota antara Tarim dan Seiyun, Hadhramaut dan dimakamkan disana. Namun makam Ahmad bin Isa bin Muhammad ini belum diketemukan diakhir abad ke-9 hijriah dan baru diketemukan pada petunjuk "ghaib" pada sekitar abad ke-10 hijriah yang menjadikan kontroversi. Di dalam kitab Fathur Rahimir Rahman hal.41 dituliskan,

وبها تو فى الشيخ الامام احمد بن عيسى ودفن فى شعبها ولم يعرف الآن موضع قبره بل ان الشيخ عبد الله بن ابى بكر كان يزوره في الشعب المذكور 

"Di sana wafatlah Syekh Imam Ahmad bin Isa dan dimakamkan di lembahnya. Namun, kini tidak diketahui lokasi makamnya, tetapi Syekh Abdullah bin Abi Bakar pernah mengunjunginya di lembah yang disebutkan." (Umar Bin Abdurrahman Shahibul Hamra' (889 hijriah), dalam Fathur Rahimir Rahman hal.41).

Dalam catatan sejarah para ulama, saya mendapatkan penjelasan dari Kitab Siyar A'lam An-Nubala', Karya Imam Adz-Dzahabi juz 12 hal.72 dari  https://www.islamweb.net/ar/library/content/60/2146/%D8%A3%D8%AD%D9%85%D8%AF-%D8%A8%D9%86-%D8%B9%D9%8A%D8%B3%D9%89 sebagai berikut,

أحمد بن عيسى

ابن الشهيد زيد بن علي الحسيني ، شيخ بني هاشم وكبيرهم .

قال المدائني : بلغ الرشيد ظهور هذا بعبادان في سنة خمس وثمانين ، فدس عليه من خدعه ، وبايعه ، ثم أخذه في سفينة ، فهرب أحمد لواسط ، واختفى ذكره .

قلت : بقي بالبصرة في الأزد خاملا إلى أن مات سنة سبع وأربعين ومائتين . وعاش تسعا وثمانين سنة .

Ahmad bin Isa

Putra dari Asy-Syahid Zaid bin Ali Al-Husaini, seorang pemimpin dan sesepuh Bani Hasyim.

Al-Mada'ini berkata: "Sampai kepada Harun Ar-Rasyid kabar tentang Ahmad ini di Abadan pada tahun 185 H. Maka, ia mengutus seseorang untuk menipunya dan membai'atnya, lalu menangkapnya di sebuah kapal. Ahmad kemudian melarikan diri ke Wasith dan jejaknya menghilang." 

Saya katakan: "Ia tinggal di Basrah bersama suku Al-Azd dalam keadaan tak dikenal hingga wafat pada tahun 247 H. Ia hidup selama 89 tahun." (Kitab Siyar A'lam An-Nubala', Karya Imam Adz-Dzahabi juz 12 hal.72).

Demikian pula saya menemukan catatan sejarah dalam Kitab Al-A'laam, boleh saya katakan bahwa kitab ini mirip Siyar A'lam An-Nubala', Karya Imam Adz-Dzahabi. Kitab Al-A’laam merupakan karya besar Syaikh Khairuddin Az-Zirkili Ad-Dimasyaqi rahimahullah yang wafat tahun 1396 H/1976 M

Nama sebenarnya ialah Khairuddin bin Mahmud bin Muhamamd Ali bin Faris Az-Zirkili Ad-Dimasyqi. Beliau warga negara Arab Saudi dan meninggal di Mesir

Berkaitan dengan Kitab ini Syaikh Ali Ath-Thanthawi rahimahullah berkata tentang kitab Al A’laam,

عن كتاب الأعلام أنه من أعظمِ ما ألّف في هذا العصر وأنه :  أحد الكتب العشرة التي يفاخر بها هذا القرن القرون السابقات.  الذكريات  1/125

“Bahwa ia adalah termasuk buku yang paling besar dikarang pada masa sekarang ini, dan bahwa ia “Salah satu dari 10 kitab yang dapat dibanggakan pada abad ini daripada abad-abad sebelumnya”. (Adz-Dzikriyyatu juz 1 hal.125). 

Di dalam kitab Al-A'laam juz 1 hal. 191 karya Syaikh Khairuddin Az-Zirkili disebutkan,

أحمد بن عيسى

(١٥٧ - ٢٤٧ هـ = ٧٧٣ - ٨٦١ م )

أحمد بن عيسى بن زيد بن علي ، أبو

عبد الله الحسيني العلوي الطالبي : من زعماء الزيدية في العصر العباسي : كان في أيام الرشيد ، بالمدينة ، ونشأ فاضلاً عالماً بالدين والحديث . وقيل للرشيد إنه يعمل للخروج عليه ، فأحضره إلى بغداد وسجنه ، فقر من السجن واختباً مدة عند محمد بن إبراهيم الإمام ببغداد ، ثم ذهب إلى البصرة يتنقل

من دار إلى دار ، واحتيل للقبض عليه

فنجا . واستمر مستراً إلى أن مات بها.

Ahmad bin Isa

(157 - 247 H = 773 - 861 M)

Ahmad bin Isa bin Zaid bin Ali, Abu Abdullah Al-Husaini Al-Alawi Ath-Thalibi: Salah satu pemimpin Zaidiyah pada masa Abbasiyah. Ia hidup pada masa Harun Ar-Rasyid di Madinah dan tumbuh sebagai seorang yang berbudi luhur, ahli dalam agama dan hadits. 

Dikatakan kepada Harun Ar-Rasyid bahwa ia merencanakan pemberontakan, maka ia dibawa ke Baghdad dan dipenjarakan. Namun, ia berhasil melarikan diri dari penjara dan bersembunyi beberapa waktu di rumah Muhammad bin Ibrahim Al-Imam di Baghdad. Kemudian, ia pergi ke Basrah dan berpindah-pindah dari satu rumah ke rumah lain, dan ketika mereka berusaha menangkapnya, ia berhasil meloloskan diri. Ia terus hidup dalam persembunyian sampai akhirnya meninggal disana (Basrah)." (Kitab Al-A'laam juz 1 hal. 191)

المهاجر

(٢٦٠ - ٣٤٥ هـ - ٨٧٣ - ٩٥٦ م )

أحمد بن عيسى بن محمد الحسيني

العلوي الطالبي المعروف بالمهاجر :

جد بني المهاجر ، في حضرموت. ولد ونشأ بالبصرة. وهاجر منها بعائلته وأتباعه إلى المدينة ( سنة ۳١٧) وحج (۳۱۸) واتصل به بعض الحضارمة ، فزينوا له سكنى بلادهم ، لمقاومة مذهب و الأباضية

فرحل اليها ، ونزل بقرية « الجبيل ، في

وادي دوعن » ثم تحول الى غيرها

واستقر في : الحسيسة ، قرب و تريم)

إلى أن توفي ، وقبره معروف الى الان

وكان من نسله في حضرموت علماء

وأدباء وصلحاء عرف بعضهم بالعلويين

نسبة الى حفيد له يدعى علوي بن عبيد

الله بن أحمد بن عيسى

Al-Muhajir

(260 - 345 H = 873 - 956 M)

Ahmad bin Isa bin Muhammad Al-Husaini Al-Alawi Ath-Thalibi, yang dikenal sebagai Al-Muhajir: Leluhur Bani Al-Muhajir di Hadramaut. Ia lahir dan dibesarkan di Basrah. Ia hijrah dari sana bersama keluarganya dan para pengikutnya ke Madinah (pada tahun 317 H), lalu menunaikan haji (tahun 318 H). Beberapa orang dari Hadramaut mendekatinya dan menganjurkan agar ia menetap di negeri mereka untuk menghadapi ajaran Ibadiyah.

Ia kemudian pergi kesana dan menetap di desa Al-Jubail, di lembah Doan, lalu pindah ke tempat lain dan akhirnya menetap di Al-Husayisa, dekat Tarim, hingga wafat. Makamnya masih dikenal hingga sekarang. Dari keturunannya di Hadramaut lahir para ulama, sastrawan, dan orang-orang shaleh, beberapa di antaranya dikenal sebagai Al-Alawiyin, dinisbatkan kepada cucunya yang bernama Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa." ((Kitab Al-A'laam juz 1 hal. 191)

Dalam Kitab Siyar A'lam An-Nubala', Karya Imam Adz-Dzahabi juz 12 hal.72 dan penjelasan Kitab Al-A'laam, Karya Syeikh Az-Zirkili juz 1 hal. 191 menyebutkan nama orang yang sama yaitu Ahmad bin Isa bin Zaid dimasa Bani Abasyiah kepemimpinan Harun Ar-Rasyid sebagai pemberontak yang dalam persembunyiannya dia meninggal di Basrah dalam usia 89 tahun dan mungkin inilah yang dimaksudkan  makamnya Ahmad bin Isa bin Zaid di Wadi As-Salam Najaf Irak dekat dengan makamnya Sayidina Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu seperti penjelasan kedua kitab diatas. Adapun Ahmad bin Isan bin Zaid memiliki 5 anak yaitu Abu Al-Qasim Muhammad Al-Akbar Al-'Adalah, Ahmad, Husain, Abu Hasan Ali, dan Abu Ja'far Muhammad. (Kitab Al-Majdi karya Ibnu Shufi).

Sementara Ahmad bin Isa bin Muhammad dijelaskan dalam Kitab Al-A'laam, Karya Syeikh Az-Zirkili juz 1 hal. 191 sebagai Ahmad bin Isa bin Muhammad Al-Husaini Al-Alawi Ath-Thalibi, yang dikenal sebagai cikal bakal Al-Alawiyin, yang dinisbatkan kepada cucunya yang bernama Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa. Mungkin inilah yang dimakaud Ahmad bin Isa bin Muhammad yang makamnya tidak diketemukan di abad ke-9 dan baru diketahui makamnya di abad ke-10 disebuah lembah di Hadhramaut sebagaimana disebutkan dalam kitab Fathur Rahimir Rahman hal.41 diatas.

Dalam Kitab Abna’ul Imam fi Mishri wa Asy-Syam (abad 5H) menulis bahwa anak Ahmad bin Isa bin Muhammad ini ada empat, yaitu Muhammad, Ali, Husein dan Abdullah (yang diakui sebagai nama Ubaidillah). Meskipun dalam Kitab Asy-Syajarah Al-Mubarakah dijelaskan bahwa anak Ahmad bin Isa hanya tiga, yaitu Muhammad, Ali dan Husein. Wallahu a'lam bis-Shawab 🙏🏻

Oleh karenanya mohon kiranya catatan saya ini ada yang berkenan mentashhih (memperbaiki) dan mentahqiqnya (menelitinya) biar tidak menjadikan fitnah. 

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Selasa, 27 Agustus 2024

MENGKROSCEK KITAB AL-IMAM AL-MUHAJIR KARYA MUHAMMAD DHIYA' SYAHAB

Disebutkan dalam Kitab Al-Imam Al-Muhajir Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja'far Ash-Shadiq karya  Muhammad Dhiya’ Shahab dan Abdullah bin Nuh, cet. Pertama Daar Asy-Syuruq, Jami' Al-Huquq Mahfuzhah, Kerajaan Saudi Arabia, 1400 H./1980 hal.47-48 bahwa anak Al-Muhajir Ahmad bin Isa Ar-Rumi adalah Abdullah bukan Ubaidillah,

مغادرته البصرة

رأى الإمام المهاجر تفرق الطالبيين في البلدان ، ورأى سوء الحالة التي يعانيها الناس ، وسير الدولة إلى الذوبان ، وشاهد الفوضى ، وعاصر الأحداث الدامية ، وتفاقم الأهواء ، فلا أمن ولا استقرار ، والخطر نستحكم الحلقات ، فأيقن أن الرحيل أمر لا مفر منه ، بذلك اكتظت شعاب نفسه. 

لقد تركت فتنة الزنج آثاراً سيئة في الحياة وفي النفوس والعمران ، وتركت ثورة القرامطة وهجومهم على البصرة عام ٣١٠ ما لا يصبر عليه صابر ، اذ دخلوها والمهاجر بين أسرته ، وسكان البصرة في قلق وارتباك ، والنساء في ارتعاش وهلع ، والأطفال يصرخون جزعاً ، والجثث تتساقط في الشوارع ، والنيران تلتهب في المنازل ، وهو ينظر إلى كل ذلك فيخفف من هلع النساء ، ويمسح دموع الأطفال ، ويهدىء من روع الخدم . 

في ذلك العام العصيب عام ۳۱۰ هـ يبلغه نغي صديقه محمد بن جرير الطبري .

لم تعد الحالة من الاستقرار ما يستميله للبقاء ، فقر رأيه – بعد استشارة أفراد أسرته وأقاربه - على مغادرة العراق تاركاً بها أمواله وأبناءه ، فقد اشتدت الحالة إلى حد لا يرضى به ذو أريحية ، فوافق أقاربه على رأيه في الرحيل ، وقرر الاجتماع العائلي هجرته ، وحتى الفراق قوسه ، وانتسخ الأمل في البقاء . 

إلى الحجاز  

في سنة ٣١٧ ه في عصر المقتدر بالله (٢٩٥ - ٣٢٠ ه) توجهت قافلة كبيرة من البصرة ، غادرتها وهي تعج بسكانها وتضطرب بصناعها ، تخترق فضاءها أصوات الباعة ، وسائقي الدواب ، ومطارق الحدادين ورغاء الابل في المعاطق ، وضربت القابلة في فسيح الأرض ، واجتازت الوهاد ، وصعدت كل نجد .

غادرت القافلة تلك المدينة بعد أن هاجمتها غوائل الدهر ، ومرت عليها الحوادث والمآسي ، متوغلة في الصحراء ، تحمل الإمام المهاجر وزوجته زينب بنت عبد الله بن الحسن بن علي العريضي ، وابنه عبد الله

وزوجته أم البنين بنت محمد بن عيسى بن محمد ، وحفيده اسماعيل ( الملقب

بصري ) ابن عبد الله ، وحاشية عدد أفرادها نحو السبعين

*Kepergiannya dari Basrah*

Imam Al-Muhajir (Ahmad bin Isa) menyaksikan perpecahan keturunan Bani Thalib di berbagai negeri, melihat kondisi buruk yang dialami oleh masyarakat, serta menyaksikan negara yang berjalan menuju kehancuran, kekacauan, dan peristiwa berdarah yang terjadi. Beliau melihat ketegangan yang semakin meningkat, tanpa keamanan dan stabilitas, dan bahaya yang semakin mengancam. Beliau pun yakin bahwa meninggalkan negeri tersebut adalah keputusan yang tak terelakkan, perasaan ini memenuhi hatinya.

Fitnah kaum Zanji telah meninggalkan dampak buruk dalam kehidupan, jiwa, dan pembangunan. Revolusi Qaramithah serta serangan mereka terhadap Basrah pada tahun 310 H menyebabkan kondisi yang sangat sulit untuk ditolerir. Ketika mereka memasuki kota, Imam Al-Muhajir berada di antara keluarganya. Penduduk Basrah hidup dalam kecemasan dan kebingungan, para wanita gemetar ketakutan, anak-anak menjerit ketakutan, jenazah berjatuhan di jalanan, dan api membakar rumah-rumah. Melihat semua itu, beliau berusaha menenangkan para wanita, menghapus air mata anak-anak, dan menenangkan para pelayan.

Pada tahun yang penuh kesulitan tersebut, yaitu tahun 310 H, beliau menerima kabar kematian sahabatnya, Muhammad bin Jarir (Ibnu Jarir) Ath-Thabari.

Keadaan tidak lagi memberikan stabilitas yang bisa membuatnya bertahan. Setelah berkonsultasi dengan anggota keluarga dan kerabatnya, ia memutuskan untuk meninggalkan Irak, meninggalkan harta dan anak-anaknya di sana, karena situasinya telah memburuk ke tingkat yang tidak dapat diterima oleh orang yang memiliki martabat. Kerabatnya menyetujui keputusannya untuk pergi, dan dalam pertemuan keluarga, mereka memutuskan untuk melakukan hijrah. Perpisahan telah tiba, dan harapan untuk tetap tinggal telah pupus.

*Ke Hijaz*

Pada tahun 317 H, pada masa pemerintahan Al-Muqtadir Billah (295-320 H), sebuah kafilah besar berangkat dari Basrah. Mereka meninggalkan kota tersebut yang penuh sesak dengan penduduknya dan hiruk-pikuk para pengrajin. Suara pedagang, kusir, palu tukang besi, dan raungan unta terdengar memenuhi langit kota itu. Kafilah itu melintasi padang pasir yang luas, melewati lembah-lembah, dan mendaki dataran tinggi.

Kafilah itu meninggalkan kota setelah bencana menimpa dan tragedi melanda, mereka melintasi gurun, membawa Imam Al-Muhajir, istrinya Zainab binti Abdullah bin Hasan bin Ali Al-Uraidhi, putranya Abdullah, istrinya Umm Al-Banin binti Muhammad bin Isa bin Muhammad, cucunya Ismail (dikenal sebagai Basri) putra Abdullah, dan rombongan mereka yang terdiri dari sekitar tujuh puluh orang." (Al-Imam Al-Muhajir Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja'far Ash-Shadiq karya  Muhammad Dhiya’ Shahab dan Abdullah bin Nuh, cet. Pertama Daar Asy-Syuruq, Jami' Al-Huquq Mahfuzhah, Kerajaan Saudi Arabia, 1400 H./1980 hal.47-48)

Dalam penjelasan kitab ini pun nama anak Ahmad (Al-Muhajir) bin Isa (Ar-Rumi) bernama Abdullah bukan Ubaidillah. Wallahu a'lam bis-Shawab 🙏🏻 

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

MENGKROSCEK KITAB AL-IMAM AL-MUHAJIR AHMAD BIN ISA AR-RUMI KARYA MUSTHAFA BIN ABDURRAHMAN BIN ABDULLAH AL-ATHAS

Dalam artikel saya sebelumnya menyampaikan Kitab Asy-Syajarah Al-Mubarakah karya Imam Fakhrurrazi menyebutkan bahwa anak Imam Al-Muhajir Ahmad bin Isa hanya 3 orang yaitu Muhammad, Ali dan Husain. 

Demikian halnya dalam Kitab Al-Majdi fi Ansab Ath-Thalibin karya Najmuddin Ali bin Muhammad Al-Umari (w. 490 H), menyampaikan hal yang sama tidak menyebutkan nama Abdullah atau Ubaidillah, 

وأحمد ابو القاسم الابح المعروف بالنفاط لانه كان يتجر النفط له بقية ببغداد من الحسن ابي محمد الدلال على الدور ببغداد رأيته مات بآخره ببغداد بن محمد بن علي بن محمد بن أحمد بن عيسى بن محمد بن العريضي. ( المجدي في أنساب الطالبين للعمري، مكتبة آية الله عظمي المرعشي، 1422 ص. 337)

"Ahmad Abu Al-Qasim Al-Abah, yang dikenal dengan julukan An-Naffath karena ia berdagang minyak tanah, memiliki keturunan di Baghdad dari Hasan Abu Muhammad Ad-Dallal, yang tinggal di Baghdad. Aku melihatnya, ia meninggal di Baghdad pada akhirnya. (Ia adalah) putra Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Isa bin Muhammad Al-Uraidhi." (Al-Majdi fi Ansab Ath-Thalibin karya Imam Al-Umari, Maktabah Ayatullah Al-Uzhma Al-Mar'ashi, 1422 H, hlm. 337).

Dan baru saya ketemukan penjelasan bahwa anak Ahmad (Al-Muhajir) bin Isa Ar-Rumi ada nama Ubaid (Ubaidillah) dalam Kitab Al-Burqah Al-Musyiqah karya Abu Bakar bin Ali As-Sakran juga kitab-kitab lainnya karya ulama ba'alawi. Sementara dalam Kitab Al-Imam Al-Muhajir Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi An-Nasab wa As-Sirah wa Al-Hijrah karya Musthafa bin Abdurrahman bin Abdulllah Al-Athas pada halaman 102-103 menyebutkan bahwa anak Imam Al-Muhajir Ahmad bin Isa ada yang bernama Abdullah bukan Ubaidillah sebagaimana berikut,

أولاده وحفدته :

للامام أحمد المهاجر أربعة أولاد :

ا - محمد ، الذي تخلف على الاموال بالبصرة ، وتوفي بها ، وسلالته بالبصرة والدي ، ذكره ابن عنبة قال : ومن عقبه أبو محمد الحسن ابن محمد بن علي بن محمد بن أحمد بن عيسى المعروف بالغلال وله أولاد منهم أبو القاسم المعروف بالنفاط لأنه كان يتجر بالنفط ، وله بقية أولاد ببغداد

٢ - علي ، سلالته بالرملة .

٣ - الحسين ، سلالته بنيسابور

٤ - عبد الله ، ذكره عدد من المؤرخين وعلماء الأنساب ، سافر مع والده من البصرة إلى حضرموت، ولما توفي والده بالحسيسة ارتحل وعائلته من الحسيسة ، ووهب الأراضي التي اشتراها والده الجعفر مخدم ، واشترى بسمل عقارات وتزوج بفتاة من سمل ورزق منها ابنه جديد .

تلقى علومه بالبصرة واليمن ، وحج عام ٣٠٥ ه ثم عام ٣١٧ هـ مع والده ، وتوفي في سمل سنة ٣٨٣ هـ

وله ثلاثة أبناء :

۱ - بصري ، ولد بالبصرة ، معروف بسعة العلم والرواية ، تعلم من أبيه وأخيه علوي وتأدب بهما وتفقه على كثير ، وبرع في العربية والحديث والفقه حتى نصب للفتوى والتدريس جديد ، ولد بحضرموت وتعلم من والده واخوانه وتأدب بهم وسمع من خلائق بحضرموت واليمن والحجاز والعراق والاحساء وظفار. (ص ١.٢)

– علوي ، وهو أول من سمى بعلوي ، توفي بعد القرن الرابع ، واليه ينتمي علويو حضرموت والهند والحجاز وافريقيا وأندونيسيا وجاراتها وغيرها(۱)

_______

(۱) كان اللقب العلوي في الأصل لمن ينتسب إلى الإمام علي بن أبي طالب عن ذريته ، وقد يطلق على أتباعه ، كما يقال أحياناً لمن يميل إلى الامام علي ويتبعه ، كما يقال سفيانياً لمن يميل إلى أبي سفيان ، وهكذا . ثم أطلق في حضرموت واليمن والحجاز على ذرية الامام علوي بن عبيد الله بن أحمد بن عيسى ، وقد يطلق عليهم في الكتب

آل أبي علوي ، وفي الاصطلاح الحضر مي العام آل باعلوي .

على أن ملوك المغرب الاقصى وأسرهم يطلق عليهم اللقب العلوي إلى الآن لثبوت نسبهم العلوي . وفي سوريا توجد طائفة يطلق عليهم الآن العلويون ، ولم يكن هذا الاطلاق يفيد الانتساب إلى علي بن أبي طالب ، ولكنه يفيد الموالاة له . (ص ١.٣)

*Anak-anak dan Cucu-cucunya (Ahmad Al-Muhajir) :*

Imam Ahmad al-Muhajir memiliki empat anak:

*1. Muhammad*: Dia menetap di Basrah (Irak) dengan hartanya, dan meninggal di sana. Keturunannya masih ada di Basrah hingga sekarang. Ibnu ‘Anbah menyebutkan bahwa dari keturunannya ada Abu Muhammad Al-Hasan bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Isa, yang dikenal dengan nama Al-Ghallal, dan dia memiliki beberapa anak, di antaranya adalah Abu Al-Qasim, yang dikenal sebagai Al-Naffath karena dia berdagang minyak tanah. Keturunan lainnya juga ada di Baghdad.

*2. Ali*: Keturunannya berada di Ramalah (tepi barat Palestina).

*3. Husain*: Keturunannya berada di Naisabur (Khurasan Iran).

*4. Abdullah*: Beberapa sejarawan dan ahli genealogi menyebutnya. Dia melakukan perjalanan bersama ayahnya dari Basrah ke Hadramaut. Ketika ayahnya meninggal di Al-Hassisa, dia pindah bersama keluarganya dari Al-Hassisa, dan memberikan tanah yang dibeli oleh ayahnya kepada Ja'far Makhdum. Dia kemudian membeli properti di Sumal, menikah dengan seorang gadis dari Sumal, dan dikaruniai seorang putra bernama Jadid. Dia memperoleh ilmunya di Basra dan Yaman, menunaikan haji pada tahun 305 H, kemudian pada tahun 317 H bersama ayahnya, dan meninggal di Sumal pada tahun 383 H. 

Dia memiliki tiga anak:

*1. Basri*: Lahir di Basrah (Irak), dikenal karena ilmunya yang luas dan keahliannya dalam periwayatan hadits. Dia belajar dari ayahnya dan saudaranya, Alawi, dan dididik oleh keduanya. Dia juga mendalami ilmu dari banyak ulama, mahir dalam bahasa Arab, hadits, dan fikih hingga dia diberi wewenang untuk memberikan fatwa dan mengajar.

*2. Jadid*: Lahir di Hadramaut, dia belajar dari ayahnya dan saudara-saudaranya, serta dididik oleh mereka. Dia mendengar dari banyak orang di Hadramaut, Yaman, Hijaz, Irak, Al-Ahsa, dan Dhofar.

*3. Alawi*: Dia adalah orang pertama yang diberi nama Alawi, dan dia meninggal setelah abad keempat. Dari keturunannya lahir keluarga Alawi di Hadramaut, India, Hijaz, Afrika, Indonesia, dan sekitarnya.(1)

_________

(1) Gelar Alawi pada awalnya digunakan untuk mereka yang merupakan keturunan dari Imam Ali bin Abi Thalib dari keturunannya, atau kadang-kadang juga digunakan untuk para pengikutnya. Sebagaimana orang yang condong kepada Imam Ali dan mengikutinya disebut Alawi, demikian pula orang yang condong kepada Abu Sufyan disebut Sufyani. Kemudian di Hadramaut, Yaman, dan Hijaz, gelar ini digunakan untuk keturunan Imam Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa. Dalam kitab-kitab, mereka disebut dengan "Al Abi Alawi" atau dalam istilah umum Hadramaut disebut "Al Ba'alawi". Namun, di Maroko, gelar Alawi digunakan hingga sekarang untuk keluarga raja-raja dan keluarga mereka yang terbukti memiliki keturunan Alawi. Di Suriah, ada sebuah sekte yang disebut Alawiyun, tetapi penamaan ini tidak menunjukkan keturunan dari Ali bin Abi Thalib, melainkan menunjukkan loyalitas kepada Ali. (Kitab Al-Imam Al-Muhajir Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi An-Nasab wa As-Sirah wa Al-Hijrah karya Musthafa bin Abdurrahman bin Abdulllah Al-Athas hal.102-103). Wallahu a'lam bis-Shawab 🙏🏻 

Adakah yang berkenan menjelaskan berikut referensi kitab karya ulama dari selain karya ba'alawi yang bisa menguatkan bahwa nama Abdullah bin Ahmad bin Isa tersebut adalah Ubaidillah yang menjadi akar masalah batal tidaknya nasab ba'alawi? Atas jawabannya saya ucapkan Jazakumullah ahsanal jaza' wa syukron.

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Senin, 26 Agustus 2024

MENGKROSCEK KITAB TAHDZIB AL-ANSAB WA NIHAYAH AL-ALQAB KARYA IMAM AL-UBAIDILI (W.435)

Kitab Tahdzibul Ansab wa Nihayatul Alqab yang dikarang Al-Ubaidili (w. 435) abad 5 ketika menerangkan tentang keturunan Ali Al-'Uraidhi memiliki empat orang anak, sebagaimana kutipan berikut,

أولاد علي العريضي ابن الصادق

و العقب من علي العريضي بن جعفر الصادق صلوات الله عليهم منر أبعة نفر و هم محمد بن علي والحسن بن علي و جعفر بن علي و احمد بن علي.

فالعقب من ، محمد بن علي العريضي في: أبي الحسين عيسى النقيب وي فه العدد و يحيى بن محمد و الحسن بن محمد و الحسين بن محمد، و جعفر بن محمد

"Anak-anak Ali Al-Uraidhi bin Ash-Shadiq, dan keturunan dari Ali Al-Uraidhi bin Ja'far Ash-Shadiq, semoga Allah melimpahkan salawat-Nya kepada mereka, berasal dari empat orang, yaitu Muhammad bin Ali, Al-Hasan bin Ali, Ja'far bin Ali, dan Ahmad bin Ali.

Keturunan dari Muhammad bin Ali Al-Aridhi adalah: Abu Al-Husain Isa An-Naqib, dan darinya terdapat keturunan, serta Yahya bin Muhammad, Al-Hasan bin Muhammad, Al-Husain bin Muhammad, dan Ja'far bin Muhammad." (Tahdzibul Ansab wa Nihayatul Alqab karya Abu Al-Hasan Muhammad bin Abu Al-Ja'far Al-'Ubaidili hal.175).

Kemudian menyebutkan di halaman 176-177 sebagai berikut,

وأحمد بن عيسى النقيب بن محمد بن علي العريضي يلقب النفاط(۱) ص ١٧٦

__________

(١) كان يتجر بالنفط. 

من ولده ابو جعفر [الأعمى ] محمد بن علي بن محمد بن أحمد عمي في آخر عمره و انحدر إلى البصرة و أقام بها و مات بها وله أولاد و أخوه بالجبل له ) أولاد. ص ١٧٧

“Dan Ahmad bin Isa An-Naqib bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi diberikan gelar An-Naffath, sebagian dari keturunannya adalah Abu Ja’far (Al-A’ma: yang buta) Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad, ia buta di akhir hayatnya, ia pergi ke Basrah menetap dan wafat disana. Dan ia mempunyai anak. Saudaranya di Al-Jabal (gunung) juga mempunyai anak. (Tahdzibul Ansab wa Nihayatul Alqob karya Abu Al-Hasan Muhammad bin Abu Al-Ja'far Al-'Ubaidili hal.176-177)

Untuk lebih jelasnya saya kutipkan dari halaman 175-177 sebagai berikut,

وعيسى المعروف بالرومي بن محمد بن عيسى النقيب بن محمد بن علي العريضي له عدة من الاولاد منهم ابو جعفر بن عيسى الرومي وإسمه محمد أعقاب، و الحسن بن عيسى الرومي له أولاد لهم أعقاب، و أحمد بن عيسى

الرومي له أولاد و عقب و موسى محام بن عيسى الرومي له أولاد. والحسين بن عيسى الرومي إبنه عيسى بن الحسين يعرف بأبي الأصابع له ولد، و عبدالله بن غيسى الرومي يلقب بصلة له ولد بالري له مسلم و لمسلم بن عبدالله: الحسن و جعفر إبنا مسلم.

و زيد بن عيسى النقيب بن محمد بن علي العريضي الأسود قال: له عقب في صح.

و يحيى بن عيسى النقيب بن محمد بن علي العريضي ولده يحيى بن يحيى له عقب بالمدينة كان يحيى بن يحيى ينزل دار الصادق، و علي بن يحيى

بن عيسى النقيب.

و الحسين بن عيسى النقيب بن محمد بن علي العريضي له عقب بالري مرکز تحقیقات کا چوتی علوم اسلامی و الحسن بن عيسى بن محمد بن علي العريضي له عقب بشيراز و إصبهان و قم قال: كان من ولده غلام عيار ببغداد يسمى مهدي بن الحسن بن علي بن الحسن بن عيسى النقيب.

و إبراهيم بن عيسى النقيب بالري بن محمد بن علي العريضي و إبنه أبو الحسين عيسى بن إبراهيم نقيب الطالبيين بالمدينة قال: له عقب بهمدان و يقية يعني إبراهيم. 

وأحمد بن عيسى النقيب بن محمد بن علي العريضي يلقب النقاط(۱) 

__________

(١) كان يتجر بالنفط. 

من ولده ابو جعفر [الأعمى ] محمد بن علي بن محمد بن أحمد عمي في آخر عمره و انحدر إلى البصرة و أقام بها و مات بها وله أولاد و أخوه بالجبل له ) أولاد.

و موسى بن عيسى النقيب بن محمد بن علي العريضي بعض ولده بقزوين

و أبو محمد عبدالله الأحنف بن عيسى بن : بن علي العريضي فله عقب بالشام.

و جعفر بن عيسى النقيب بن محمد بن علي العريضي عقبه من محمد بن علي بن جعفر بن عيسى النقيب له عقب منهم ببخارا.

هذا ما ذكره صاحب الكتاب على غير. هذا الترتيب.

قال ابن طباطبا: و أبو تراب علي بن عيسى بن محمد بن علي العريضي عقبه من الحسن بن أبي تراب و له أولاد لهم أعقاب بالشام و غيرها. سوری

و إسحاق بن عيسى النقيب بن محمد بن علي العريضي له أولاد لهم أعقاب و انتشار منهم ! أبو الحسين عيسى بن إسحاق له أولاد فيهم عدد و لهم أعقاب، و طاهر بن إسحاق له عقب و محمد بن إسحاق له عقب، و أحمد بن

اسحاق له عقب.

و القاسم الأكبر بن عيسى النقيب له عقب في صح.

و سليمان أبو محمد بن عيسى النقيب له ولد بالري.

و إسماعيل بن عيسى النقيب له إبن بالري.

________

(۱) في الفخري: الأصل: وإخوة. كما يعبر المصنف بذلك كثيراً.

"Dan 'Isa yang dikenal dengan sebutan Ar-Rumi bin Muhammad bin 'Isa -Naqib bin Muhammad bin 'Ali Al-'Uradhi memiliki beberapa anak, di antaranya adalah Abu Ja'far bin 'Isa Ar-Rumi yang bernama Muhammad, memiliki keturunan. Dan Al-Hasan bin 'Isa Ar-Rumi memiliki anak-anak yang memiliki keturunan. Dan Ahmad bin 'Isa Ar-Rumi juga memiliki anak-anak dan keturunan. Dan Musa Muham bin 'Isa Ar-Rumi memiliki anak-anak. Dan Al-Husain bin 'Isa Ar-Rumi, anaknya adalah 'Isa bin Al-Husain yang dikenal dengan Abu Al-Asabi' memiliki seorang anak. Dan Abdullah bin 'Isa Ar-Rumi, yang dikenal dengan sebutan "Shilah," memiliki seorang anak di Rayy yang bernama Muslim. Dan dari Muslim bin Abdullah: Al-Hasan dan Ja'far adalah anak-anak Muslim.

Dan Zaid bin 'Isa An-Naqib bin Muhammad bin 'Ali Al-'Uraidhi, yang dikenal sebagai Al-Aswad, memiliki keturunan di Shah. 

Dan Yahya bin 'Isa An-Naqib bin Muhammad bin 'Ali Al-'Uraidhi, anaknya adalah Yahya bin Yahya yang memiliki keturunan di Madinah. Yahya bin Yahya tinggal di Daar Ash-Shadiq, dan 'Ali bin Yahya bin 'Isa An-Naqib.

Dan Al-Husain bin 'Isa An-Naqib bin Muhammad bin 'Ali Al-'Uraidhi memiliki keturunan di Rayy dan Qazwin. Dan Al-Hasan bin 'Isa bin Muhammad bin 'Ali Al-'Uraidhi memiliki keturunan di Shiraz dan Isfahan serta Qum. Dikatakan bahwa dari keturunannya ada seorang anak muda di Baghdad yang bernama Mahdi bin Al-Hasan bin 'Ali bin al-Hasan bin 'Isa An-Naqib.

Dan Ibrahim bin 'Isa Ar-Rumi di Rayy, putra Muhammad bin 'Ali Al-'Uraidhi, anaknya adalah Abu Al-Husain 'Isa bin Ibrahim, Naqib At-Thalibiyin di Madinah. Dikatakan bahwa ia memiliki keturunan di Hamadan dan wilayah lainnya yaitu Ibrahim. 

Dan Ahmad bin 'Isa An-Naqib bin Muhammad bin 'Ali Al-'Uraidhi dijuluki An-Nafath(1). 

__________

(1) Dia berdagang minyak bumi (An-Nafath)

Dari keturunannya, ada Abu Ja'far [Al-A'ma = yang buta] Muhammad bin 'Ali bin Muhammad bin Ahmad, yang pada akhir hidupnya menjadi buta dan pindah ke Basrah dan menetap di sana serta meninggal di sana. Dia memiliki anak-anak, dan saudaranya di gunung memiliki anak-anak. 

Dan Musa bin 'Isa An-Naqib bin Muhammad bin 'Ali Al-'Uradhi, beberapa keturunannya berada di Qazwin.

Dan Abu Muhammad Abdullah Al-Ahnaf bin 'Isa bin Muhammad bin 'Ali Al-'Uradhi memiliki keturunan di Syam.

Dan Ja'far bin 'Isa An-Naqib bin Muhammad bin 'Ali Al-'Uraidhi, keturunannya berasal dari Muhammad bin 'Ali bin Ja'far bin 'Isa An-Naqib, yang memiliki keturunan di antara mereka di Bukhara. 

Ini adalah apa yang disebutkan penulis kitab (Abu Al-Hasan Muhammad bin Abu Al-Ja'far Al-'Ubaidili) dengan urutan yang tidak sistematis.

Ibnu Thabathaba berkata: Dan Abu Turab 'Ali bin 'Isa bin Muhammad bin 'Ali Al-'Uraidhi, keturunannya berasal dari Al-Hasan bin Abu Turab, dan dia memiliki anak-anak yang memiliki keturunan di Syam dan di tempat lain.

Dan Ishaq bin 'Isa An-Naqib bin Muhammad bin 'Ali Al-'Uraidhi, dia memiliki anak-anak yang memiliki keturunan dan keturunannya tersebar. Di antara mereka adalah Abu Al-Husain 'Isa bin Ishaq yang memiliki anak-anak, di antaranya ada jumlah yang cukup banyak, dan mereka memiliki keturunan, dan Thahir bin Ishaq memiliki keturunan, dan Muhammad bin Ishaq memiliki keturunan, serta Ahmad bin Ishaq memiliki keturunan.

Dan Al-Qasim al-Akbar bin 'Isa An-Naqib memiliki keturunan di Shah.

Dan Sulaiman Abu Muhammad bin 'Isa An-Naqib memiliki seorang anak di Rayy.

Dan Ismail bin 'Isa al-Naqib memiliki seorang anak di Rayy. ((Tahdzibul Ansab wa Nihayatul Alqob karya Abu Al-Hasan Muhammad bin Abu Al-Ja'far Al-'Ubaidili hal.175-177). Wallahu a'lam bis-Shawab 🙏 

________

(1) Dalam Kitab Al-Fakhri: kata  لهم (bagi mereka) aslinya: dari kata إخوة (saudara-saudaranya). Seperti yang sering diungkapkan oleh penulis."

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Sabtu, 24 Agustus 2024

KISAH ISTIGHATSAH AHLI HADITS IBNU AL-MUQRI' DAN KISAH PERTOLONGAN SEORANG ALAWI

Kisah tiga orang hafizh (imam ahli hadits) terkemuka pada masanya yaitu Al-Hafizh Abu Al-Qasim Ath-Thabarani (260-360 H/874-971 M) pengarang Al-Mu’jam Al-Kabir, Al-Mu’jam Al-Ausath, Al-Mu’jam As-Shaghir dan lain-lain, Al-Hafizh Abu Asy-Syaikh Al-Ashbihani (274-369 H/897-979 M) pengarang Kitab Ats-Tsawab dan Al-Hafizh Abu Bakar bin Al-Muqri’ Al-Ashbihani (273-381 H/896-991 M) melakukan istighatsah dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Di dalam Kitab Tadzkirah Al-Huffazh karya Al-Imam Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Utsman Adz-Dzahabi (w. 748 H) yang kita kenal dengan Imam Adz-Dzahabi juz 3 hal. 121-122 menjelaskan sebuah kisah seorang wali Allah dan ahli hadits Abu Bakar bin Al-Muqri' (Ibnu Al-Muqri') sebagai berikut,

وروي عن أبي بكر بن أبي علي قال كان ابن المقرىء يقول : كنت أنا والطبراني وأبو الشيخ بالمدينة فضاق بنا الوقت فواصلنا ذلك اليوم فلما كان وقت العشاء حضرت القبر وقلت: يا رسول الله الجوع ؛ فقال لي : الطبراني اجلس فإما أن يكون الرزق أو الموت، فقمت أنا وأبو الشيخ فحضر الباب علوي ففتحنا له فإذا معه غلامان بقفتين فيهما شيء كثير وقال شكوتموني إلى النبي صلى الله عليه وآله وسلم رأيته في النوم فأمرني بحمل شيء إليكم. وقد أفرد الحافظ أبو موسى المديني ترجمة ابن المقرىء فقال : نا معمر بن الفاخر عمي سمعت أبا نصر بن أبي الحسن يقول سمعت ابن سلامة يقول قيل للصاحب بن عباد أنت رجل معتزلي وابن المقرىء محدث وأنت تحبه؟ قال لأنه كان صديق والدي وقيل : مودة الآباء قرابة الأبناء، ولأني كنت نائما فرأيت النبي صلى الله عليه وآله وسلم في النوم يقول لي : أنت نائم وولي من أولياء الله على بابك؟ فانتبهت فدعوت البواب وقلت : من بالباب؟ قال أبو بكر بن المقرىء .

Diriwayatkan dari Abu Bakar bin Abi Ali, ia berkata, "Ibnu Al-Muqri' biasa berkata: Aku, Ath-Thabrani, dan Abu Syaikh berada di Madinah, dan waktu itu kami mengalami kesulitan. Kami melewati hari itu tanpa makan. Ketika tiba waktu Isya', aku mendatangi makam (Nabi) dan berkata, 'Wahai Rasulullah, kami lapar.' Lalu Ath-Thabrani berkata kepadaku, 'Duduklah, entah rezeki akan datang atau kita akan meninggal.' Aku dan Abu Syaikh pun berdiri, lalu ada seorang Alawi (keturunan Ali) datang mengetuk pintu. Kami membukanya dan ternyata dia membawa dua pemuda dengan dua keranjang yang berisi banyak makanan. Ia berkata, 'Kalian mengadukan kondisimu kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa 'alihi wa sallam. Aku melihatnya dalam mimpi, dan dia memerintahkan aku untuk membawakan sesuatu kepada kalian.'"

Al-Hafiz Abu Musa Al-Madini menulis biografi Ibnu Al-Muqri'. Dia berkata, "Ma'mar bin Al-Fakhir berkata, 'Aku mendengar Abu Nasr bin Abi Al-Hasan berkata, 'Aku mendengar Ibnu Salamah berkata, 'Dikatakan kepada Sahib bin 'Abbad: 'Engkau adalah seorang Mu'tazili, dan Ibnu Al-Muqri' adalah ahli hadits, namun engkau mencintainya?' Ia menjawab, 'Karena dia adalah sahabat ayahku, dan ada yang mengatakan: 'Cinta orang tua adalah hubungan darah bagi anak-anak.' Selain itu, aku pernah tidur dan bermimpi melihat Nabi Shallallahu 'alaihi wa 'alihi wa sallam berkata kepadaku, 'Engkau tidur sementara salah satu wali Allah ada di depan pintumu?' Aku terbangun dan memanggil penjaga pintu dan bertanya, 'Siapa yang ada di pintu?' Dia menjawab, 'Abu Bakar bin Al-Muqri'." (Tadzkirah Al-Huffazh juz 3 hal. 121-122).

Kisah ini diriwayatkan oleh Al-Hafizh Ibn Al-Jauzi (508-597 H/1114-1201 M) dalam Al-Wafa bi-Ahwal Al-Mushthafa (hal. 818), Al-Hafizh Adz-Dzahabi dalam Tadzkirah Al-Huffazh (3/121-122), dalam Tarikh Al-Islam (hal. 2808) dan disebutkan oleh Syaikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani dalam Hujjatullah ‘ala Al-‘Alamin (hal. 805).

Dalam kisah di atas, jelas sekali al-Imam al-Hafizh Ibnu Al-Muqri’ Al-Ashbihani tersebut, dengan sepengetahuan kedua rekannya Al-Imam Al-Hafizh Ath-Thabarani dal Al-Imam Al-Hafizh Abu Asy-Syaikh, ber-istighatsah dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika kelaparan. Dan tidak satupun dari ulama yang menilai ketiga imam tersebut telah syirik, kafir dan murtad, sebagaimana dalam keyakinan kaum anti istighosah. Wallahu a'lam bis-Shawab 🙏

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Selasa, 20 Agustus 2024

MENGKROSCEK KITAB TSABAT AL-IMAM IBNU HAJAR AL-HAITAMI

Ada yang berargumentasi bahwa Imam Ibnu Hajar Al-Haitami mengisbatkan nasab Ba'alawi, benarkah demikian? Kita kroscek dulu.

Dalam kitab Tsabatnya Ibnu Hajar Al-Haitami menyebut sanad khirqoh sufiyah Syekh Abu Bakar bin Abdullah Al-Idrus (w. 914). Benarkah dengan ia menyebut sanad itu, Ibnu Hajar mengistbat nasab Ba'alawi?

Dalam kitab Tsabat itu, Ibnu Hajar menyebutkan sanad Abu Bakar bin Abdullah Al-Idrus. Tetapi Ibnu Hajar mengakui bahwa ia tidak pernah bertemu dengan Syekh Abu Bakar tersebut. Beliau mengatakan,

[سَنَدُ الإمام أبي بكر العَيْدَرُوس العَدَني في لبس الخرقة]

لي أيضاً في لبس الخرقة طريقة أخرى في غاية الفخامة، وذلك؛ لأنها عن القُطب الكبير والعلم الشهير السَّيدِ الشَّريف الحسيب النَّسِيب الإمام أبي بكر العيدروس(۱)، الذي قيل في ترجمته: «إنه شيخُ الجن والإنس والملائكة (٢). المدفون بعدن المحروسة، وقبره بها في غاية الجلالة، وعليه وعلى ما حوله من الأبنية النفيسة والقبة العجيبة والتابوتِ

الذي من خشب الصندل الصِّرْف الbغالي؛ ما عليه لوائح الجلال والمهابة ظاهرة، وما نسمع ثَمَّ من كراماته الباهرة، وكذا كانت في حياتِهِ رَضِيَ اللَّه عنه، وهو وإن لم أَلْقَهُ أيضاً لكنّي لَقِيتُ كثيراً من تلامذته (۳) ووَقَعَ بيني وبينهم ما يُجَوِّزُ لي الرواية عنه.

______________

(۱) هو الإمام أبو بكر بن عبد الله العيدروس بن أبي بكر بن عبد الرحمن السقاف باعلوي العَدَيّ (٨٥١-٩١٤ه‍) ، تربى بأبيه بتريم، وأَلْبَسَه الخرقة وأجازه وعمره أربعة عشر سنة، وله إجازات من علماء الآفاق كالحافظ السخاوي، أقام بعدن إلى أن مات، وقد عَدَّه جار الله بن فهد في: «معجمه» من شيوخه في الحديث. أفرد ترجمته الإمام محمد بَحْرَق . انظر : الغُرُر» (ص ٥٧٠) و «قلادة النحر» (٦: ٥٤٣-٥٤٤)

و النور السافر» (ص ٨١-٨٤) والمشرع الرَّوي» (۲): ۷۲-۸۳) و«الكواكب السائرة» (١: ١١٣-١١٤) تحت اسم (أبو بكر الشاذلي العيدروسي).

(۲) وصف المترجم بأنه شيخ للملائكة مبالغة غير مرضية.

(۳) منهم الإمام الوليُّ عبد الله بن شيخ بن الشيخ عبد الله العيدروس (٨٠٧-٩٤٤ هـ)، صَحِبَ عنه أبا بكر العيدروس. قال في «النور السافر» (ص۲۱۰): (وليس منه الخرقة جماعةٌ من أعيان مكة، وذَكَرَ الشيخُ ابن حجر الهيتمي في معجم مشايخه»: أنَّ له في لبس الخرقة جملة طرق يرجع بعضُها إلى العيدروس.

(Sanad Imam Abu Bakar Al-Idrus Al-‘Adani dalam Memakai Khirqah)

Saya juga memiliki cara lain dalam memakai khirqah yang sangat megah, karena berasal dari qutub besar dan ulama terkenal, sayyid yang mulia, keturunan yang terhormat, Imam Abu Bakar Al-Idrus(1), yang dalam biografinya dikatakan: "Dia adalah Syaikh dari jin, manusia, dan malaikat(2). Dimakamkan di Aden yang dilindungi, dan makamnya di sana sangat agung, dikelilingi oleh bangunan-bangunan berharga, kubah yang menakjubkan, dan peti dari kayu cendana murni yang mahal; semuanya memancarkan keagungan dan kewibawaan yang nyata, dan kita mendengar tentang keajaiban-keajaibannya yang luar biasa di sana, sebagaimana juga terjadi semasa hidupnya, semoga Allah meridainya. Meskipun saya tidak sempat bertemu dengannya, namun saya telah bertemu dengan banyak muridnya(3) dan ada kebolehan (kesepakatan) di antara saya dan mereka yang memberi saya izin untuk meriwayatkan darinya." (Tsabat Ibnu Hajar Al-Haitami hal. 195).

______________

(1) Dia adalah Imam Abu Bakar bin Abdullah Al-Idrus bin Abu Bakar bin Abdurrahman As-Saqaf Ba'alawi Al-‘Adani (851-914 H), yang dibesarkan oleh ayahnya di Tarim, dan diberi khirqah serta ijazah saat berusia empat belas tahun. Dia juga mendapatkan ijazah dari ulama-ulama dunia, seperti Al-Hafizh As-Sakhawi. Dia menetap di Aden sampai wafatnya. Jarallah bin Fahd menyebutnya dalam "Mu'jam"-nya sebagai salah satu syaikh dalam hadits. Imam Muhammad Bahraq telah menulis biografinya. Lihat: "Al-Ghurar" (hlm. 570), "Qiladat an-Nahr" (6: 543-544), "An-Nur as-Safir" (hlm. 81-84), "Al-Mashra’ ar-Rawi" (2: 72-83), dan "Al-Kawakib As-Sairah" (1: 113-114) di bawah nama (Abu Bakar Asy-Syadzili Al-Idrusi).

(2) Penggambaran bahwa dia adalah Syaikh malaikat adalah sebuah hiperbola yang tidak tepat.

(3) Di antara mereka adalah Imam wali Abdullah bin Syaikh bin. 

Perhatikan kalimat Ibnu Hajar Al-Haitami ketika ia menyebutkan sanad itu. ia hanya mengutip kalimat Abu Bakar Al-Idrus dengan kalimat: Qola Al-Qutub Abu Bakar Al-Idrus (telah berkata Abu Bakar Al-Idrus). Jadi yang terdapat dalam kitab Ibnu Hajar itu bukan kata-kata Ibnu Hajar Al-Haitami, tetapi kata-kata Abu Bakar Al-Idrus. Ibnu Hajar hanya mengutipnya saja. Kutipan Ibnu Hajar sebagai mana di bawah ini,

ولنختم بطريقة جليلة عالية المقدار؛ لأن مشايخها من أولهم إلى منتهاهم من آل البيت، كل عن أبيه، قال القطب أبو بكر العيدروس لَبِسْتُها من القطب عبد الله العيدروس، من أبيه أبي بكر: وهو أبيه عبد الرحمن السقاف ، وهو من أبيه محمد، من أبيه علي، من أبيه علوي من أبيه الفقيه محمد الذي يتشعب منه أنساب بني علوي ، من أبيه علي ، من أبيه محمد ، من أبيه علي: من أبيه علوي ، من أبيه محمد ، من أبيه علوي من أبيه عبد الله من أبيه أحمد من أبيه عيسى ، من أبيه محمد ، من أبيه علي ، من أبيه جعفر الصادق من أبيه الباقر، من أبيه علي زين العابدين من أبيه سيد الشهداء الحسين، من أبيه علي، من رسول الله ﷺ عدد معلوماته أبداً.

"Dan kita akhiri dengan cara yang mulia dan tinggi derajatnya; karena para syeikh dari awal hingga akhirnya adalah keturunan dari keluarga Nabi (Ahlul Bait). Setiap syeikh menerima dari ayahnya. Qutub Abu Bakar Al-Aydrus berkata, "Aku menerima (kebesaran) ini dari Qutub Abdullah Al-Aydrus, dari ayahnya Abu Bakar, dari ayahnya Abdurrahman As-Saqaf, dari ayahnya Muhammad, dari ayahnya Ali, dari ayahnya Alawi, dari ayahnya Al-Faqih Muhammad yang keturunannya bercabang menjadi Bani Alawi, dari ayahnya Ali, dari ayahnya Muhammad, dari ayahnya Ali, dari ayahnya Alawi, dari ayahnya Muhammad, dari ayahnya Alawi, dari ayahnya Abdullah, dari ayahnya Ahmad, dari ayahnya Isa, dari ayahnya Muhammad, dari ayahnya Ali, dari ayahnya Ja'far Ash-Shadiq, dari ayahnya Al-Baqir, dari ayahnya Ali Zainal Abidin, dari ayahnya Sayyid Asy-Syuhada' Al-Husain, dari ayahnya Ali, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebanyak jumlah pengetahuannya selamanya." (Tsabat Ibnu Hajar Al-Haitami hal.211-213).

Lalu jika kalimat tentang susunan sanad itu bukan ucapan Ibnu Hajar, tetapi ucapanan Abu Bakar al Idrus, dari mana Ibnu Hajar mendapatkannya? Ternyata Syekh Abu Bakar Al-Idrus, menulis sebuah kitab yang berjudul “Al-Juz’u Al-Lathif fi Tahkim Asy-Syarif” . kalimat itu terdapat dalam kitab tersebut.

Silahkan baca cetakan kitab Al-Juz’u Al-Lathif tersebut (halaman 493) yang dicetak dalam satu jilid bersama kitab Syekh Abu Bakar Al-Idrus lainnya, “Diwan Al-Adni”. Dua Kitab itu di cetak oleh Ahmad Muhammad Barokat melalui maktabah Daar As-Sanabil Damaskus dan Al-Hawi Beirut cetakan pertama tahun 1432 H/2011.

قلت : ألبسني شيخي ووالدي ، الشيخ الولي الكامل الفاضل ، قوت الكائنات ، عفيف الدين ، محيي النفوس والدروس ، عبد الله المكنى بالعيدروس بن أبي بكر رضي الله عنه ، كما ألبسه والده الشيخ الكبير أبو بكر, كما ألبسه والده الشيخ ، إمام الحقيقة والطريقة ، عبد الرحمن السكران السقاف ، كما ألبسه والده الشيخ الهمام محمد مولى الدويلة ، كما ألبسه والده الصالح الولي علي ، كما ألبسه والده الولي العارف ، ذو العلوم والمعارف ، الحبر العلامة علوي بن محمد ، كما ألبسه والده قطب الأقطاب ، الفرد الغوث . الجامع بين علمي الشريعة والطريقة ، المتحلّي بثمرات الحقيقة ، القدوة الرحلة في زمنه ، المشهور بالفقيه محمد بن علي، مقدم التربة بتريم حرسها الله تعالى وسائر بلاد الإسلام ، وهو جد آل باعلوي ، ومنه يتشعب نسبهم الشريف ، كما البسه والده علي بن محمد ، كما ألبسه والده صاحب مرباط محمد بن علي ، كم البسه والده خالع قسم علي بن علوي - وعلي بن علوي هذا الذي ذكره الجندي ةالخزرجي واليافعي وحسين الأهدل وجماعةٌ من المؤرخين أنه كان إذا صلَّى .. يكرر السلام على النبي صلى الله عليه وسلم حتى يسمع رد سلامِ جَده عليه أو كما قالوا ، انتهى - كما ألبسه والده علوي بن محمد ، كما ألبسه والده محمد بن علوي ، كما ألبسه والده علوي بن عبيد الله ، كما ألبسه والده عبيد ؟ أحمد ، كما ألبسه والده أحمد بن عيسى ، كما البسه والده عيسى بن محمد ، كما ألبسه والده محمد بن علي العريضي، كما ألبسه والده علي بن جعفر الصادق ، كما ألبسه والده جعفر الصادق ، كما ألبسه والده محمد الباقر ، كما البسه والده علي زين العابدين ، كما ألبسه والده الإمام أمير المؤمنين الحسين بن علي ، كما ألبسه والده الإمام أمير المؤمنين علي بن أبي طالب ، كما ألبسه الله بن رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، كما ألبسه ربُّ العالمين بواسطة الروح الأمين جبريل عليه السلام ، والحمد لله رب العالمين

Saya (Abu Bakar bin Abdullah Al-Idrus berkata, "Syeikh dan ayahku, sheikh wali yang sempurna, yang mulia, kekuatan makhluk, Afiifuddin, yang menghidupkan jiwa dan ilmu, Abdullah yang dijuluki Al-Aydrus bin Abu Bakar radhiyallahu 'anhu, telah memakaikan kepadaku sebagaimana beliau telah dipakaikan oleh ayahnya, sheikh besar Abu Bakar. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, imam hakikat dan tarekat, Abdurrahman As-Saqaf. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, sheikh yang gagah berani, Muhammad Maula Ad-Dawilah. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya yang saleh, wali Ali. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, wali yang arif, pemilik ilmu dan pengetahuan, cendekiawan besar Alawi bin Muhammad. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, kutub para kutub, individu yang menjadi ghawts, yang menggabungkan antara ilmu syariat dan tarekat, yang dihiasi dengan buah-buah hakikat, teladan yang menjadi rujukan pada masanya, yang dikenal sebagai Al-Faqih Muhammad bin Ali, pemimpin maqam di Tarim, semoga Allah melindunginya dan seluruh negeri Islam. Beliau adalah nenek moyang keluarga Ba'alawi, dari beliaulah nasab mereka yang mulia bercabang. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, Ali bin Muhammad. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, pemilik Mirbat, Muhammad bin Ali. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, Khali' Qasam, Ali bin Alawi. Ali bin Alawi inilah yang disebutkan oleh Al-Jundi, Al-Khazraji, Al-Yafi'i, dan Husain Al-Ahdal serta sekelompok sejarawan bahwa beliau, ketika salat... mengulang-ulang salam kepada Nabi Muhammad Shallallâhu ‘alaihi wa sallam hingga beliau mendengar jawaban salam dari kakeknya, atau sebagaimana yang mereka katakan. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, Alawi bin Muhammad. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, Muhammad bin Alawi. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, Alawi bin Ubaidillah. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, Ubaid? Ahmad. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, Ahmad bin Isa. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, Isa bin Muhammad. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, Muhammad bin Ali Al-‘Ariḍī. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, Ali bin Ja'far As-Sadiq. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, Ja'far As-Sadiq. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, Muhammad Al-Baqir. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, Ali Zain Al-Abidin. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, imam Amirul Mu’minin Husain bin Ali. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, imam Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh Rabb semesta alam melalui perantara ruh yang terpercaya, Jibril 'alaihissalam. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam." (Al-Juz’u Al-Lathif fi Tahkim Asy-Syarif hal.493). Wallahu a'lam bis-Shawab 🙏🏻

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

MEMBANTU JANDA SYARIFAH DAN ANAK-ANAK YATIMNYA

Tersenyumlah ketika pertama kali membaca judul artikel saya ini dan pastinya merasa penasaran akan uraian dan penjelasannya. Baiklah artikel ini bertujuan untuk mangingatkan bahayanya menzholimi dan memakan harta anak yatim dan memotivasi agar kita semangat dalam membantu janda miskin dan anak-anak yatimnya.

Imam Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Utsman bin Qaimaz bin Abdullah Adz-Dzahabi Al-Fariqi, yang lebih dikenal sebagai Al-Imam Adz-Dzahabi (673 - 748) dalam kitab karyanya Kitab Al-Kabair bab dosa besar yang ke-13 : Memakan Harta Anak Yatim dan Menzaliminya hal.68-69 sebagai berikut,

و مما جاء في فضل الاحسان إلى الارملة واليتيم عن بعض العلويين ـ وكان نازلاً يبلغ من بلاد العجم وله زوجة علوية وله منها بنات وكانوا في سعة ونعمة ، فمات الزوج وأصاب المرأة وبناتها بعده الفقر والقلة ، فخرجت ببناتها إلى بلدة أخرى

خوف شماتة الأعداء ، واتفق خروجها في شدة البرد فلما دخلت ذلك البلد

أدخلت بناتها في بعض المساجد المهجورة ، ومضت تحتال لهم في القوت فمرت يجمعين : جمع على رجل مسلم وهو شيخ البلد ، وجمع على رجل مجوسي وهو ضامن البلد . فبدأت بالمسلم وشرحت حالها له ، وقالت : أنا امرأة علوية ومعي بنات ايتام ادخلتهم بعض المساجد المهجورة ، وأريد الليلة قوتهم . فقال لها : أقيمي عندي البينة انك علوية شريفة. فقالت : انا امرأة غريبة ما في البلد من يعرفني فاعرض عنها ، فضت من عنده منكسرة القلب فجاءت إلى ذلك الرجل المجوسي فشرحت له حالها، وأخبرته ان معها بنات ايتام وهي امرأة شريفة غريبة ، وقصت عليه ما جرى لها مع الشيخ المسلم فقام وارسل بعض نسائه ، وأتوا بها وبناتها الى داره فاطعمهن أطيب الطعام، والبسهن أفخر اللباس وباتوا عنده في نعمة و كرامة.

قال فلما انتصف الليل رأى ذلك الشيخ المسلم في منامه كأن القيامة قد قامت ، وقد عقد اللواء على رأس النبي ، وإذا القصر من الزمرد الأخضر شرفاته من اللؤلؤ والياقوت وفيه قباب اللؤلو والمرجان ، فقال : يا رسول الله لمن هذا القصر ؟ قال لرجل مسلم موحد . فقال : يا رسول الله أنا رجل مسلم موحد . فقال رسول الله : أقم عندي البينة انك مسلم موحد . قال : فبقي متحيراً فقال له : لما قصدتك المرأة العلوية قلت اقيمي عندي البينة انك علوية ، فكذا أنت أقم عندي البينة انك مسلم : فانتبه الرجل حزيناً على رده المرأة خائبة ، ثم جعل يطوف بالبلد ويسأل عنها حتى دل عليها انها عند المجوسي ، فأرسل اليه فأتاه فقال له : ازيد منك المرأة الشريفه العلوية وبناتها . فقال : ما الى هذا من سبيل وقد لحقني من بركاتهم ما لحقني . قال : خذ مني الف دينار وسلمهن إلي ، فقال : لا أفعل فقال : لا بد منهن . فقال : الذي تريده أنت أنا أحق به والقصر الذي رأيته في منامك خلق لي . أتدل على بالاسلام ؟ فوالله ما نمت البارحة أنا وأهل داري حتى أسلمنا كلنا على يد العلوية ، ورأيت مثل الذي رأيت في منامك ، وقال لي رسول الله ﷺ : العلوية وبناتها عندك ؟ قلت: نعم يا رسول الله . قال : القصر لك ولأهل دارك وأنت وأهل دارك من أهل الجنة خلقك الله مؤمنا في الأزل . قال فانصرف المسلم وبه من الحزن والكآبة ما لا يعلمه إلا الله . فانظر رحمك الله إلى بركة الاحسان إلى الأرملة والأيتام ما اعقب صاحبه من الكرامة في الدنيا !

"Dan di antara yang disebutkan tentang keutamaan berbuat baik kepada janda dan anak yatim adalah kisah tentang seorang dari kalangan Alawiyin (keturunan Ali) yang tinggal di negeri Ajam. Ia memiliki seorang istri yang juga berasal dari keluarga Alawiyin (Syarifah) dan beberapa anak perempuan. Mereka hidup dalam kelimpahan dan kenikmatan, namun kemudian sang suami meninggal dunia, dan setelah itu, istri dan anak-anak perempuannya mengalami kemiskinan dan kesulitan. Karena takut diejek oleh musuh-musuhnya, sang istri pergi bersama anak-anak perempuannya ke kota lain. Saat mereka tiba di kota tersebut, cuaca sangat dingin. Ia membawa anak-anaknya ke sebuah masjid yang sudah tidak digunakan, kemudian ia pergi mencari cara untuk mendapatkan makanan bagi mereka.

Ia pertama kali menemui seorang pria Muslim yang merupakan kepala desa, kemudian ia menjelaskan keadaannya dan berkata, 'Saya adalah seorang wanita Alawiyah dan saya memiliki anak-anak perempuan yatim yang telah saya masukkan ke sebuah masjid yang sudah tidak digunakan. Saya memerlukan makanan untuk malam ini.' Pria Muslim tersebut berkata, 'Buktikan bahwa engkau adalah seorang Alawiyah yang mulia.' Sang wanita menjawab, 'Saya adalah seorang asing, tidak ada yang mengenal saya di sini.' Namun, pria itu mengabaikannya dan wanita tersebut pergi dengan hati yang hancur.

Kemudian ia menemui seorang pria Majusi (penganut Zoroastrianisme) yang merupakan orang yang bertanggung jawab atas desa itu. Ia menjelaskan keadaannya dan memberitahukan bahwa ia memiliki anak-anak yatim dan bahwa ia adalah seorang wanita mulia yang berasal dari luar kota. Ia juga menceritakan apa yang terjadi padanya ketika ia bertemu dengan kepala desa Muslim. Pria Majusi itu segera mengirim salah satu istrinya untuk menjemput wanita tersebut dan anak-anaknya, membawa mereka ke rumahnya, memberi mereka makanan terbaik, serta pakaian yang mewah. Mereka pun bermalam di sana dengan nikmat dan kehormatan.

Pada tengah malam, kepala desa Muslim itu bermimpi seolah-olah kiamat telah tiba dan bendera kenabian dipegang oleh Rasulullah ﷺ. Ada sebuah istana dari zamrud hijau dengan balkon-balkon dari mutiara dan yakut, serta kubah-kubah dari mutiara dan karang. Ia bertanya, 'Wahai Rasulullah, untuk siapakah istana ini?' Rasulullah menjawab, 'Untuk seorang Muslim yang bertauhid.' Ia berkata, 'Wahai Rasulullah, saya adalah seorang Muslim yang bertauhid.' Rasulullah berkata, 'Buktikan bahwa engkau adalah seorang Muslim yang bertauhid.' Ia terdiam kebingungan. Rasulullah melanjutkan, 'Ketika wanita Alawiyah itu datang kepadamu, engkau meminta bukti bahwa ia adalah Alawiyah yang mulia, maka sekarang, buktikan bahwa engkau adalah seorang Muslim.'

Ketika terbangun, kepala desa itu merasa sangat sedih karena telah menolak wanita tersebut. Ia kemudian berkeliling kota mencari wanita itu hingga ia diberitahu bahwa wanita tersebut berada di rumah pria Majusi. Ia mengirim pesan kepada pria Majusi itu untuk datang menemuinya. Ia berkata, 'Serahkan wanita Alawiyah yang mulia beserta anak-anaknya kepadaku.' Pria Majusi itu menjawab, 'Tidak mungkin, karena aku telah mendapatkan berkah dari mereka.' Kepala desa itu menawarkan, 'Ambil seribu dinar dariku dan serahkan mereka kepadaku.' Pria Majusi itu menjawab, 'Aku tidak akan melakukannya.' Kepala desa itu bersikeras, 'Aku harus mendapatkan mereka.' Pria Majusi itu menjawab, 'Apa yang engkau inginkan, aku lebih berhak untuk memilikinya. Istana yang kau lihat dalam mimpimu sebenarnya telah diciptakan untukku. Apakah engkau ingin menunjukkan jalan Islam kepadaku? Demi Allah, semalam aku dan seluruh keluargaku masuk Islam karena wanita Alawiyah itu, dan aku juga melihat mimpi yang sama dengan yang engkau lihat. Rasulullah ﷺ berkata kepadaku, 'Apakah wanita Alawiyah itu bersamamu?' Aku menjawab, 'Ya, wahai Rasulullah.' Rasulullah berkata, 'Istana itu milikmu dan milik keluargamu, dan engkau serta keluargamu adalah penghuni surga. Allah menciptakanmu sebagai orang yang beriman sejak azali.'

Maka, kepala desa itu pergi dengan hati yang sangat sedih dan muram, yang hanya diketahui oleh Allah. Maka perhatikanlah, semoga Allah merahmatimu, bagaimana berkah berbuat baik kepada janda dan anak yatim membawa kehormatan bagi pelakunya di dunia!" (Kitab Al-Kabir Imam Adz-Dzahabi bab dosa besar yang ke-13 : "Memakan Harta Anak Yatim dan Menzaliminya" hal.68-69). Wallahu a'lam bis-Shawab 🙏🏻 

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*