Selasa, 06 Februari 2018
NAZHOM WHATSAPP
*1) Undang-Undang WA*
ﻟﻠﻪِ ﺣَﻤﺪﻱ، ﻭﺻﻼﺗُﻪ ﻋَﻠﻰ # ﻣﺤﻤﺪٍ ﻭﺁﻟِﻪ ﺫَﻭِﻱ ﺍﻟﻌُﻼ
Hanya untuk Allah segala pujianku dan shalawat kepada Nabi Muhammad dan keluarga yang mulia-mulia
ﻭﺑﻌﺪُ : ﻗﺪْ ﺃﻭْﻻﻙَ ﺭﺑِّﻲ ﻧِﻌَﻤَﻪْ # ﻓﻼ ﺗَﻜُﻦْ ﻋﻦْ ﺷُﻜْﺮِﻫﻦَّ ﺫﺍ ﻋَﻤَﻪ
Allah telah memberimu kenikmatan maka jangan buta untuk mensyukurinya
ﻣِﻨْﻬﺎ ﺃﺧِﻲ ﺑَﺮﻧﺎﻣَﺞُ ﺍﻟﻮَﺗْﺴﺎﺏِ # ﻭﻫْﻮ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺤﺪَّﻳْﻦ ﺫُﻭ ﺍﻧﺘِﺴﺎﺏ
Diantaranya adalah program WatsApp yang sangat istimewa
ﻻ ﻳَﻨﺒﻐِﻲ ﻓﻲ ﻋَﺼْﺮِﻧﺎ ﺇﻫﻤﺎﻟُﻪُ # ﻻ ﺳﻴَّﻤﺎ ﺇﻥْ ﺃُﺣﺴِﻦَ ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻟُﻪ
Pada era ini tak pantas ga pake WA, terlebih untuk kebaikan
*2) Faedah-faedah WA*
ﻗﺪ ﺷُﻐِﻞَ ﺍﻷَﻧﺎﻡُ ﺑِﺎﻟﻮَﺗْﺴﺎﺏِ # ﺫﺍ ﺍﻟﻌَﺼْﺮَ ﻓَﻬْﻮَ ﻟِﻠﻌُﻘﻮﻝِ ﺳﺎﺏ
Sekarang manusia keranjingan dengan WA, karena memang sangat menarik
ﻭَﻫْﻮَ ﻭَﻻ ﺭَﻳْﺐَ ﻋَﻈِﻴﻢُ ﺍﻟﻔﺎﺋِﺪَﻩْ # ﻟِﻤَﻦْ ﻳَﻜُﻮﻥُ ﺍﻟﺨَﻴْﺮُ ﻓﻴﻪِ ﺭﺍﺋﺪَﻩ
Tak disangsikan WA sangat bermanfaat bagi pihak-pihak yang ingin kebaikan
ﻓﻼ ﻳَﻔُﺘْﻚَ، ﺑﻞْ ﻓِﻨﺎﺀَﻩُ ﺍﻗْﺘَﺤِﻢْ # ﻓﻬْﻮَ ﻭﺳﻴﻠﺔٌ ﺇﻟﻰ ﻭَﺻْﻞِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻢ
Jadi, jangan lewatkan dan pergunakanlah, karena WA adalah bisa jadi sarana silaturahmi
« ﻳُﻘﺮِّﺏُ ﺍﻷﻗﺼَﻰ » ﻭﻳُﺪْﻧِﻲ ﺍﻷﺑْﻌَﺪﺍ # ﻓَﻜَﻢْ ﺑِﻮﺻْﻞٍ ﻗﺪْ ﺣَﺒﺎ، ﻭﺃﺳْﻌَﺪﺍ
WA bisa mndekatkan yang jauh dan dengan pertemuan WA hati tenteram dan berbahagia
ﻭﻛﻢْ ﻳَﺒُﺚُّ ﻓِﻴﻪِ ﻛﻞُّ ﻣﺎﻫِﺮِ # ﻣِﻦْ ﻓِﻘْﻬِﻪ ﻧَﻔﺎﺋﺲَ ﺍﻟﺠَﻮﺍﻫِﺮِ !
Berapa banyak orang cerdas bisa menuangkan mutiara-mutiara indah di dalamnya
ﺗَﻠْﺘَﻘِﺢُ ﺍﻷَﻓْﻬﺎﻡُ ﻭﺍﻟﻌُﻘﻮﻝُ # ﻓﻴﻪِ ﻛﻤﺎ ﺗُﻨْﺘَﺨَﺐُ ﺍﻟﻨُّﻘﻮﻝ
WA bisa jadi arena musyawarah dan bisa menampilkan dalil-dalil pilihan
ﺗَﻘْﺮَﺃُ ﺃﻭْ ﺗَﺴْﻤَﻊُ ﻓﻴﻪ ﺍﻟﺪُّﺭَﺭﺍ # ﻻ ﺗَﺨْﺘَﺸِﻲ ﻣِﻨْﻪُ ﺃﺫًﻯ ﺃﻭْ ﺿَﺮَﺭﺍ
Di WA kamu bisa mmbaca dab mendengar hal-hal baik, tanpa takut dan khawatir
ﻭﻣﻊَ ﺫﺍﻙَ ﺻَﻔْﻮُﻩ ﻗﺪ ﻳَﻜْﺪُﺭُ # ﺑﻤﺎ ﻣِﻦَ ﺍﻷﺧْﻄﺎﺀِ ﻓﻴﻪ ﺗَﺼﺪُﺭ
Meskipun demikian kesucian WA kadang terkotori dengan kesalahan-kesalahan
*3) Rekomendasi dan Ketentuan-ketentuan Umum*
ﻭﻫَﺬِﻩ - ﻳﺎ ﺇﺧْﻮَاني - ﻭَﺻِﻴَّﻪْ # ﻟﻴْﺴَﺖْ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﻬﺘَﻢِّ ﺑﺎﻟﻌَﺼِﻴَّﻪ
Ini adalah rekomendasi hai saudaraku, tak asing bagi para partisi
ﻓِﻴﻬﺎ ﺿَﻮﺍﺑِﻂُ ﺫَﻭﺍﺕُ ﻧَﻔْﻊِ # ﻣَﻦْ ﻳَﺘَّﺒِﻌْﻬﺎ ﺣﺎﺯَ ﺣُﻜْﻢَ ﺍﻟﺮَّﻓْﻊِ
Di dalamnya berisi ketentuan-ketentuan yang bermanfaat, siapa pun mengikutinya akan mulia
ﺍِﺳْﺘَﺼْﺤِﺒَﻦْ ﻓﻲ ﺍﻟﻨِّﻴﺔِ ﺍﻹﺧْﻼﺻﺎ # ﻭﺍﻟﻠﻪَ ﺳَﻞْ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺮِّﻳَﺎ ﺧَﻼﺻﺎ
Niatkanlah dengan ikhlas kepada Allah dan mohonlah dijauhkan dari riya'
ﺍِﺣْﺮِﺹْ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻨَّﻔْﻊِ ﻭﺍﻟِﺎﺳْﺘِﻔﺎﺩَﻩْ # ﻭﺃﺣْﺴِﻦِ ﺍﻟﺘَّﻮْﺩِﻳﻊَ ﻭﺍﻟﻮِﻓﺎﺩﻩ
Usahakan tuk mmberi manfaat, faedah dan sopan saat mengawali dan mengakhiri
ﻭﺍﺷْﻜُﺮْ ﻟِﻜُﻞِّ ﻣَﻦ ﻳُﻔِﻴﺪُ ﻓﺎﺋﺪﻩْ # ﻓﺎﻟﺸُّﻜْﺮُ ﻟِﻠْﻤُﻔِﻴﺪِ ﻧِﻌْﻢَ ﺍﻟﻌﺎﺋﺪﻩ
Haturkan terima kasih kepada orang yang mmberi faedah, karena syukur untuk pemberi faedah adalah kebaikan mulia
ﻭﺟُﺪْ ﺑِﻤﺎ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋﻠﻴﻚَ ﻣَﻨَّﺎ # ﻋِﻠﻤًﺎ ﻭﺣﻜﻤﺔً، ﻳَﺰِﺩْﻙ ﻣَﻨَّﺎ
*Tuangkan semua ilmu dan hikmah yang diberikan kepadamu, niscaya Allah menambahknnya untukmu*
ﺍِﻋْﺘَﻦِ ﺑﺎﻟﻠُّﺒﺎﺏِ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻨﺸُﻮﺭِ # ﻻ ﺗَﻜْﺘَﺮِﺙْ – ﺃُﺧَﻲَّ - ﺑﺎﻟﻘُﺸُﻮﺭ
*Tuliskan inti pada setiap status, dan jangan bermain-main kata-kata*_
ﺍِﻧْﺘَﻖِ ﻣﺎ ﻳُﻔِﻴﺪُ ﻣِﻦ ﻣَّﻨﻘُﻮﻟِﻜﺎ # ﻭﺿَﻤِّﻦِ ﺍﻟﺤِﻜْﻤﺔَ ﻓﻲ ﻣَﻘُﻮﻟِﻜﺎ
*Pilihlah copasan yang penting dan sisipkan kebijakan dalam ucapan-ucapanmu yang kamu posting*
ﻭﻛُﻦْ ﻟِّﻤﺎ ﺗَﻨﻘُﻠُﻪ ﻣﺤﻘِّﻘﺎ # ﻭﻣﺎ ﺑِﻪ ﻣِﻦْ ﺧَﻄَﺄٍ ﻓﺪَﻗِّﻘﺎ
*Perhatikan copasan dengan seksama dan apa yang salah hilangkanlah*
ﺍُﻋْﺰُ ﺍﻟﻨُّﻘُﻮﻝَ، ﺧَﺮِّﺝِ ﺍﻵﺛﺎﺭﺍ # ﻻ ﺗَﺘْﺮُﻛَﻦ ﻟِّﻨَﻘْﺪِﻫﺎ ﻣُﺜﺎﺭﺍ
Nisbatkan copas kepada pemiliknya, takhrij haditsnya dan jangan menyisakan kontroversi
ﺇﻳَّﺎﻙَ ﻭﺍﻟﻤﻀﻌَّﻒَ ﺍﻟﻤﺸﻬُﻮﺭﺍ # ﻣِﻨْﻬﺎ، ﻓﻤﺎ ﺃﺣْﺮﺍﻩُ ﺃﻥْ ﻳَﻬُﻮﺭﺍ
Jangan sekali-kali memposting hadits sangat lemah dan jangan ngawur
ﻻ ﺗَﺤْﻚِ ﺻَﻮﺗًﺎ، ﺃﻭْ ﺗُﺴَﻮِّﺩْ ﺩَﻓْﺘَﺮﺍ # ﺑﺎﻟﺨﺒَﺮِ ﺍﻟﻀَّﻌِﻴﻒِ، ﺑَﻠْﻪَ ﺍﻟﻤﻔﺘَﺮَﻯ
Jangan menirukan suara atau menghitamkan catatanmu dangan hadits lemah, apalagi palsu
ﻭﺟﺎﺀَ ﻓﻲ ﺍﻟﺒﺎﺏِ ﺣَﺪِﻳثُ : « ﻣَﻦْ ﻛَﺬَﺏْ » # ﻓِﻴﻪِ ﻭَﻋِﻴﺪٌ ﻋَﻦْ ﺣِﻤَﻰ ﺍﻟﺴُّﻨَّﺔ ِﺫنيب
Dalam hal ini ada hadits ancaman memposting hadits dusta dari Rasulullah SAW
ﻭﺍﻟﻨَّﻘْﻞُ ﺇﻥْ ﻛﺎﻥَ ﻭَﻓَﻰ ﺑﻤﺎ ﻓَﺮَﻁْ # ﻭﻃﺎﻝَ ﻓﺎﻹِﻳﺠﺎﺯُ ﻓﻴﻪ ﻳُﺸْﺘَﺮَﻁْ
Copas jika terlalu panjang maka ringkaslah inti yang diperlukan
ﻭﻏُﺺْ ﺃﺧﻲ ﻟِﻠﺒﺤﺚِ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﻘﺎﺋﻖِ # ﻭﺍﻛْﺸِﻒْ ﺣِﺠﺎﺏَ ﺧُﺮَّﺩِ ﺍﻟﺪَّﻗﺎﺋﻖِ
Jangan membahas hakikat-hakikat dan singkaplah/bukalah hijab/penutup masalah rumit
ﻭﺍﺑْﻌَﺪْ ﻋَﻦِ ﺍﻟﻤﺴﺎﺋﻞِ ﺍﻟﻌِﻮﺍﺹِ ﻓﻲ # ﻃَﺮﺣِﻚَ، ﺇﺫْ ﺗُﻀِﻴﻊُ ﻭﻗﺖَ ﺍﻟﻮﺍﺻِﻒِ
Jauhi masalah-masalah rumit dalam statusmu, nanti bisa menyia-nyiakan waktu yang berharga
*Kitab Nazhom WA Jaman Now*
Demikian Asimun Ibnu Mas'ud menyampaikan semoga bermanfa'at. Aamiin
*والله الموفق الى أقوم الطريق*
🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼
Senin, 05 Februari 2018
KAJIAN TENTANG HUKUM ORAL SEKS SUAMI ISTRI
*Tanya*
Assalamu'alaikum ustadz, bagaimana hukum oral sex jaman now suami istri? Makasih dan mohon maaf jika kurang sopan
*Jawab*
Wa'aikumussalam wr.wb. penanya yang dirohmati Allah Ta'ala
Bagi kebanyakan pasangan, seks oral (oral seks) biasanya dilakukan sebagai bagian dari pemanasan atau foreplay. Kaum lelaki banyak yang menyukai aktivitas ini sebab oral seks mampu membakar fantasi mereka dalam meraih kepuasan. Pria biasanya merasakan kenikmatan yang lebih tinggi dalam menerima maupun memberikan seks oral.
Namun bagaimana Islam menilai perbuatan seks semacam ini?
Mengenai hukum oral seks (jika yang dimaksud adalah mencium kemaluan pasangan saat berhubungan) diperselisihkan oleh para ulama. Ulama Hambali membolehkan mencium kemaluan istri sebelum jima’, namun dimakruhkan jika dilakukan setelah itu. Hal ini yang disebutkan dalam kitab Kasyful Qona’, salah satu buku fikih madzhab Hambali.
Dalam kitab fikih Syafi'i disebutkan,
تتمة يجوز للزوج كل تمتع منها بما سوى حلقة دبرها ولو بمص بظرها أو استمناء بيدها، لا بيده، وإن خاف الزنا، خلافا لاحمد، ولا افتضاض بأصبع.
(Sebuah Pelengkap) Seorang suami dibolehkan menikmati semua bagian tubuh istrinya, kecuali bagian duburnya (sodomi), boleh menikmati semua bagian tubuh istri ini sekalipun dengan cara menjilat kelamin pasangannya dan sekalipun mengeluarkan sperma oleh tangan pasangannya. Sedang mengeluarkan sperma oleh tangan sendiri hukumnya haram sekalipun khawatir terjerumus perzinaan, namun berbeda dengan Imam Ahmad. Juga diharamkan menembus keperawanan dengan jari-jari tangan suaminya. (Fathul-Mu’in Syekh Zaenduddin Al-Malaebari, Juz 3, hal. 388).
Jika kita memperhatikan perkataan para fuqoha (ahli fiqh) terdahulu maka kita dapati isyarat akan bolehnya praktek oral sex meskipun praktek tersebut merupakan perkara yg qobih (buruk). Unt menjelaskan hal ini mari kita renungkan poin2 berikut,
Pertama : Praktek kelainan2 seksual seperti menjimak istri melalui dubur, atau menjimak hewan telah tersebutkan oleh para fuqoha terdahulu dalam kitab2 fiqih mereka. Demikian pula praktek oral sex juga telah diisyaratkan dalam buku2 fiqih terdahulu, bahkan diisyaratkan oleh Imam As-Syafi’i. Beliau rahimahullah berkata :
وَلَوْ نَالَ من امْرَأَتِهِ ما دُونَ أَنْ يُغَيِّبَهُ في فَرْجِهَا ولم يُنْزِلْ لم يُوجِبْ ذلك غُسْلًا وَلَا نُوجِبُ الْغُسْلَ إلَّا أَنْ يُغَيِّبَهُ في الْفَرْجِ نَفْسِهِ أو الدُّبُرِ فَأَمَّا الْفَمُ أو غَيْرُ ذلك من جَسَدِهَا فَلَا يُوجِبُ غُسْلًا إذَا لم يُنْزِل
ْ
“Kalau seandainya sang suami menggauli istrinya tanpa memasukkan dzakarnya ke farji (kemaluan) istrinya dan ia tidak mengeluarkan air mani maka hal ini tidak mengharuskannya mandi (janabah). Dan kami tidak mewajibkan mandi janabah kecuali jika ia memasukan dzakarnya ke kemaluan istrinya atau duburnya., maka tidak mewajibkan mandi jika ia tidak mengeluarkan air mani” (Al-Umm 1/37)
Zhohirnya seakan-akan Imam Syafii menjelaskan bahwa jika seorang lelaki memasukan kemaluannya di mulut istrinya atau bagian tubuh yg lain (seperti diantara dua paha, atau dua payudara, atau dua belahan pantat) maka tidak mewajibkan mandi junub kecuali jika sang lelaki mengeluarkan mani. Hal ini berbeda jika ia memasukan dzakarnya ke vagina wanita atau duburnya, meskipun tidak sampai mengeluarkan mani maka tetap wajib unt mandi junub.
Namun kenyataannya kita tidak mendapati penjelasan fuqoha terdahulu yg panjang lebar tentang hukum oral sex.
Kedua : Para ulama sepakat akan bolehnya menyentuh kemaluan istri. Ibnu ‘Abidin Al-Hanafi berkata,
سَأَل أَبُو يُوسُفَ أَبَا حَنِيفَةَ عَنِ الرَّجُل يَمَسُّ فَرْجَ امْرَأَتِهِ وَهِيَ تَمَسُّ فَرْجَهُ لِيَتَحَرَّكَ عَلَيْهَا هَل تَرَى بِذَلِكَ بَأْسًا ؟ قَال : لاَ ، وَأَرْجُو أَنْ يَعْظُمَ الأَْجْر
ُ
“Abu Yusuf bertanya kepada Abu Hanifah –rahimahullah- tentang seseorang yg memegang kemaluan istrinya, dan sang istri yg menyentuh kemaluan suaminya agar tergerak syahwatnya kepada sang istri, maka apakah menurutmu bermasalah?. Abu Hanifah berkata, “Tidak mengapa, dan aku berharap besar pahalanya” (Haasyiat Ibni ‘Aabidiin 6/367, lihat juga Al-Bahr Ar-Raaiq syarh Kanz Ad-Daqoiq 8/220, Tabyiinul Haqo’iq 6/19)
Ketiga : Pernyataan sebagian fuqoha yg menunjukkan akan bolehnya mencium kemaluan (vagina) wanita. Hal ini sangat ditegaskan terutama di kalangan para ulama madzhab Hanbali, dimana mereka menjelaskan akan bolehnya seorang suami mencium kemaluan istrinya sebelum berjimak, akan tetapi hukumnya makruh setelah berjimak (lihat Kasyaaful Qinaa’ 5/16-17, Al-Inshof 8/27, Al-Iqna’ 3/240)
Keempat : Bahkan ada sebagian fuqohaa yg menyatakan bolehnya lebih dari sekedar mencium. Yaitu bahkan dibolehkan menjilat kemaluan sang istri.
Al-Hatthob rahimahullah berkata,
قَدْ رُوِيَ عَنْ مَالِكٍ أَنَّهُ قَال : لاَ بَأْسَ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى الْفَرْجِ فِي حَال الْجِمَاعِ ، وَزَادَ فِي رِوَايَةٍ : وَيَلْحَسَهُ بِلِسَانِهِ ، وَهُوَ مُبَالَغَةٌ فِي الإِْبَاحَةِ ، وَلَيْسَ كَذَلِكَ عَلَى ظَاهِرِه
ِ
“Telah diriwayatkan dari Imam Malik –rahimahullah- bahwasanya ia berkata, “Tidak mengapa melihat kemaluan tatkala berjimak”. Dan dalam riwayat yg lain ada tambahan, “Ia menjilat kemaluan istrinya dengan lidahnya”.
Dan ini merupakan bentuk mubaalaghoh (sekedar penekanan) akan bolehnya, akan tetapi bukan pada dzhohirnya” (Mawaahibul Jaliil 5/23)
Al-Malibariy Al-Fananiy (dari kalangan ulama abad 10 hijriyah) dari madzhab As-Syafi’iyah berkata,
يَجُوزُ لِلزَّوْجِ كُل تَمَتُّعٍ مِنْهَا بِمَا سِوَى حَلْقَةِ دُبُرِهَا ، وَلَوْ بِمَصِّ بَظْرِهَا
“Boleh bagi seorang suami segala bentuk menikmati istrinya kecuali lingkaran dubur, bahkan meskipun mengisap kiltorisnya” (Fathul Mu’iin bi Syarh Qurrotil ‘Ain bi Muhimmatid diin, hal 482, terbitan Daar Ibnu Hazm, cetakan pertama tahun 1424 H-2004 H, Tahqiq : Bassaam Abdul Wahhaab Al-Jaabi)
Kelima : Saya belum menemukan dari kalangan fuqoha terdahulu yg mengharamkan mencium atau menjilat kemaluan pasangan. Adapun dua pendapat yg sy paparkan di awal jawaban ini adalah dalil-dalil yg disebutkan oleh para ahlul ilmu zaman sekarang. Diantara para ulama yg mengharamkan oral sex adalah Naashiruddin Al-Albani. Adapun diantara para ulama yg memandang oral sex adalah perbuatan yg buruk hanya saja hukumnya tidak sampai haram adalah Syaikh Al-Jibriin Al-Hambali.
Diperbolehkan bagi seorang suami unt bersenang-senang (istimta') dengan istrinya dengan cara bagaimanapun selain dengan melakukan hubungan intim melalui dubur. Termasuk diperbolehkan bagi suami unt menjilat atau menghisap kelentit/klitoris (bidhr) istrinya, asalkan tidak dilakukan saat istri sedang haid. Namun tetap diusahakan agar tidak sampai menjilat madzi yg biasanya keluar saat istimta', karena madzi hukumnya najis.
1. Hasyiyah I'anatut Tholibin, Juz : 3 Hal : 387-388
2. Al-Ghoyah Wat-Taqrib, Hal : 7
3. Kifayatul Akhyar, Juz : 1 Hal : 66
Ibarot :
Hasyiyah I'anatut Tholibin, Juz : 3 Hal : 387-388
تتمة : يجوز للزوج كل تمتع منها بما سوى حلقة دبرها ولو بمص بظرها
......................
قوله: تتمة) أي في بيان بعض آداب النكاح. وقد ذكرت معظمها قبيل مبحث الاركان (قوله: يجوز للزوج) ومثله المتسري (وقوله: كل تمتع منها) أي من زوجته: أي أو من أمته (قوله: بما سوى حلقة دبرها) أما التمتع بها بالوطئ فحرام: لما ورد أنه اللوطية الصغرى وأنه لا ينظر الله إلى فاعله وأنه ملعون (قوله: ولو بمص بظرها) أي ولو كان التمتع بمص بظرها فإنه جائز. قال في القاموس: البظر - بالضم - الهنة، وسط الشفرة العليا.اه
ويحرم بالحيض والنفاس ثمانية أشياء: الصلاة والصوم وقراءة القرآن ومس المصحف وحمله ودخول المسجد والطواف والوطء والاستمتاع بما بين السرة والركبة
ويدخل في قول الشيخ المذي لأنه خارج من أحد السبيلين وحجة نجاسته حديث علي رضي الله عنه في قوله :"كنت رجلا مذاء فاستحييت أن أسأل رسول الله صلى الله عليه وسلم فأمرت المقداد فسأله فقال يغسل ذكره ويتوضأ". والمذي أبيض رقيق لزج يخرج بلا شهوة عند الملاعبة والنظر
Wallohu a'lam bis-Showab
Demikian Asimun Ibnu Mas'ud menyampaikan semoga bermanfaat unt menambah wawasan. Aamiin
*والله الموفق الى أقوم الطريق*
🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼
Sabtu, 27 Januari 2018
EDISI KHUTHBAH GERHANA BULAN 31 JANUARI 2018
*EDISI KHUTHBAH GERHANA BULAN 31 JANUARI 2018*
*(Masjid Andi Ghalib Ceger Cipayung Jakarta Timur)*
*Khutbah Pertama*
اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ وَسَخَّرَ لَكُمُ ٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ دَائِبَيْنِ وَسَخَّرَ لَكُمُ ٱلَّيْلَ وَٱلنَّهَارَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا اْلإِخْوَان، أُوْصِيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ، قَالَ اللهُ تَعاَلَى فِي اْلقُرْآنِ اْلكَرِيْمِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ: وَمِنْ ءَايَٰتِهِ ٱلَّيْلُ وَٱلنَّهَارُ وَٱلشَّمْسُ وَٱلْقَمَرُ، لَا تَسْجُدُوا۟ لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَٱسْجُدُوا۟ لِلَّهِ ٱلَّذِى خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
*Jama'ah gerhana rahimakumullah,*
Peristiwa gerhana, hanya terjadi sekali di zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu yang terjadi gerhana matahari. Bertepatan dengan wafatnya putra beliau dari Mariyah, yang bernama Ibrahim. Akhirnya muncul anggapan di tengah masyarakat, terjadinya fenomena gerhana ini karena wafatnya Ibrahim, putra Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana hadits berikut,
فعَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ قَالَ : "كَسَفَتْ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ مَاتَ إِبْرَاهِيمُ فَقَالَ النَّاس كَسَفَتْ الشَّمْسُ لِمَوْتِ إِبْرَاهِيمَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ" رواه البخاري (1043) ، ومسلم (915)
Di Indonesia, khususnya Jawa, dahulu orang-orang menganggap bahwa gerhana bulan terjadi karena Batara Kala alias raksasa jahat, memakan bulan. Mereka kemudian beramai-ramai memukul kentongan pada saat gerhana untuk menakut-nakuti dan mengusir Batara Kala. Bagi orang-orang Quraisy di Arab, gerhana bulan dikaitkan dengan kejadian-kejadian tertentu, seperti adanya kematian atau kelahiran seseorang. Kepercayaan ini dipegang secara turun temurun sehingga menjadi keyakinan umum masyarakat di zaman itu.
Semua kepercayaan itu tak lain adalah mitos atau takhayul yang karena pengetahuan masyarakat tentang alam, khusunya bumi, matahari dan rembulan belum cukup memadai. Sebagian dari mereka bahkan masih memgang kepercayaan yang disebut animisme dan dinamisme. Lalu bagaimanakah Islam memandang fenomena gerhana ini?
*Jama'ah gerhana rahimakumullah,*
Kepercayaan-kepercayaan seperti itu diluruskan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dalam Islam, gerhana bulan atau matahari adalah bentuk keagungan Allah sebagai Maha Pencipta sebagaimana sabda Rasullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sebuah hadits diriwayatkan Bukhari:
اِنَّ الشَّمْسَ وَاْلقَمَرَ لَا يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ اَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ وَلكِنَّهُمَا آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَصَلُّوا
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka lakukanlah shalat gerhana.” (Shahih Bukhari, 1042).
Dalam hadits tersebut ditegaskan bahwa tidak ada kaitan antara gerhana dengan meninggal atau lahirnya seseorang, baik seseorang itu dari kalangan orang-orang biasa maupun orang-orang terhormat. Tetapi sesungguhnya gerhana adalah tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah sebagai pencipta langit dan bumi serta seluruh alam berserta seluruh isinya. Gerhana tidak hanya merupakan tanda-tanda keberadaan Allah, tetapi juga sekaligus tanda-tanda kekuasaan-Nya. Adanya keteraturan alam raya ini berarti adanya yang mengatur keteraturan itu. Yang Maha Mengatur itulah Tuhan, Allah Ta'ala.
*Jama'ah gerhana rahimakumullah,*
Gerhana merupakan kejadian luar biasa yang menyimpang dari keteraturan-keteraturan yang diatur sendiri oleh Allah. Allah yang mengatur, Allah pula yang mengatur kejadian luar biasa yang menyimpang dari keteraturan-keteraturan yang ditetapkan-Nya. Ini artinya Allah Maha Berkuasa atas apa pun yang terjadi di alam raya ini. Allah adalah Raja Diraja yang tak satu pun makhluknya mampu melawan kehendak-Nya.
Peristiwa gerhana hendaklah menjadi pengetahuan sekaligus keyakinan bahwa bulan purnama dapat memancarkan cahaya indah dan terang namun lembut, itu terjadi karena Allah Ta'ala menghendaki demikian. Namun, jika Allah menghendaki lain, maka kejadiannya juga akan lain. Memang segala sesuatu terjadi atas izin Allah. Jika Allah tidak mengijinkan maka sesuatu tidak akan terjadi. Hanya Allah yang bisa memberikan manfaat dan masyarat.
Allah Ta'ala berfirman,
وَكَأَيِّنْ مِنْ آيَةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ يَمُرُّونَ عَلَيْهَا وَهُمْ عَنْهَا مُعْرِضُونَ (105) وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلا وَهُمْ مُشْرِكُونَ (106) أَفَأَمِنُوا أَنْ تَأْتِيَهُمْ غَاشِيَةٌ مِنْ عَذَابِ اللَّهِ أَوْ تَأْتِيَهُمُ السَّاعَةُ بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ (107)
"Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedangkan mereka berpaling darinya. Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain). Apakah mereka merasa aman dari kedatangan siksa Allah yang meliputi mereka, atau kedatangan kiamat kepada mereka secara mendadak, sedangkan mereka tidak menyadarinya?" (QS. Yusuf : 105-017)
*Jama'ah gerhana rahimakumullah,*
Sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam diatas, bahwa ketika terjadi gerhana, kita dianjurkan melakukan shalat gerhana, maka tokoh-tokoh masyarakat, seperti kiai, ustadz dan para pengurus masjid hendaklah selalu mengikuti informasi mengenai gerhana, baik gerhana bulan maupun matahari. Ketika terjadi gerhana yang sebelumnya dapat diprediksi kapan akan terjadi, maka para tokoh bersama pengurus masjid perlu mengajak masyarakat untuk melakukan shalat gerhana. Kegiatan shalat ini akan mengalihkan masyarakat dari melakukan sesuatu yang besifat takhayul untuk kemudian melakukan ibadah sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan tuntunan dan keteladanan.
Oleh karena itu, jangan sampai selama hidup kita, sebagai orang Islam kita tidak pernah melakukan shalat gerhana. Jangan sampai ada masjid tidak pernah menyelenggarakan jama'ah shalat gerhana. Menyelenggarakan shalat gerhana tidak sulit. Memang ada perbedaan sedikit terutama mengenai jumlah rukuk dan berdiri serta bacaan surah Al-Faihah beserta surah lainnya, yakni masing-masing dua kali dalam setiap rakaatnya. Laki-laki dan perempuan dianjurkan untuk berjamaah melaksanakan shalat gerhana meski shalat sendirian juga dimungkinkan.
*Jama'ah gerhana rahimakumullah,*
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda dalam hadits lain yang diriwayatkan Bukhari:
اِنَّ الشَّمْسَ وَاْلقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ لَا يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ اَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذٰلِكَ ؛ فَاذْكُرُوْا اللهَ، وَ كَبِّرُوْا، وَصَلُّوْا، وَ تَصَدَّقُوْا.
“Sesungguhnya matahari dan bulan tidak mengalami gerhana karena terkait kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka berdzikirlah, bertakbirlah, lakukanlah shalat dan bersedekahlah.” (Shahih Bukhari, 1044).
Jadi selain shalat gerhana, kita juga dianjurkan untuk banyak berdzikir, membaca takbir dan membagikan sedekah. Dzikir dan takbir bisa dilakukan secara khusus, atau setidaknya sudah bisa termasuk di dalam shalat karena shalat juga merupakan dzikir yang di dalamnya banyak diucapkan asma Allah dan takbir. Setelah shalat dan khutbah kita laksanakan, kita bisa saling bersedekah di antara para jamaah, misalnya dengan saling berbagi makanan yang kita bawa dari rumah masing-masing.
*Jama'ah gerhana rahimakumullah,*
Diharapkan agar para tokoh beserta pengurus masjid dapat senantiasa mengajak warga masyarakat untuk melakukan shalat gerhana, baik gerhana bulan maupun matahari. Demikian juga para warga hendaknya merasa tertarik dan senang untuk melakukan ibadah yang tidak banyak kita temukan kesempatannya. Untuk itu, diperlukan kepedulian terhadap apa yang terjadi pada kedua benda angkasa tersebut. Ini berarti pula bahwa kita sebagai orang Islam harus memperhatikan kejadian-kejadian alam sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan iman dan kedekatan kita kepada Allah Ta'ala.
جَعَلَنا اللهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ : أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمن الرحيم: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ
*Khutbah Kedua*
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Kamis, 25 Januari 2018
KITAB FATHUL IZAR DAN TERJEMAHNYA
فتح الإزار
فى كشف الاسرار لأوقات الحرث وخلقة الابكار.
*FATHUL IZAAR*
Memuat beberapa faidah penting tentang perkawinan. Meliputi bersenggama, rahasia di balik waktu melakukannya, tata caranya, serta rahasia dan keunikan penciptaan seorang gadis.
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي جل قدره وعز جاره الذي جعل النكاح سببا لبقاء نسل الأنام ووسيلة الى اشتباك الشعوب والأقوام والصلاة والسلام على سيدنا محمد المصطفى صاحب العز والصدق والوفا وعلى آله وصحبه الشرفا نجوم الهدى والصفا، أما بعد:
فهذه كراسة صغير حجمها لطيف شكلها جليل قدرها عظيم نفعها تشتمل على فوائد مهمة تتعلق ببعض ما للنكاح من الحرث وأسرار أوقاته وتدبيره وما لخلقة الأبكار من العجائب والأسرار جمعتها والتقطتها ونقلتها من فحول العلماء والرجال منهم الله تعالى بنيل الفوز والإفضال سميتها بفتح الإزار في كشف الأسرار لأوقات الحرث وخلقة الأبكار والله تعالى نسأل أن يجعلها نافعة ولإخواننا المسلمين ويجعلها دخيرة لنا ولوالدينا يوم لاينفع مال ولابنون الا من اتى الله بقلب سليم من آفات القلب وسوء الظن. إعلم أن النكاح سنة مرغوبة وطريقة محبوبة لأن به بقاء التناسل ودوام التواصل فقد حرضه الشارع الحكيم فقال عز من قائل "فانكحوا ما طاب لكم من النساء مثنى وثلاث ورباع" الأية وقال "ومن آياته أن خلق لكم من أنفسكم أزواجا لتسكنوا إليها وجعل بينكم مودة ورحمة" الأية وقال"وأنكحوا الأيامى منكم والصالحين من عبادكم وإمائكم ان يكونوا فقراء يغنيهم الله من فضله"الآية ومن إغنائه تعالى لهم ان الرجل قبل دخوله في قيد النكاح له يدان ورجلان وعينان وغيرها من الجوارح بحدتها فقط ولكن كلما دخل فيه صارت تلك الأعضاء تتضاعف ضعفين بزيادة أعضاء زوجته اليها الا ترى ان العروسة اذا قالت للعريس : لمن يداك؟ قال لك واذا قالت له: لمن أنفك؟ قال لك واذا قالت له ايضا: لمن عيناك؟ قال لها مجيبا ومؤنسا: لك وهكذا. وقال صلى الله عليه وسلم يا معشر الشباب من استطاع منكم الباءة فليتزوج فإنه أغض للبصر وأحصن للفرج الحديث والباءة النفقة الظاهرة والباطنة كما قيل وقال أيضا تزوجوا الولود الودود فإني مكاثر بكم الأمم يوم القيامة الحديث او كما قال وغيرها من الآيات والأحاديث.
Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
Segala puji bagi Allah, Tuhan yang agung kekuasaanNya dan yang mulia tetanggaNya. Dialah yang menjadikan nikah sebagai sebab kesinambungan generasi umat manusia, serta menjadikannya sebagai lantaran terhadap terjalinnya hubungan antar golongan dan kaum.
Semoga rahmat dan kesejahteraan senantiasa terlimpahkan atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang terpilih sebagai utusan Allah, yang berkepribadian mulia, jujur dan menepati janji. Semoga juga terlimpahkan atas keluarga serta sahabatnya yang mulia dan yang menjadi bintang petunjuk dan berhati bersih.
Inilah sebuah buku yang kecil dan praktis bentuknya tapi tinggi kedudukannya dan besar manfaatnya. Memuat beberapa faidah penting tentang perkawinan. Meliputi bersenggama, rahasia di balik waktu melakukannya, tata caranya, serta rahasia dan keunikan penciptaan seorang gadis. Saya menyusun dan mengutip buku ini dengan mengacu pada teks kitab karangan ulama’ besar “semoga Allah melimpahkan anugerah dengan mengaruniai mereka keberuntungan dan keutamaan.” Saya memberi judul buku ini dengan nama “Fathul Izar”, mengupas rahasia di balik waktu bersenggama serta rahasia di balik penciptaan seorang gadis.
Kemudian hanya kepada Allah-lah saya memohon, semoga menjadikannya sebuah buku yang bermanfaat bagi kami dan kaum muslimin. Semoga pula Allah menjadikannya sebagai bekal bagi kami serta kedua orang tua kami di hari akhirat, dimana harta dan anak tak lagi berguna kecuali yang datang menghadap Allah dengan hati yang bersih. (QS. As syu’ara : 88-89). ***
Ketahuilah bahwa perkawinan itu adalah suatu kesunahan yang disukai dan pola hidup yang dianjurkan. Karena dengan perkawinan akan terjagalah kesinambungan sebuah keturunan dan lestarilah hubungan antar manusia.
Allah Yang Maha Bijaksana telah menganjurkan agar melaksanakan perkawinan melalui Firmannya:
فَانْكِحُوْا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَآءِ مَثْنَى وَثُلاَثَ وَرُبَاعَ
“Maka kawinilah wanita-wanita ( lain) yang kamu senangi dua, tiga atau empat”(QS. An-Nisa’ : 3 ) Pada Ayat lain Allah juga menyatakan :
وَمِنْ أَيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزوَاجًا لِتَسْكُنُوْا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدّةً وَرَحْمَةً
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Ia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya. Dan dijadikanNya di antaramu rasa kasih dan sayang”. ( QS. Ar- rum : 21).
Lagi, Allah juga menyatakan :
وَأَنْكِحُوْا اْلأَيَّامَى مِنْكُم والصَّالِحِيْنَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ, إِنْ يَكُوْنُوْا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللهُ مِنْ فَضْلِهِ.
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak ( berkawin ) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin maka Allah akan memampukan mereka dengan karuniaNya”.(QS. An-nur : 2)
Sebagian dari bentuk kekayaan yang dikaruniakan Allah kepada mereka ialah bahwa seorang laki-laki sebelum memasuki jalinan perkawinan dia hanya memiliki dua buah tangan, dua buah kaki, dua buah mata dan sebagainya dari anggota tubuhnya yang masing-masing hanya sepasang. Namun ketika ia telah terajut dalam sebuah perkawinan, maka jadilah anggota-anggota tubuh tersebut menjadi berlipat ganda dengan sebab mendapat tambahan dari anggota tubuh isterinya.
Tahukah engkau bahwa ketika pengantin wanita bertanya kepada pengantin pria: “Untuk siapakah tangan mu?”. Maka pengantin pria menjawab: “Untukmu”. Dan ketika pengantin wanita bertanya kepadanya: ”Untuk siapakah hidungmu?”. Maka dia menjawab: “untukmu”. Begitu pula ketika pengantin wanita bertanya kepadanya: ”Untuk siapa matamu?”. Dengan penuh kasih sayang dia menjawab:” Untukmu”.
Nabi Muhammad SAW. bersabda:
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَالْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّه أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ
“Wahai para pemuda, barang siapa diantara kalian yang sudah mampu membiayai perkawinan, hendaklah kalian menikah. Karena sesungguhnya nikah itu lebih mampu memejamkan pandangan (menjaga kemaksiatan) dan lebih menjaga kehormatan”. ( Al-Hadits ). Yang dikehendaki dengan kata “ba’ah” dalam hadits di atas adalah nafaqoh dhohir maupun batin. Nabi Muhammad SAW. juga bersabda:
تَزَوَّجُوْا الْوَلُوْدَ الْوَدُوْدَ فَإِنِّىْ مُكَاثِرٌ بِكُمُ اْلأُمَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
”Nikahilah olehmu wanita-wanita yang masih produktif (bisa beranak) dan yang banyak kasih sayangnya kepada suami. Karena sesungguhnya aku akan berlomba-lomba dengan kalian memperbanyak umat di hari kiamat kelak. Dan masih banyak lagi ayat dan hadits lain.
*بيان الحرث وأسرار اوقاته*
*MENJELASKAN TENTANG BERSENGGAMA DAN RAHASIA DI BALIK WAKTU-WAKTU MELAKUKANNYA*
إعلم أن المقصود الأعظم من النكاح التعبد والتقرب واتباع سنة الرسول وتحصيل الولد والنسل لأن به بقاء العالم وانتظامه وبتركه وإهماله خرابه ودراسه ومعلوم أنه لايحصل الحصاد الا بنثر البذر على الأرض اولا وحرثها وزرعها بطرق وكيفيات معلومة عند الفلاح وانتظار المدد الى بدو الصلاح وكذلك لايحصل الولد والنسل الا ببث بذر الزوج على مزرعته وزرعته التي هي حليله قال تعالى نساؤكم حرث لكم فأتوا حرثكم أنى شئتم وقدموا لأنفسكم الآية. وسبب نزول هذه الآية ان المسلمين قالوا :انا نأتي النساء باركات وقائمات ومستلقيات ومن بين ايديهم ومن خلفهم بعد ان يكون المأتي واحدا فقالت اليهود ما انتم الا البهائم لكنا نأتهن على هيئة واحدة وانا لنجد في التوراة ان كل اتيان تؤتى النساء غير الإستلقاء دنس عند الله.فأكذب الله تعالى اليهود ففي هذه الآية دلالة على جواز اتيان الرجل زوجته على اي كيفية وحال شاء من قيام وقعود واستلقاء ومن اي جهة شاء من فوق ومن تحت ومن وراء ومن قدام وفي اي وقت شاء في الليل او النهار بعد ان كان في صمام واحد لكن
Ketahuilah bahwa tujuan utama dari suatu perkawinan adalah mengabdi, mendekatkan diri kepada Allah SWT, mengikuti sunnah Rasul dan menghasilkan anak (keturunan). Karena dengan jalan perkawinan kehidupan alam ini akan lestari dan teratur. Dan dengan meninggalkannya berarti sebuah kehancuran dan kemusnahan alam ini.
Sudah merupakan sebuah kemakluman bahwa tak akan ada panen tanpa terlebih dulu menanam benih pada bumi, kemudian mengolah dan merawatnya melalui teori dan teknik pertanian. Dan juga perlu waktu beberapa lama hingga buahnya menjadi siap panen. Begitu pula tak akan terwujud seorang anak dan keturunan tanpa terlebih dulu memasukkan sperma suami di dalam indung telur isterinya. Allah berfirman :
نِسَائُكُمْ حَرْثٌ لَكُمْ فَأْتُوْا حَرْثَكُمْ أَنَّى شِئْتُمْ وَقَدِّمُوْا لأَِنْفُسِكُمْ الأية
“Wanita-wanita kamu semua adalah ladang bagimu. Maka datangilah ladangmu itu semaumu dan kerjakanlah olehmu (amal-amal yang baik) untuk dirimu sendiri ( QS. Al-Baqarah : 223 ).
Sebab diturunkannya ayat ini adalah ketika kaum muslimin mengatakan bahwa mereka menggauli isteri mereka dengan posisi berlutut, berdiri, terlentang, dari arah depan dan dari arah belakang. Menanggapi pernyataan kaum muslimin tersebut kaum Yahudi menyatakan: “Tidaklah melakukan hubungan semacam itu selain menyerupai tindakan binatang, sedangkan kami mendatangi mereka dengan satu macam posisi. Sungguh telah kami temukan ajaran dalam Taurat bahwa setiap hubungan badan selain posisi isteri terlentang itu kotor di hadapan Allah. Kemudian Allah membantah pernyataan kaum Yahudi tersebut. Jadi dalam kandungan ayat ini menunjukkan diperbolehkannya seorang suami menyetubuhi isterinya dengan cara apapun dan posisi bagaimanapun yang ia sukai. Baik dengan cara berdiri, duduk atau terlentang. Dan dari arah manapun suami berkehendak baik dari atas, dari bawah, dari belakang atau dari depan. Dan boleh juga menyetubuhinya pada waktu kapanpun suami menghendaki baik siang hari atau malam hari. Dengan catatan yang di masuki adalah lubang vagina.
*2.1 Komentar Para Ilmuwan Mengenai Waktu Bersenggama*
*قال اهل العلم*
من جامع زوجته في ليلة الجمعة يصير الولد حافظا في كتاب الله تعالى ومن جامع في ليلة السبت يكون الولد مجنونا ومن جامع في ليلة الأحد يكون الولد سارقا لملك غيره او ظالما ومن جامع في ليلة الإثنين يكون الولد فقيرا او مسكينا او راضيا لأمر الله وقضائه ومن جامع في ليلة الثلاثاء يكون الولد بارا للوالدين ومن جامع في ليلة الأربعاء يكون الولد كثير العقل او كثير العلم او كثير الشكر ومن جامع في ليلة الخميس يكون الولد مخلصا في قلبه ومن جامع زوجته مع التكلم يكون الولد أبكم ومن جامع في ظلمة يكون الولد ساحرا ومن جامع مع السراج يكون الولد حسن الصورة ومن جامع رائيا عورة المرأة يكون الولد أعمى او أعمى القلب ومن جامع سائل الزاد لسفر يكون الولد كاذبا ومن جامع تحت الشجرة المطعوم ثمرها يكون الولد مقتول الحديد او مقتول الغرق او مات في هدم الشجرة قال أهل العلم وينبغي للعروس أربعة أشياء أولها أخذ اليدين وثانيها مس صدرها وثالها تقبيل الخدين ورابعها قراءة البسملة عند إدخال الذكر في الفرج وقال صلى الله عليه وسلم من جامع زوجته عند الحيض فكأنما جامع أمه سبعين سنة الحديث او كما قال.
· Barangsiapa yang menyetubuhi isterinya pada malam Jum’at, maka anak yang terlahir akan hafal Al qur’an.
· Barangsiapa yang menyetubuhi isterinya pada malam sabtu, maka anak yang terlahir akan bodoh.
· Barangsiapa yang menyetubuhi isterinya pada malam Ahad, maka anak yang terlahir akan menjadi seorang pencuri atau penganiaya.
· Barangsiapa yang menyetubuhi isterinya pada malam Senin, maka anak yang terlahir akan menjadi fakir miskin atau ridho dengan keputusan dan qodho’-nya Allah.
· Barangsiapa yang menyetubuhi isterinya pada malam Selasa, maka anak yang terlahir akan menjadi orang yang berbakti kepada orang tua.
· Barangsiapa yang menyetubuhi isterinya pada malam Rabu, maka anak yang terlahir akan cerdas, berpengetahuan dan banyak bersyukur.
· Barangsiapa yang menyetubuhi isterinya pada malam Kamis, maka anak yang terlahir akan menjadi orang yang berhati ikhlas.
· Barangsiapa yang menyetubuhi isterinya pada malam Hari raya, maka anak yang terlahir akan mempunyai enam jari.
· Barangsiapa yang menyetubuhi isterinya sembari bercakap-cakap, maka anak yang terlahir akan bisu.
· Barangsiapa yang menyetubuhi isterinya di dalam kegelapan, maka anak yang terlahir akan mejadi seorang penyihir.
· Barangsiapa yang menyetubuhi isterinya di bawah nyala lampu, maka anak yang terlahir akan berwajah tampan atau cantik.
· Barangsiapa yang menyetubuhi isterinya sambil melihat aurat (farji isterinya), maka anak yang terlahir akan buta mata atau buta hatinya.
· Barangsiapa yang menyetubuhi isterinya di bawah pohon yang biasa berbuah, maka anak yang terlahir akan terbunuh dengan besi, karena tenggelam atau karena keruntuhan pohon.
*2.2 Saran Para Ilmuwan Berkaitan Dengan Hal Bersenggama,*
Hendaknya bagi seorang suami memperhatikan empat hal:
1. Memegang kedua tangan isteri
2. Meraba dadanya
3. Mencium kedua pipinya
4. Membaca Basmalah ketika memasukkan penis pada vagina.
Rasulullah SAW. bersabda:
مَنْ جَامَعَ زَوْجَتَهُ عِنْدَ الْحَيْضِ فَكَأَنَّـمَا جَامَعَ أُمَّهُ سَبْعِيْنَ مَرَّةً
“Seseorang yang menyetubuhi isterinya ketika isterinya sedang menstruasi, maka seolah-olah dia menyetubuhi ibunya sebanyak tujuh puluh kali”.
*2.3 Nafisah Dharifah*
(نفيسة ظريفة) سئل بعض المشايخ عن النعم الدنيا كم هي؟ فأجاب بأنها كثيرة لايحصى عددها قال تعالى: وإن تعدوا نعمة الله لاتحصوها ولكن أعظمها انحصر في ثلاثة أشياء: تقبيل النساء ولمسها وإدخال الذكر في الفرج. قال الشاعر في بحر الرجر:
ونعـم الدنيـا ثلاث تعتـبر * لـمس وتقــبيل وإدخــال الذكر
وقال أخر:
نعـم الدنـيا ثلاث تحـصر * دميك كوليت عامبوع كارو بارع تورو.
Sebagian Masayikh (guru besar) dimintai komentar tentang seberapa banyak kenikmatan dunia, kemudian sebagian Masayikh tersebut menjawab; “Kenikmatan dunia itu sangat banyak hingga tak terhitung jumlahnya. Allah berfirman:
وَإِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللهِ لاَ تُحْصُوْهَ
”Bilapun kamu semua menghitung nikmat Allah maka kalian tak akan sanggup”.
Akan tetapi kenikmatan yang paling hebat teringkas pada tiga macam kenikmatan yaitu mencium wanita, menyentuhnya dan memasukkan penis pada vagina”.
Seorang penyair lewat tembang Rojaznya mengungkapkan:
وَنِعَمُ الدُّنْيَا ثَلاَثٌ تُعْتَبَرُ * لَمْسٌ وَ تَقْبِيْلٌ وَإِدْخَالُ الذَّ كّرِ
“Kenikmatan dunia ada tiga macam yaitu menyentuh, mencium dan memasukkan penis”.
Penyair lain mengungkapkan:
وَنِعَمُ الدُّنَْيَا ثَلاَثٌ تُحْصَرُ * دمَيْك كُوْلِيْت عَامْبُوْع كَارَوْبَارعْ تُرُوْ
“Kenikmatan dunia itu teringkas menjadi tiga yaitu menyentuh kulit, mencium dan tidur bersama (dengan isteri).
*بيان تدبير الحرث*
*MENJELASKAN TENTANG TATACARA DAN ETIKA BERSENGGAMA*
قال الامام العالم العلامة جلال الدين عبد الرحمن السيوطي في الرحمة: إعلم ان الجماع لايصلح الا عند هيجان الشهوة مع استعداد المني فينبغي أن يخرجه في الحال كما يخرج الفضلة الرديئة بالإستفراغات كالمسهلات فان في حبسه عند ذلك ضررا عظيما والمكثر من الجماع لايخفى هرمه سريعا وقلة قوته وظهور الشيب فيه.
Dalam Kitab Ar-Rahmah, Imam Jalaluddin Abdurrahman Al-Suyuti berkata: “Ketahuilah bahwa senggama tidak baik dilakukan kecuali bila seseorang telah bangkit syahwatnya dan bila keberadaan sperma telah siap difungsikan. Maka dalam keadaan demikian hendaknya sperma itu segera dikeluarkan layaknya mengeluarkan semua kotoran atau air besar yang dapat menyebabkan sakit perut, karena dengan menahan sperma ketika birahi sedang memuncak dapat menyebabkan bahaya yang besar.
Adapun efek samping terlalu sering melakukan senggama ialah dapat mempercepat penuaan, melemahkan tenaga dan menyebabkan tumbuhnya uban.
*3.1 Tata Cara bersenggama*
*وللجماع كيفية*
وهي ان تستلقى المرأة على ظهورها ويعلوها الرجل ملاعبة خفيفة من الضم والتقبيل ونحو ذلك حتى اذا حضرت شهوتها اولج وتحرك فاذا صب المني فلاينزع بل يصبر ساعة مع الضم الجيد لها فاذا سكن جسمه سكونا عظيما نزع ومال على يمينه حين النزع فقد ذكروا ان ذلك مما يكون به الولد ذكر ويمسحان فرجهما بحرقتين نظيفتين للرجل واحدة وللمرأة واحدة ولايمسحان بحرقة واحدة فان ذلك يورث الكراهة واحسن الجماع ما يعقبه نشاط وطيب نفس وباقى سهوة وشره ما يعقبه رعدة وضيق نفس وموت أعضاء وغشيان وبغض الشخص المنكوح فان كان محبوبا فهذا القدر كاف في تدبير الأصلح من الجماع. واداب الجماع ثلاثة قبله وثلاثة حاله وثلاثة بعده اما الثلاثة التي قبله فتقديم الملاعبة ليطيب قلب الزوجة ويتيسر مرادها حتى اذا علا نفسا وكثر قلقها وطلبت إلتزام الرجل دنا منها والثانية مراعاة
حال الجماع فلايأتيها وهي باركة لأن ذلك يشق عليها او على جنبها لأن ذلك يورث وجع الحاصرة ولايجعلها فوقه لأن ذلك يورث الإعتقار بل مستلقية رافعة رجليها فإنه أحسن
Diantaranya adalah isteri tidur terlentang dan suami berada di atasnya. Posisi ini merupakan cara yang paling baik dalam bersenggama. Selanjutnya suami melakukan cumbuan ringan (Foreplay) berupa mendekap, mencium dan lain sebagainya sampai ketika isteri bangkit birahinya maka kemudian suami memasukkan dzakar dan menggesek – gesekkannya pada liang vagina (penetrasi).
Nah, pada saat suami sudah mengalami ejakulasi maka jangan mencabut dulu dzakarnya, melainkan menahannya beberapa saat disertai mendekap isteri dengan mesra. Baru setelah kondisi tubuh suami sudah tenang cabutlah dzakar dari vagina dengan mendoyongkan tubuhnya kesamping kanan. Menurut para ulama’ tindakan demikian merupakan penyebab anak yang dilahirkan kelak berjenis kelamin laki-laki.
Selesai bersenggama hendaknya keduanya mengelap alat kelamin masing-masing dengan dua buah kain, satu untuk suami dan yang lain untuk isteri. Jangan sampai keduanya menggunakan satu kain karena hal itu dapat memicu pertengkaran.
Bersenggama yang paling baik adalah senggama yang diiringi dengan sifat agresif, kerelaan hati dan masih menyisakan syahwat. Sedangkan senggama yang jelek adalah senggama yang diiringi dengan badan gemetar, gelisah, anggota badan terasa mati, pingsan, dan istri merasa kecewa terhadap suami walaupun ia mencintainya. Demikian inilah keterangan yang sudah mencukupi terhadap tatacara senggama yang paling benar.
*3.2 Etika Bersenggama*
*هيئات الجماع*
والثالثة مراعاة وقت الجماع اي وقت الإيلاج بالتعويذ والتسمية وحك الذكر بجوانب الفرج وغمز الثديين ونحو ذلك مما يحرك شهوتها
*واما اللاتي في حال الجماع*
فأولها كون الجهد برياضة في صمت وتوفق الثانية في التمهل عند بروز شهوته حتى يستوفي إنزالها فإن ذلك يورث المحبة في القلب الثالثة ان لايسرع بإخراج الذكر عند إحساسه بمائها فإنه يضعف الذكر ولايعزل عنها ماءه لأن ذلك يضر بها
*واما الثلاثة التي بعده*
فاولها أمر الزوجة بالنوم على يمينه ليكون الولد ذكرا ان شاء الله وان نامت على الأيسر يكون الولد أنثى حسب ما اقتضته التجربة الثانية ان يقول الذكر الوارد عند ذلك في نفسه وهو الحمد لله الذي خلق من الماء بشرا فجعله نسبا وصهرا وكان ربك قديرا. الثالثة الوضوء اذا اراد ان ينام وهو سنة وغسل ذكره اذا اراد ان يعود اليها. وذكر عن بعض الثقات ان من قدم اسم الله تعالى عند الجماع اي جماع زوجته وسورة الإخلاص الى آخرها وكبر وهلل وقال بسم الله العلي العظيم اللهم اجعلها ذرية طيبة ان كنت قدرت ان تخرج من صلبي اللهم جنبني الشيطان وجنب الشيطان ما رزقتني ثم يأمر الزوجة بالإضطجاع على جنبها الأيمن فإن حملها يكون ذكرا بإذن الله تعالى ان قدر الله تعالى حملها من ذلك الجماع. ولازمت هذا الذكر والصفة فوجدته صحيحا لاريب فيه وبالله التوفيق اهـ محذوفا بعضه.
Terdapat beberapa etika bersenggama yang harus diperhatikan oleh suami. Meliputi tiga macam sebelumnya, tiga macam ketika melakukannya dan tiga macam sesudahnya.
*A. Etika Sebelum Bersenggama*
1. Mendahului dengan bercumbu (Foreplay) supaya hati isteri tidak tertekan dan mudah melampiaskan hasratnya. Sampai ketika nafasnya naik turun serta tubuhnya menggeliat dan ia minta dekapan suaminya, maka pada waktu itu rapatkanlah tubuh (suami) ke tubuh isteri.
2. Menjaga tatakrama pada waktu bersenggama. Maka janganlah menyutubuhi isteri dengan posisi berlutut, karena hal demikian sangat memberatkannya. Atau dengan posisi tidur miring karena hal demikian dapat menyebabkan sakit pinggang. Dan juga jangan memposisikan isteri berada di atasnya, karena dapat mengakibatkan kencing batu. Akan tetapi posisi senggama yang paling bagus adalah meletakkan isteri dalam posisi terlentang dengan kepala lebih rendah daripada pantatnya. Dan pantatnya diganjal dengan bantal serta kedua pahanya diangkat dan dibuka lebar-lebar. Sementara suami mendatangi isteri dari atas dengan bertumpu pada sikunya. Posisi inilah yang dipilih oleh fuqoha’ dan para dokter.
3. Bertatakrama pada saat memasukkan dzakar. Yaitu dengan membaca ta’awudz dan basmalah. Disamping itu juga menggosok-gosokkan penis di sekitar farji, meremas payudara dan hal lain yang dapat membangkitkan syahwat isteri.
*B. Etika Senggama Sedang Berlangsung*
1. Senggama dilakukan secara pelan-pelan dan tidak tergesa-gesa (ritmis).
2. Menahan lebih dulu keluarnya mani (ejakulasi) pada saat birahinya mulai bangkit menunggu sampai isteri mengalami inzal (orgasme). Karena yang demikian dapat menciptakan rasa cinta di hati.
3. Tidak terburu-buru mencabut dzakar ketika ia merasa isteri akan keluar mani, karena hal itu dapat melemahkan ketegangan dzakar. Juga jangan melakukan ‘azl (mengeluarkan mani di luar farji) karena yang demikian itu merugikan pihak isteri.
*C. Etika Sesudah Senggama*
1. Menyuruh isteri supaya tidur miring ke arah kanan agar anak yang dilahirkan kelak berjenis laki-laki, insya Allah. Bila isteri tidur miring ke arah kiri maka anak yang dilahirkan kelak berjenis kelamin perempuan. Hal ini menurut hasil sebuah percobaan.
2. Suami mengucapkan dzikir di dalam hati sesuai yang diajarkan Nabi yaitu ;
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ خَلَقَ مِنَ الْمَاءِ بَشَرًا فَجَعَلَهُ نَسَبًا وَصَهْرًا وَكَانَ رُبُّكَ قَدِيْرً
“Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan manusia dari air, untuk kemudian menjadikannya keturunan dan mushoharoh. Dan adalah Tuhanmu itu maha kuasa.”(QS. Al- Furqon : 54)
3. Berwudlu ketika hendak tidur ( wudlu ini hukumnya sunah) dan membasuh dzakar bila hendak mengulangi bersenggama.
قال بعض المشايخ من اتى زوجته فقال في نفسه حين احس بالإنزال لايدركه الأبصار وهو يدرك الأبصار وهو اللطيف الخبير يكون الولد ان قدر الله تعالى من ذلك فائقا على والديه علما وشأنا وعملا ان شاء الله تعالى. قال في حاشية البجيرمي على الخطييب (فائدة) رأيت بخط الأزرق عن رسول الله صلى الله عليه وسلم ان من اراد ان تلد إمرأته ذكرا فإنه يضع على بطنها في أول الحمل ويقول بسم الله الرحمن الرحيم اللهم اني أسمي ما في بطنها محمدا فاجعله لي ذكرا فإنه يولد ذكرا ان شاء الله مجرب اهـ.
Dikutip dari sebagian Ahli Tsiqoh (orang yang dapat dipercaya) bahwa barangsiapa ketika menyetubuhi isterinya didahului dengan membaca basmalah, surat Ikhlas, takbir, dan tahlil serta membaca :
بِسْمِ اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ اَللّهُمَّ اجْعَلْهَا ذُرّ ِيَّةً طَيِّبَِةً إِنْ كُنْتَ قَدَّرْتَ أَنْ تُخْرِجَ مِنْ صَلْبِىْ اَللّهُمَّ جَنِّبْنِىْ الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشّيَْطَانَ مَا رَزَقْتَنِىْ
Kemudian suami menyuruh isterinya tidur miring kearah kanan. Maka jika dari hasil jima’ itu Allah mentakdirkan isteri mengandung, maka anak yang lahir nanti akan berjenis kelamin laki-laki dengan izin Allah. Dan saya telah mengamalkan dzikir serta teori ini. Dan sayapun menemukan kebenarannya tanpa ada keraguan. Dan hanya dari Allah lah pertolongan itu. Demikian penggalan komentar Imam As-Suyuthi.
Sebagian Masyayikh mengatakan: “Barangsiapa menyetubuhi isterinya lalu ketika ia merasa akan keluar mani (ejakulasi) ia membaca dzikir :
لاَ يُدْرِكُهُ اْلأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ اْلأَبْصَارَوَهُوَ اللَّطِيْفُ اْلخَبِيْرُ
maka apabila Allah mentakdirkan, anak yang dilahirkan kelak akan mengungguli kedua orang tuanya dalam hal ilmu, sikap, dan amalnya, Insya Allah.”
Penulis kitab hasyiah Bujairomi alal Khotib tepatnya dalam sebuah faidah menyatakan: ”Saya melihat tulisan Syekh Al-Azroqy yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW di sana tertulis bahwa seseorang yang menghendaki isterinya melahirkan anak laki-laki, maka hendaknya ia meletakkan tangannya pada perut isterinya di awal kehamilannya sembari membaca do’a:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ اَللهُمَّ إِنِّي أُسَمِّيْ مَا فِيْ بَطْنِهَا مُحَمَّدًا فَاجْعَلْهُ لِيْ ذَكَرًا
maka kelak anak yang dilahirkan akan berjenis kelamin laki-laki. Insya Allah mujarab.
*بيان أدعية الحرث*
*MENJELASKAN TENTANG DO’A KETIKA BERSENGGAMA*
قال تعالى وقدموا لأنفسكم الآية اي قدموا ما يدخر لكم من الثواب كالتسمية عند الجماع وطلب الولد، روي أن النبي صلى الله عليه وسلم قال من قال بسم الله عند الجماع فأتاه ولد فله حسنات بعدد انفاس ذلك الولد وعدد عقبه الى يوم القيامة، وقال صلى الله عليه وسلم خياركم خياركم لنسائهم الحديث او كما قال، ولبعضهم فيها ترتيب عجيب وهو أن الرجل اذا اراد ان يجامع زوجته ينبغي ان يقول اولا السلام عليكم يا باب الرحمن فتقول زوجته مجيبة له وعليكم السلام يا سيد الأمين فيأخذ يديها ويقول رضيت بالله ربا ثم يغمز ثدييها ويقول اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد ثم يقبل ناصيتها قائلا يا لطيف الله نور على نور شهد النور على من يشاء ثم بعد ذلك يميل رأسها الى الجانب الأيسر ويقول في سمعك الله سميع مقبلا ونافخا أذنها اليمنى نفخا يسيرا ثم يميل رأسها إمالة لطيفة الى الأيمن ويقول ما ذكر في أذنها اليسرى كذلك ثم يقبل عينيها اليمنى فاليسرى قائلا اللهم انا فتحنا لك فتحا مبينا ثم يقبل خديها اليمنى فاليسرى يقول يا كريم يا رحمن يا رحيم يا الله ثم يقبل أنفها قائلا عند ذلك فروح وريحان وجنة نعيم ثم يقبل كتفها ويقول يا رحمن الدنيا يا رحيم الآخرة ثم يقبل رقبتها ويقول الله نور السموات والأرض ثم يقبل ذقنها ويقول نور حبيب الإيمان من عبادك الصالحين ثم يقبل راحتيها اليمنى فاليسرى قائلا عند ذلك ما كذب الفؤاد ما رأى ثم يقبل ما بين ثدييها ويقول وألقيت عليك محبة مني ثم يقبل صدرها اليسرى بحذاء قلبها ويقول يا حي يا قيوم ثم يجامع.
Allah SWT. Berfirman :
وَقَدِّمُوْا لأَِنْفُسِكُمْ الأية
“Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu.” (QS. Al-Baqarah : 223)
Maksud dari ayat ini adalah : Carilah pahala yang tersediakan untuk kamu semua seperi membaca basmalah dan berniat mendapatkan anak ketika melakukan senggama. Telah diriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda :
مَنْ قَالَ بِسْمِ اللهِ عِنْدَ الْجِمَاعِ فَأَتَاهُ وَلَدٌ فَلَهُ حَسَنَاتٌ بِعَدَدِ أَنْفَاسِ ذَلِكَ الْوَلَدِ وَعَدَدِ عَقِبِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa yang membaca basmalah ketika akan melakukan senggama kemudian dari senggama itu dia dikaruniai seorang anak maka dia memperoleh pahala sebanyak nafas anak tersebut dan keturunannya sampai hari kiamat. Dan Nabi bersabda :
خِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ
“Manusia yang paling baik diantara kalian adalah yang paling baik terhadap isterinya.”
Dalam masalah ini para Ulama” memiliki urut-urutan yang mengagumkan, yaitu ketika suami akan menyetubuhi isterinya hendaknya terlebih dulu ia mengucapkan :
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ يَا بَابَ الرَّحْمَةِ
Lantas isteri menjawab :
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ يَا سَيِّدَ اْلأَمِيْنِ
“Keselamatan atas kamu pula, hai tuan yang dipercaya.” Selanjutnya suami meraih kedua tangan isterinya seraya mengucap :
رَضِيْتُ بِا للهِ رَبَّا
“Aku telah ridho Allah sebagai Tuhanku.” Kemudian ia meremas-remas kedua payudara isterinya sembari mengucapkan:
أَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Dilanjutkan mengecup kening isterinya besertaan mengucapkan:
يَا لَطِيْفُ اَلله نُوْرُ عَلَى نُوْرٍ شَهِدَ النُّوْرَ عَلَى مَنْ يَشَاءُ
“Wahai Dzat Yang Maha Halus, Cahaya Allah Di atas segala cahaya. Cahaya itu telah menerangi siapa saja yang dikehendakinya.” Setelah itu suami memiringkan kepala isteri ke kiri sambil mencium dan meniup telinga sebelah kanan, dilanjutkan memiringkan kepala isteri ke kanan sambil mencium dan meniup telinga yang sebelah kiri.Keduanya dengan membaca:
فِىْ سَمْعِكِ الله ُسَمِيْعٌ
“Di dalam pendengaranmu, Allah Maha Mendengar.”
Sesudah itu ia mengecup kedua mata isterinya mulai dari mata sebelah kanan kemudian mata sebelah kiri sambil membaca do’a:
اَللّهُمَّ إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِيْنًا
”Ya Allah,sesungguhnya kami bukakan untukmu kemenangan yang nyata.” (QS. Al-Fath : 1).
Selanjutnya suami mencium kedua pipi isteri dimulai pipi sebelah kanan kemudian sebelah kiri sambil membaca:
يَا كَرِيْمُ يَا رَحْمنُ يَا رَحِيْمُ يَا اَللهُ
”Wahai Dzat Yang Maha Mulia,Wahai Dzat Yang Maha Pengasih, Wahai Dzat Yang Maha Penyayang. Ya Allah.”
Kemudian mengecup hidungnya sembari membaca:
فَرَوْحٌ وَرَيْحَانٌ وَّجَنَّةُ نَعِيْمٍ
”Maka dia memperoleh ketentraman dan rezeki serta surga kenikmatan.” (QS. Al-Waqi’ah : 89 )
Sesudah itu mengecup pundaknya sambil membaca:
يَا رَحْمنَ الدُّنْيَا يَا رَحِيْمَ اْلأَخِرَةِ
“Wahai Dzat Yang Maha Pengasih di dunia, Wahai Dzat Yang Maha Penyayang di akhirat.”
Setelah itu mengecup lehernya beserta membaca:
اَللهُ نُوْرُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ
“Allah itu cahaya langit dan bumi.” (QS. An-Nur : 35)
Selanjutnya mengecup dagunya dan berdo’a:
نُوْرُ حَبِيْبِ الإِيْمَانِ مِنْ عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ
“Cahaya kekasih seiman di antara hamba-hamba-Mu yang saleh.”
Kemudian mengecup kedua telapak tanganya, dimulai sebelah kanan dan dilanjutkan sebelah kiri sambil membaca:
مَا كَذَبَ الْفُؤَادُ مَا رَأَى
“Hatinya tiada berdusta terhadap apa yang dilihatnya.” (QS. Anajm : 11)
Berikutnya mengecup bagian diantara kedua payudara sembari membaca:
وَأَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةً مِنِّيْ
“Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang daripada-Ku.”(QS. Thoha : 39)
Dan kemudian mengecup dadanya bagian kiri tepat pada hatinya besertaan mengucap:
يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ
“Wahai Dzat Yang Maha Hidup, Wahai Dzat Yang berdiri pada dirinya sendiri.”
*بيان أسرار خلقة الأبكار*
*RAHASIA DI BALIK PENCIPTAAN KEPERAWANAN*
قال أهل الفراسة والخبر بالنساء اذا كان فم المرأة واسعا كان فرجها واسعا اذا كان صغيرا كان فرجها صغيرا ضيقا قال من بحر الطويل:
إذا ضاق فم البكر ضاقت فروجها * وكان لفمها شعار لفرجها
وان كانت شفتاها غليظتين كان شفراها غليظتين وان كانتا رقيقتين كانتا رقيقتين وان كانت السفلى رقيقة كان فرجها صغيرا وان كان فم المرأة شديد الحمرة كان فرجها جافا عن الرطوبة وان كانت حدباء الأنف فهي قليلة الغرض في النكاح وان كانت طويلة الذقن فإنها فاتحة الفرج قليلة الشعر وان كانت صغيرة الحاجب فإنها غامضة الفرج وان كانت كبيرة الوجه غليظة الضفائر دل ذلك على صغيرة العجيزة وكبير الفرج وضيقه وإذا كثر شحم ظاهر قدمها وبدنها عظم فرجها وكانت مخطوبة عند زوجها واذا كانت ناتئة الساقين في الصلبة فإنها شديد الشهوة لاصبر لها عن الجماع وان كانت عينها كحيلة كبيرة فإنها يدل على ضيق الرحم وضعير العجيزة مع عظم الكتف يدلان على عظم الفرج (نفيسة) قال الحكماء من وجد في المرأة عشرة أوصاف فلاينبغي أخذها أحدها كونها قصيرة القامة الثاني كونها قصيرة الشعر الثالث رفيعة الجسد الرابع سليط اللسان الخامس كونها منقطعة الأولاد السادس كونها عندها عناد السابع كونها مسرفة مبذرة الثامن كونها طويلة اليد التاسع كونها تحب الزينة عند الخروج العاشر كونها مطلقة من غيره اهـ.
Para ahli firasat dan ilmuwan tentang kewanitaan mengatakan:
Bila mulut seorang wanita itu lebar, berarti organ intimnya juga lebar.
Bila mulutnya kecil, berarti organ intimnya juga kecil.
Seorang penyair lewat bahar thowilnya menyatakan:
إِذَا ضَاقَ فَمُ الْبِكْرِ ضَاقَتْ فُرُوْجُهَا * وَكَانَ لِفَمِهَا شِعَارٌ لِفَرْجِهَا
“Apabila seorang perawan sempit mulutnya, maka sempit pula vaginanya. Demikian ini memang mulut seorang perawan itu menjadi pertanda dari bentuk dan keadaan vaginanya.”
· Bila kedua bibir tebal, berarti vaginanya lebar.
· Bila kedua bibirnya tipis, berarti kedua bibir vaginanya juga tipis.
· Bila bibir mulut bagian bawah tipis, berarti vaginanya kecil.
· Bila mulut/lidahnya sangat merah, berarti vaginanya keringز
· Bila seorang wanita mancung hidungnya berarti tidak begitu berhasrat untuk melakuan senggama.
· Bila dagunya panjang, berarti vaginanya menganga dan sedikit bulunya.
· Bila seorang wanita tipis alisnya, berarti posisi vaginanya agak ke dalam.
· Bila raut wajahnya lebar dan lehernya besar berarti pantatnya kecil dan vaginanya besar serta sempit.
· Bila telapak kaki bagian luar serta badannya berlemak (gemuk) berarti besar vaginanya.
· Bila kedua betisnya tebal dan keras, berarti besar birahinya dan tidak sabar untuk bersenggama.
· Bila matanya tampak bercelak dan lebar,hal ini menunjukkan sempit rahimnya.
· Pantat yang kecil serta bahu yang besar itu menunjukkan besar vagina.
*N a f i s a h*
Para Hukama’ (orang bijak) telah berkata : “Barangsiapa menemukan sepuluh karakter yang terdapat pada diri seorang wanita, maka janganlah menikahinya. Sepuluh sifat tersebut adalah :
· Wanita yang sangat pendek tubuhnya.
· Wanita yang berambut pendek.
· Wanita yang sangat tinggi postur tubuhnya.
· Wanita yang cerewet.
· Wanita yang tidak produktif (mandul).
· Wanita yang bengis.
· Wanita yang berlebihan dan boros.
· Wanita yang bertangan panjang.
· Wanita yang suka berhias ketika keluar rumah.
· Wanita yang janda karena dicerai oleh suaminya.
هذا آخر ما يسر الله تعالى لنا جمعه فلله الحمد والثناء على كل حال وازكى الصلاة والتسليم على سيدنا محمد ومن والاه خير صحب وآل ونسأل الله ان يوفقنا لصالح الأعمال وان يعم نفع هذه الكراسة الحقيرة لمن هي له من النساء والرجال آمين. قلت كما قال:
أموت ويبقى كل ما قد كتبته * فيا ليت من يقرأ كتابي دعاليا
Demikianlah Nafisah sebagai penutup buku ini. Dimana Allah telah memberikan kemudahan kepada kami dalam menyusunnya. Segala puji dan sanjungan kepada Allah atas keadaan bagaimanapun.
Sholawat serta salam yang teristimewa semoga tetap tercurahkan keharibaan junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Semoga pula tercurahkan kepada orang yang mengikutinya yaitu, para sahabat setia dan keluarganya. Semoga Allah meratakan manfaat buku kecil ini pada kaum pria maupun wanita. Amin.
Akhirnya kami hanya bisa berpesan sebagaimana kata seorang penya’ir;
“Aku memang bakal meninggalkan dunia, namun tulisanku tetap terpelihara disana. Aku berharap kiranya orang yang membaca tulisanku ini mau mendoakanku.” Wallahu a'lam
Rabu, 24 Januari 2018
HUKUM KHULU' DAN HUKIM MEMANDIKAN JENAZAH SAAT HAIDH
*Tanya*
Assalamu'alaikum Ustadz mau tanya tentang hukum khulu' dan hukum wanita haidh memandikan jenazah. Makasih
*Jawab*
Wa'aikumussalam wr.wb. kepada penanya yg dirahmati Allah Ta'ala
*KHULU' (gugat cerai istri)* itu dibolehkan dgn kompensasi mengembalikan mahar pemberian suami. Karena yg berhak menceraikan itu bukan istri tetapi suami. Maka ketika suami/istri mau ruju' meski msh dalam masa iddah itu *DILARANG* kecuali dgn ikrar akad nikah yg baru.
Berbeda saat yg menceraikan itu suami, maka ruju'nya bisa dgn 2 cara dimasa iddahnya yaitu dgn mengucapkan *Kita ruju'* atau tdk mengucapkan apapun tetapi tidur nyampur.
Adapun dalil haditsnya adalah sebuah hadits shahih yang mengisahkan tentang istri Tsabit bin Qais bin Syammas bernama Jamilah binti Ubay bin Salil yang datang pada Rasulullah dan meminta cerai karena tidak mencintai suaminya. Rasulullah lalu menceraikan dia dengan suaminya setelah sang istri mengembalikan mahar.
[Hadits riwayat Bukhari no. 4973; riwayat Baihaqi dalam Sunan al-Kubro no. 15237; Abu Naim dalam Al-Mustakhroj no. 5275; Teks asal dari Sahih Bukhari sebagai berikut:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ جَاءَتِ امْرَأَةُ ثَابِتِ بْنِ قَيْسِ بْنِ شَمَّاسٍ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللهِ مَا أَنْقِمُ عَلَى ثَابِتٍ فِي دِينٍ وَلَا خُلُقٍ إِلَّا أَنِّي أَخَافُ الْكُفْرَ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَرُدِّينَ عَلَيْهِ حَدِيقَتَهُ فَقَالَتْ نَعَمْ فَرَدَّتْ عَلَيْهِ وَأَمَرَهُ فَفَارَقَهَا
*Adapun hukum wanita haidh memandikan jenazah*
Menurut SYAFI'IYYAH wanita yang sedang haidl, *BOLEH* memandikan jenazah *DAN TIDAK MAKRUH*
ويغسل الجنب والحائض الميت بلا كراهة لأنهما طاهران فكانا كغيرهما وإذا ماتا غسلا غسلا فقط لانقطاع الغسل الذي كان عليهما بالموت وليكن الغاسل أمينا ندبا لأن غيره قد لا يوثق بإتيانه بالمشروع
Orang Junub dan wanita Haid boleh memandikan janazah dengan tanpa ada kemakruhan karena mereka berdua suci (tidak najis) maka seperti lainnya, bila mereka berdua mati cukup dimandikan sekali karena sudah terputusnya kewajiban mandi akibat kematian. Dan disunahkan sebaiknya orang yang memandikan janazah dipilih yang paling dapat dipercaya karena selainnya terkadang tidak dapat dipercaya dalam menjalani ketentuan sesuai yang disyariatkan. *[Nihaayah al-Muhtaaj III/20 ].*
* (فرع) في مسائل تتعلق بالباب (احداها) يجوز للجنب والحائض غسل الميت بلا كراهة وكرههما الحسن وابن سيرين وكره مالك الجنب * دليلنا انهما طاهران كغيرهما
[ CABANG ] 1. Boleh bagi Orang Junub dan wanita Haid memandikan janazah, sedang menurut Imam al-Hasan, Ibn Siriin dan Imam Malik menghukumi boleh tapi makruh. Alasan kami (syafiiyyah) karena mereka berdua suci (tidak najis). *[Al-Majmuu’ ala Syarah al-Muhadzdzab V/187 ].*
يجوز للجنب والحائض غسل الميت بلا كراهة ولو ماتا غسلا غسلا واحدا
Orang Junub dan wanita Haid boleh memandikan janazah dengan tanpa ada kemakruhan karena mereka berdua suci (tidak najis) maka seperti lainnya, bila mereka berdua mati cukup dimandikan sekali. *[Raudhah at-Thaalibiin II/108 ].* Wallohu a'lam
Demikian Asimun Ibnu Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfa'at. Aamiin
*والله الموفق الى أقوم الطريق*
🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼
Kamis, 18 Januari 2018
EDISI KHUTBAH JUM'AT (Menjadi Da'i Yang Bijak)
*Khutbah Pertama*
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي امْتَنَّ عَلَى الْعِبَادِ بِأَنْ يَجْعَلَ فِي كُلِّ زَمَانِ فَتْرَةٍ مِنَ الرُّسُلِ بَقَايَا مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ، يَدْعُونَ مَنْ ضَلَّ إِلَى الْهُدَى، وَيَصْبِرُونَ مِنْهُمْ عَلَى الأَذَى، وَيُحْيُونَ بِكِتَابِ اللَّهِ أَهْلَ الْعَمَى، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا حَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى :أعوذ بالله من الشيطان الرجيم . وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلاً مّمّن دَعَآ إِلَى اللّهِ وَعَمِلَ صَالِحاً وَقَالَ إِنّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
*Jama'ah Shalat Jum'at Rahimakumullâh,*
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam pernah bercerita kepada Abu Hurairah ra. tentang dua orang bersaudara dari kalangan Bani Israil dengan sifat yang sangat kontras: yang satu sering berbuat dosa, sementara yang lain sangat rajin beribadah.
Rupanya si ahli ibadah yang selalu menyaksikan saudaranya itu melakukan dosa tak betah untuk tidak menegur. Teguran pertama pun terlontar. Seolah tak memberikan efek apa pun, perbuatan dosa tetap berlanjut dan sekali lagi tak luput dari pantauan si ahli ibadah.
“Berhentilah!” Sergahnya untuk kedua kali.
Si pendosa lantas berucap, "Tinggalkan aku bersama Tuhanku. Apakah kau diutus untuk mengawasiku?"
Mungkin karena sangat kesal, lisan saudara yang rajin beribadah itu tiba-tiba mengeluarkan semacam kecaman:
وَاللهِ لَا يَغْفِرُ اللهُ لَكَ أَوْ لَا يُدْخِلُكَ اللهُ الْجَنَّةَ
“Demi Allah, Allah tidak akan mengampunimu. Allah tidak akan memasukkanmu ke surga.”
Kisah ini terekam sangat jelas dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan Ibnu Hibban, Abu Dawud dan Ahmad. Di bagian akhir, hadits tersebut memaparkan, tatkala masing-masing meninggal dunia, keduanya pun dikumpulkan di hadapan Allah subhanahu wa ta'ala.
Kepada yang tekun beribadah, Allah mengatakan, "Apakah kau telah mengetahui tentang-Ku? Apakah kau sudah memiliki kemampuan atas apa yang ada dalam genggaman-Ku?"
Drama keduanya pun berlanjut dengan akhir yang mengejutkan.
"Pergi dan masuklah ke surga dengan rahmat-Ku," kata Allah kepada si pendosa. Sementara kepada ahli ibadah, Allah mengatakan, "(Wahai malaikat) giringlah ia menuju neraka."
Inilah teks riwayat haditsnya,
عن أبي هريرة قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: « كان رجلان من بني إسرائيل متواخيين أحدهما مجتهد في العبادة والآخر مذنب فأبصر المجتهد المذنب على ذنب فقال له: أقصر فقال له: خلني وربي قال: وكان يعيد ذلك ويقول: خلني وربي، حتى وجده يوما على ذنب فاستعظمه فقال: ويحك اقصر! قال: خلني وربي، أبعثت علي رقيبا؟! فقال: والله لا يغفر الله لك أو قال لا يدخلك الله الجنة أبدا.
فبعث إليهما ملك فقبض أرواحهما فاجتمعا عند الله – جل وعلا – فقال ربنا للمجتهد: أكنت عالما أم كنت قادرا على ما في يدي، أم تحظر رحمتي على عبدي، اذهب إلى الجنة يريد المذنب، قال للآخر اذهبوا به إلى النار، فوالذي نفسي بيده لتكلم بكلمة أو بقت دنياه وآخرته » [رواه ابن حبان في صحيحه].
*Jama'ah Shalat Jum'at Rahimakumullâh,*
Cerita tersebut mengungkapkan fakta yang menarik dan beberapa pelajaran bagi kita semua. Ahli ibadah yang sering kita asosiasikan sebagai ahli surga ternyata kasus dalam hadits itu justru sebaliknya. Sementara hamba lain yang terlihat sering melakukan dosa justru mendapat kenikmatan surga.
Mengapa bisa demikian? Karena nasib kehidupan akhirat sepenuhnya menjadi hak prerogatif Allah. Manusia tak memiliki kewenangan sama sekali untuk memvonis orang atau kelompok lain sebagai golongan kafir atau bukan, masuk neraka atau surga, dilaknat atau dirahmati. Tak ada alat ukur apa pun yang sanggup mendeteksi kualitas hati dan keimanan seseorang secara pasti.
Jika diamati, ahli ibadah dalam kisah hadits di atas terjerumus ke jurang neraka lantaran melakukan sejumlah kesalahan. Pertama, ia lancang mengambil hak Allah dengan menghakimi bahwa saudaranya “tak mendapat ampunan Allah dan tidak akan masuk surga”. Mungkin ia berangkat dari niat baik, yakni hasrat memperbaiki perilaku saudaranya yang sering berbuat dosa. Namun ia ceroboh dengan bersikap selayak Tuhan: menuding orang lain salah sembari memastikan balasan negatif yang bakal diterimanya.
Dalam konteks etika dakwah, si ahli ibadah sedang melakukan perbuatan di luar batas wewenangnya sebagai pengajak. Ia tak hanya menjadi dâ‘i (tukang ajak) tapi sekaligus hâkim (tukang vonis). Padahal, Al-Qur’an mengingatkan:
اُدْعُ إِلَى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ أَحْسَنُ
“Serulah ke jalan Tuhanmu dengan bijaksana, peringatan yang baik, dan bantulah mereka dengan yang lebih baik. Sungguh Tuhanmulah yang mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya. Dan Dia Maha mengetahui orang-orang yang mendapat hidayah.” (An-Nahl [16]: 125)
وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ
“Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". (Al-Kahfi [18]: 29)
Ayat ini tak hanya berpesan tentang keharusan seseorang untuk berdakwah secara arif dan santun melainkan menegaskan pula bahwa tugas seseorang hamba kepada hamba lainnya adalah sebatas mengajak atau menyampaikan. Mengajak tak sama dengan mendesak, mengajak juga bukan melarang atau menyuruh. Mengajak adalah meminta orang lain mengikuti kebaikan atau kebenaran yang kita yakini, dengan cara memotivasi, mempersuasi, sembari menunjukkan alasan-alasan yang meyakinkan. Urusan apakah ajakan itu diikuti atau tidak, kita serahkan kepada Allah subhânahu wa ta‘âlâ (tawakal).
*Jama'ah Shalat Jum'at Rahimakumullâh,*
Kesalahan kedua yang dilakukan ahli ibadah dalam kisah tersebut adalah ia terlena terhadap prestasi ibadah yang ia raih. Hal itu dibuktikan dengan kesibukannya untuk mengawasi dan menilai perilaku orang lain ketimbang dirinya sendiri. Dalam tingkat yang lebih parah, sikap macam ini dapat membawa seseorang pada salah satu akhlak tercela bernama tajassus, yakni gemar mencari-cari keburukan orang lain. Apalagi, bila orang yang menjadi sasaran belum tentu benar-benar berbuat salah. Seringkali lataran kesalahmahaman dan perkara teknis, sebuah perbuatan secara sekilas pandang tampak salah padahal tidak. Di sinilah pentingnya tabayun (klarifikasi) dalam ajaran Islam.
Tentu saja memperbanyak ibadah dan meyakini kebenaran adalah hal yang utama. Tapi menjadi keliru tatkala sikap tersebut dihinggapi 'ujub (bangga diri). Ujub merupakan penyakit hati yang cukup kronis. Ia bersembunyi di balik kelebihan-kelebihan diri kemudian pelan-pelan mengotorinya. Bisa saja seseorang selamat dari perbuatan dosa tapi ia kemudian terjerumus ke dalam jurang yang lebih dalam, yakni ujub. Mesti diingat, menghindari perbuatan dosa memang hal yang amat penting, tapi yang lebih penting lagi bagi seseorang yang terbebas dari dosa adalah menghindari sifat bangga diri. Sebuah maqalah bijak berujar, “Perbuatan dosa yang membuatmu menyesal jauh lebih baik ketimbang beribadah yang disertai rasa ujub.”
Watak buruk dari kelanjutan sifat ujub biasanya adalah merendahkan orang lain. Amal ibadah yang melimpah, apalagi disertai pujian dan penghormatan dari masyarakat sekitar, sering membuat orang lupa lalu dengan mudah menganggap remeh orang lain. Orang-orang semacam ini umumnya terjebak dengan penampilan luar. Mereka menilai sesuatu hanya dari yang tampak secara kasat mata. Padahal, bisa saja orang yang disangkanya buruk, di mata Allah justru lebih mulia karena lebih banyak memiliki kebaikan namun lantaran bukan tipe orang yang suka pamer amal itu pun luput dari pandangan mata kita.
Jamaah shalat Jumat hadâkumullâh,
Dakwah berasal dari lafadh da‘â-yad‘û yang secara bahasa semakna dengan an-nidâ’ dan ath-thalab. An-nidâ’ berarti memanggil, menyeru, mengajak; sementara ath-thalab dapat diterjemahkan dengan meminta atau mencari. Istilah dakwah bisa didefinisikan sebagai upaya mengajak atau menyeru kepada iman kepada Allah dan segenap syariat yang dibawa Rasulullah serta nilai-nilai positif lainnya.
Dakwah sangat dianjurkan dalam Islam sebagai pelaksanaan prinsip amar ma’ruf nahi (‘anil) munkar. Umat Islam diperintah untuk menyebarkan pesan kebaikan (ma’ruf) dan tak boleh berdiam diri ketika melihat kemunkaran. Hanya saja, dalam praktiknya semua dijalankan dalam koridor yang bijaksana, sehingga usaha amar ma’ruf terealisasi dengan baik dan pencegahan kemungkaran pun tak menimbulkan kemungkaran baru lantaran tidak dijalankan dengan cara-cara yang mungkar.
Karena itu, kita mengenal dalam proses dakwah dua hal, yaitu isi dakwah dan cara dakwah. Terkait isi, dakwah memiliki lingkup yang sangat luas, dari persoalan akidah, ibadah hingga akhlak keseharian seperti ajakan untuk tidak menggunjing dan membuang sampah sembarangan. Dakwah memang bukan monopoli tugas seorang dai, siapa pun bisa menjadi pengajak, namun dakwah menekankan pelakunya memiliki bekal ilmu yang cukup tentang hal-hal yang ingin ia serukan. Hal ini penting agar dakwah tak hanya meyakinkan tapi juga tidak sepotong-sepotong.
Yang tak kalah penting adalah cara. Betapa banyak hal-hal positif di dunia ini gagal menular karena disebarluaskan dengan cara-cara yang keliru. Begitu pula dengan dakwah. Dalam hal ini kita bisa berkaca kepada Rasulullah. Di tengah fanatisme suku-suku yang parah, kebejatan moral yang luar biasa, dan kendornya prinsip-prinsip tauhid, dalam jangka waktu hanya 23 tahun beliau sukses membuat perubahan besar-besaran di tanah Arab. Bagaimana ini bisa dilakukan? Kunci dari kesuksesan revolusi peradaban itu adalah da‘wah bil hikmah, seruan yang digaungkan dengan cara-cara bijaksana. Akhlak Nabi lebih menonjol ketimbang ceramah-ceramahnya. Beliau tak hanya memerintah tapi juga meneladankan. Rasulullah juga pribadi yang egaliter, memahami psikologi orang lain, menghargai proses, membela orang-orang terzalimi, dan tentu saja berperangai ramah dan welas asih.
*Jama'ah Shalat Jum'at Rahimakumullâh,*
Khatib kembali mengingatkan diri sendiri dan jamaah sekalian bahwa ada rambu-rambu dakwah yang perlu diingat, yakni jangan membenci dan merendahkan orang lain, apalagi mencaci maki dan memojokkannya. Karena jika hal itu kita lakukan maka keluarlah kita dari motivasi dakwah sesungguhnya. Dakwah berangkat dari niat baik, untuk tujuan yang baik, dan semestinya dilakukan dengan cara-cara yang baik. Itulah makna sejati dakwah. Bila ada pendakwah gemar menjelek-jelekan orang atau golongan lain, mungkin perlu diingatkan lagi tentang bahasa Arab dasar bahwa da'wah artinya mengajak bukan mengejek. Sehingga, dakwah mestinya ramah bukan marah, merangkul bukan memukul.
Yang paling mengerikan tentu saja adalah dakwah dikuasai amarah dan hawa nafsu sehingga menimbulkan pemaksaan dan aksi-aksi kekerasan, hanya kerena menganggap orang lain sebagai musyrik, musuh Allah, dan karenanya harus diperangi. Jika sudah sampai pada level ini, pendakwah tak hanya sudah melenceng jauh dari esensi dakwah, tapi juga pantas menjadi sasaran dakwah itu sendiri. Al-Qur'an sudah sangat benderang menegaskan bahwa tak ada paksaan dalam agama, dan oleh sebab itu menggunakan pendekatan kekerasan sama dengan mencampakkan pesan ayat suci.
Dalam sebuah hadits dijelaskan:
عن حذيفة رضي الله عنه قال : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ رَجُلٌ قَرَأَ الْقُرْآنَ ، حَتَّى إِذَا رَأَيْتَ بَهْجَتَهُ عَلَيْهِ ، وَكَانَ رِدْءًا لِلْإِسْلَامِ انْسَلَخَ مِنْهُ وَنَبَذَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ ، وَسَعى عَلَى جَارِهِ بِالسَّيْفِ ، وَرَمَاهُ بِالشِّرْكِ " . قُلْتُ : يَا نَبِيَّ اللَّهِ ! أَيُّهُمَا أَوْلَى بِالشِّرْكِ الرَّامِي أَوِ الْمَرْمِيِّ ؟ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " بَلِ الرَّامِي "
Dari Hudzaifah radliyallâhu ‘anh, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh yang paling aku khawatirkan pada kalian adalah orang yang membaca Al-Qur’an sampai terlihat kegembiraannya dan menjadi benteng bagi Islam, kemudian ia mencampakkannya dan membuangnya ke belakang punggung, membawa pedang kepada tetangganya dan menuduhnya syirik.” Saya (Hudzaifah) bertanya: “Wahai Nabi, siapakah yang lebih pantas disifati syirik, yang menuduh atau yang dituduh?” Rasulullah menjawab: “Yang menuduh.” (HR Ibnu Hibban)
Na’ûdzubillâhi mindzâlik. Semoga kita semua dilindungi Allah dari perbuatan buruk baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain.
*Jama'ah Shalat Jum'at Rahimakumullâh,*
Tekun dalam beribadah kemudian mengajak sesamanya untuk melakukan hal yang serupa merupakan sesuatu yang dipuji dalam agama. Hanya saja, dakwah atau mengajak memiliki batasan-batasan. Setidaknya ada dua tips yang bisa dipegang agar seseorang tak melampaui batasan tugas sebagai seorang pengajak. Pertama, muhâsabah (introspeksi). Meneliti aib orang yang paling bagus adalah dimulai dari diri sendiri. Muhasabah akan mengantarkan kita pada prioritas perbaikan kualitas diri sendiri, yang secara otomatis akan membawa pengaruh pada perbaikan lingkungan sekitarnya. Sebagaimana dikatakan Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq, “Ashlih nafsaka yashluh lakan nâs. Perbaikilah dirimu maka orang lain akan berbuat baik kepadamu.”
Kedua, tawâdlu‘ (rendah hati). Sikap ini tidak sulit tapi memang sangat berat. Rendah hati berbeda dari rendah diri. Tawaduk adalah kemenangan jiwa dari keinginan ego yang senantiasa merasa unggul: merasa paling benar, paling pintar, paling saleh, dan seterusnya—yang ujungnya meremehkan orang lain. Tawaduk membuahkan sikap menghargai orang lain, sabar, dan menghormati proses. Dalam perjalanan dakwah, tawaduk terbukti lebih menyedot banyak simpati dan menjadi salah satu kunci suksesnya sebuah seruan kebaikan. Fakta ini bisa kita lihat secara jelas dalam perjuangan Nabi dan pendakwah generasi terdahulu yang tercatat sejarah hingga kini. Wallâhu a‘lam bish-shwâb.
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ
*Khutbah Kedua*
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، وَأَحُثُّكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ اْلقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ، وَقاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ وَصَدَقَ رَسُوْلُهُ النَّبِيُّ الْكَرِيْمُ وَنَحْنُ عَلَى ذلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ وَالشَّاكِرِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Sabtu, 13 Januari 2018
BENARKAH TAHUN BARU MASEHI TAHUN BARU KAFIR?
Momentum akhir tahun 2017 kemarin benar-benar membuat kita sibuk. Belakangan ini kita disibukkan dengan pro dan kontra ucapan selamat Natal berikut hukum menjaga dan menghadiri perayaan di gereja. Sementara debat kusir belum berakhir, kali ini kita kembali dibuat sibuk dengan kontroversi perayaan malam Tahun Baru Masehi 2018. Dalam berbagai pesan berantai di jejaring sosial, beredar informasi bahwa tahun baru masehi merupakan tahun baru orang-orang kafir yang merepresentasikan budaya Barat. Oleh karenanya, perlu kita telusuri sejenak apakah tahun masehi memang identik dengan tahun kafir?
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُوْرًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوْا عَدَدَ السِّنِيْنَ والْحِسَابِ مَا خَلَقَ اللهُ ذَلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُوْنَ.
Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. (QS: Yunus: 5)
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa ketentuan Allah swt tentang garis edar yang teratur dari bulan dan matahari dimaksudkan agar manusia mengetahui perhitungan tahun. Diantara hikmah peredaran bulan dan matahari yang teratur adalah dapat mengetahui waktu menunaikan shalat, puasa, haji, bekerja, maupun beristirahat. Berbagai kegiatan yang kita lakukan tentunya membutuhkan panduan waktu yang―jika ditelusuri―bermuara pada konsep peredaran bulan dan matahari.
Peredaran bulan merupakan pedoman pokok dalam penentuan tahun hijriyyah. Dalam disiplin ilmu falak (astronomi) disebut juga tahun qamariyyah (tahun bulan). Penanggalan hijriyyah memiliki tahun kabisat (355 hari) dan tahun basithah (354 hari). Berdasarkan siklus peredaran bulan, setiap 30 tahun terdapat 11 tahun kabisat dan 19 tahun basithah. Secara umum, pergantian hari dalam kalender hijriyyah dimulai dari saat tenggelamnya matahari waktu setempat, dan pergantian bulan dapat diketahui berdasarkan revolusi bulan terhadap bumi yang dibuktikan dengan proses munculnya bulan sabit setelah menghilang. Penanggalan ini bisa dikatakan lebih akurat dalam penentuan waktu ibadah umat Islam, terutama dalam pelaksanaan ibadah puasa dan haji.
Sedangkan peredaran matahari menjadi pedoman pokok dalam penentuan tahun masehi, yang juga memiliki istilah lain yakni tahun miladiyyah―yang semakna dengan masehi―dan tahun syamsiyah (tahun matahari). Penanggalan masehi juga memiliki tahun kabisat (366 hari) dan tahun basithah (365 hari). Berdasarkan siklus revolusi bumi terhadap matahari, tahun kabisat terjadi setiap empat tahun sekali. Pergantian hari dalam penanggalan syamsiyah dimulai pada pukul 00.00 waktu setempat. Peredaran matahari juga berpengaruh terhadap perubahan musim di berbagai negara, sehingga dalam musim tertentu dapat terjadi perubahan waktu aktifitas harian masyarakat setempat, begitu juga dalam durasi ibadah puasa serta pelaksanaan shalat dzuhur dan ashar maupun ibadah shalat sunnah lain yang dilaksanakan pada waktu siang hari.
Sebagai muslim, tentu kita cukup banyak bergantung pada penanggalan masehi dalam menjalankan aktifitas harian. Berbagai macam peringatan momentum bersejarah seperti Proklamasi Kemerdekaan RI, Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan, Hari Santri Nasional, dan lain sebagainya sangat bergantung pada kalender masehi. Bahkan sistem penanggalan masehi―yang berdasarkan revolusi bumi terhadap matahari―juga dikaji di berbagai pesantren dan madrasah sebagai bagian dari khazanah keilmuan disiplin ilmu falak (astronomi). Oleh karena itu, sepertinya kurang tepat jika tahun masehi diklaim sebagai tahun kafir.
Memang tak ada salahnya jika kita menolak perayaan tahun baru masehi. Alih-alih menganggap sebagai tahun baru kafir, alangkah baiknya jika perspektif yang digunakan adalah penolakan berdasarkan unsur euforia berlebihan yang notabene menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Mengingat biaya perayaan sebesar itu akan lebih bermanfaat jika dialihfungsikan menjadi sedekah, amal jariyah, menyantuni anak yatim, serta membantu saudara-saudara kita yang memang jauh lebih membutuhkan. Selain itu, momentum pergantian tahun akan lebih khidmah jika diisi dengan kegiatan positif seperti dzikir atau do’a bersama agar bangsa Indonesia dijauhkan dari marabahaya serta menjadi bangsa yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.
Dikatakan dalam sebuah riwayat, dari Anas bin Malik –radhiyallahu ‘anhu -:
كان لأهل الجاهلية يومان في كل سنة يلعبون فيهما، فلما قدم النبي صلى الله عليه وسلم المدينة قال: كان لكم يومان تلعبون فيهما، وقد أبدلكم الله بهما خيرا منهما: يوم الفطر ويوم الأضحى.
“Dahulu, orang Arab Jahiliyyah mempunyai dua hari raya dimana mereka bersenang-senang pada hari raya tersebut. Kemudian ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah ke Madinah dan menjumpai masyarakat Madinah yang ternyata mereka pun merayakan dua hari raya tersebut, yaitu hari raya Jahiliyah. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun melarangnya, dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan: “Mulai detik ini, kita hapuskan semua hari raya kecuali dua hari raya sebagai penggantinya, yaitu hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.”
Oleh karena itu, bisa kita tarik kesimpulan bahwa hari raya yang sesuai dengan Islam hanya dua yaitu hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Kemudian, dua hari raya yang diperingati masyarakat Jahiliyah pada saat itu maksudnya hari raya apa?
Jawabannya, mereka memperingati perayaan Neirus dan Mihrojan.
Neirus adalah perayaan tahun baru Persia. Karena asimilasi budaya, masyarakat Madinah yang kala itu masih musyrik, suka mengikuti budaya masyarakat lain yang dianggap lebih berperadaban. Seperti Persia atau Romawi. Sampai saat ini, hari raya Neirus tersebut masih diperingati oleh masyarakat Iran, padahal hal tersebut sudah dibatalkan oleh Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam – .
Maka berdasarkan hadits tadi, kaum muslimin tidak boleh merayakan hari raya lain kecuali dua hari raya saja, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.
Salah satu yang termasuk pada hari raya terlarang kita turut merayakannya adalah hari yang telah kita saksikan yaitu perayaan datangnya tahun 2018 kemarin, dimana hiruk-pikuk manusia dari Indonesia sampai ke Maroko merayakannya. Negeri-negeri Islam pun ikut merayakannya, yang mana hari raya tersebut sebenarnya bukan bagian dari Islam.
Jika ada yang mengatakan, “Ustadz, Rasulullah tidak pernah mengharamkan tahun baru Masehi”
Kita bisa jawab, “Pada waktu itu Rasulullah sudah melarang tahun baru Persia karena –atas kehendak Allah– kebudayaan Persia-lah yang diserap oleh orang Arab, sedangkan kebudayaan Romawi belum terserap pada saat itu. Akan tetapi larangan Rasulullah untuk melakukan tahun baru Persia itu otomatis juga merupakan larangan Rasulullah untuk mengatakan perayaan tahun baru lainnya, apalagi ditambah dengan banyaknya mafsadat atau kerusakan di dalam perayaannya.” Wallahu a'lam
Demikian Asimun Mas'ud menyampaikan semoga bermanfa'at. Aamiin
*والله الموفق الى أقوم الطريق*
Langganan:
Postingan (Atom)