Jumat, 27 Maret 2020

KAJIAN TENTANG KIAMAT SUDAH DEKAT KARENA NEGERI ARAB TANAHNYA SUBUR


Kabar akan datangnya hari akhir atau kiamat pada pertengahan bulan Ramadan 1441 Hijriah atau di tahun 2020 cukup meresahkan masyarakat  Indonesia. Apalagi, sejumlah hadist dikutip untuk menguatkan prediksi akhir zaman terjadi 15 Ramadan tahun ini. Viral juga video seorang ustadz yang mengatakan akan terjadi kemarau panjang 3 tahun lamanya, dajjal akan muncul dan imam mahdi akan segera datang, padahal belum lama banjir terjadi dimana-mana, dan sejak kapan si ustadz dapat kabar kalau dajjal dan imam mahdi akan datang? Apakah dia seorang peramal atau sedang ngigau?

Juga beredar video seorang ustadz yang lain mengatakan bahwa kiamat segera datang karena tanah arab sudah subur dengan banyaknya tumbuhan, sementara yang dia tunjukkan gambarnya adalah wilayah Thaif yang memang sejak jaman Nabi sudah subur dan sejuk banyak kebun kurma dan anggur.

Isu sesat yang berseliweran di media sosial dan diskusi-diskusi publik itu akhirnya ditanggapi sejumlah ulama. Saya yang bukan ulama pun ikut menanggapi kabar itu sebagai isu sesat sesat yang meresahkan. Bahkan, sangat bertentangan dengan ketentuan atau takdir Allah Azza wa Jalla.

Berbicara tentang akhir zaman itu terkait motivasi Al-Qur’an Surat An Nazi’at ayat 42-45 sebagai berikut,

يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا

"(Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari berbangkit, kapan kah terjadinya?"

فِيمَ أَنْتَ مِنْ ذِكْرَاهَا

"Siapakah kamu (sehingga) dapat menyebutkan (waktunya)?"

إِلَىٰ رَبِّكَ مُنْتَهَاهَا

"Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya)."

إِنَّمَا أَنْتَ مُنْذِرُ مَنْ يَخْشَاهَا

"Kamu hanyalah pemberi peringatan bagi siapa yang takut kepadanya (hari berbangkit)."

Dari ayat-ayat diatas jelaslah bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tugasnya hanya memberi peringatan akan datangnya kiamat dan bukan menjelaskan kapan terjadinya kiamat.

Sebagaimana kita ketahui bahwa kiamat akan terjadi yang didahului dengan tanda-tanda kecil yang sudah banyak terjadi semisal banyaknya kemaksiatan dan perbuatan dosa manusia, kemudian tanda-tanda besar. Terkait dengan tanda-tanda besar kiamat itu berjumlah 10 tingkatan. Dan para ulama berbeda-beda dalam memahami urutan tanda-tanda tersebut, maka yang kita ambil adalah urutan yang dimulai dengan munculnya; 1. Dukhon, 2. Dajjal, 3. Turunnya Isa, 4. Muncul Ya’juj Ma’juj, 5-7. Munculnya Gempa di Timur Barat dan Jazirah Arab, 8. Munculnya Binatang Melata dari Perut Bumi, 9. Munculnya Api Besar dari Yaman, dan 10. Terbitnya Matahari dari Barat.

Apa pun urutannya, yang jelas 10 tanda besar itu akan muncul mengiringi hancurnya alam semesta ini dan yang mana pun muncul duluan, pasti akan diikuti yang lain dengan cepat.

Memang dijelaskan dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَعُودَ أَرْضُ الْعَرَبِ مُرُوجًا وَأَنْهَارًا.

“Tidak akan tiba hari Kiamat hingga tanah Arab kembali hijau penuh dengan tumbuhan dan sungai-sungai.” (HR. Muslim, kitab az-Zakaah, bab Kullu Nau’in minal Ma’ruuf Shadaqah (VII/97, Syarh an-Nawawi)

Sahabat Mu’adz bin Jabal radhiyallahu anhu juga telah meriwayatkan sebuah hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada saat perang Tabuk.  Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّكُمْ سَتَأْتُونَ غَدًا إِنْ شَاءَ اللهُ عَيْنَ تَبُوكَ، وَإِنَّكُمْ لَنْ تَأْتُوهَا حَتَّـى يُضْحِيَ النَّهَارُ، فَمَنْ جَاءَهَا مِنْكُمْ، فَلاَ يَمَسَّ مِنْ مَائِهَا شَيْئًا حَتَّـى آتِيَ، فَجِئْنَاهَا وَقَدْ سَبَقَنَا إِلَيْهَا رَجُلاَنِ وَالْعَيْنُ مِثْلُ الشِّرَاكِ تَبِضُّ بِشَيْءٍ مِنْ مَاءٍ، قَالَ: فَسَأَلَهُمَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: هَلْ مَسَسْتُمَا مِنْ مَائِهَا شَيْئًا؟ قَالاَ نَعَمْ، فَسَبَّهُمَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَقَالَ لَهُمَا: مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَقُولَ. قَالَ: ثُمَّ غَرَفُوا بِأَيْدِيهِمْ مِنَ الْعَيْنِ قَلِيلاً قَلِيلاً، حَتَّى اجْتَمَعَ فِي شَيْءٍ. قَالَ: وَغَسَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيهِ يَدَيْهِ وَوَجْهَهُ، ثُمَّ أَعَادَهُ فِيهَا، فَجَرَتِ الْعَيْنُ بِمَاءٍ مُنْهَمِرٍ أَوْ قَالَ: غَزِيرٍ… حَتَّى اسْتَقَى النَّاسُ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يُوشِكُ يَا مُعَاذُ إِنْ طَالَتْ بِكَ حَيَاةٌ أَنْ تَرَى مَا هَاهُنَا قَدْ مُلِئَ جِنَانًا.

“Sesungguhnya kalian -insya Allah- akan mendatangi mata air Tabuk esok hari, dan sesungguhnya kalian tidak akan mendatanginya sehingga siang sudah meninggi (waktu dhuha). Barangsiapa dari kalian mendatanginya, maka janganlah ia menyentuh airnya sedikit pun hingga aku tiba.” “Akhirnya kami datang dan ternyata ada dua orang yang telah mendahului kami. Mata air itu bagaikan tali sandal yang mengucurkan sedikit air.” Mu’adz berkata, “Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada keduanya, ‘Apakah kalian berdua telah menyentuh sedikit dari airnya?’ Keduanya menjawab, ‘Betul,’ kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencerca keduanya, dan mengatakan berbagai hal kepada keduanya.’” Mu’adz berkata, “Kemudian mereka menyiduk air dari mata air sedikit demi sedikit, sehingga air tersebut terkumpul di suatu wadah.” Mu’adz berkata, “Akhirnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencuci kedua tangan juga muka di dalamnya, lalu beliau mengembalikan air tersebut ke dalam mata air, kemudian mata air itu memancarkan air dengan jumlah yang sangat banyak,” atau ia berkata, “Dengan melimpah,” …sehingga semua orang bisa memakainya. Akhirnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Hampir saja wahai Mu’adz! Seandainya umurmu panjang, niscaya engkau akan melihat tempat ini dipenuhi dengan kebun-kebun.’” (HR. Muslim, kitab al-Fadhaa-il, bab Mukjizaatun Nabiyyi J (XV/40-41, Syarh Muslim)

Tabuk (bahasa Arab: تبوك‎) adalah ibu kota provinsi Tabuk, Arab Saudi bagian barat laut. Pada sensus tahun 2010, kota ini memiliki jumlah penduduk sebesar 534.893 jiwa. Tabuk dekat dengan perbatasan Yordania-Arab Saudi, kota ini merupakan pangkalan angkatan udara terbesar di Arab Saudi.

Dari kedua hadits diatas menjelaskan bahwa suatu saat negeri arab akan subur dengan tanaman dan banyak sungai mengalir, dan hadits pertama mengandung arti bahwa kesuburan tanah arab merupakan salah satu tanda akan datangnya kiamat. Pertanyaannya apakah dimasa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak ada wilayah di negeri arab yang subur? Jawabnya adalah ada yaitu negeri Thaif.

Thaif merupakan salah satu kota yang memiliki hawa sejuk, karena berada di lembah pegunungan Asir dan penunungan Al Hada. Kota yang terletak sekitar 67 kilometer atau 1 jam 45 menit dari Kota Makkah Al Mukarramah ini terkenal dengan perkebunan Delima, Kurma, sayuran lainnya, termasuk juga banyak tumbuh pohon Zaqqum, pohon berduri.

Hawa sejuk, layaknya seperti udara di Puncak Pas, Bogor, Jawa Barat ini, mulai terasa ketika detikcom bersama sejumlah wartawan yang tergabung dalam Media Center Haji PPIH Daerah Kerja Makkah melakukan perjalanan ke Thaif, Sabtu (19/12/2009) siang waktu Arab Saudi. Diperkirakan suhu udara di kawasan ini mencapai 20 derajat celsius, sehingga membuat nyes di kulit.

Jalan menuju Thaif, khususnya ketika melewati Pegunungan Asir dan Pegunungan Al Hada berkelok-kelok, panjang dan menanjak mengelilingi pinggiran pegunungan hingga puncaknya. Puncak pegunungan yang berbeda dengan Puncak, Bogor atau tempat lainnya di Indonesia. Pegunungan disana relatif tidak ada pepohonan, tandus, berbatu dan berpasir.

Namun, ketika memasuki kota Al Hada sebelum Thaif, sepanjang jalan baru ditemukan sejumlah pepohonan dan perkebunan kurma. Beberapa rumah tradisional juga berdiri di tengah-tengah perkebunan itu. Di sepanjang kawasan ini juga dipenuhi sejumlah tempat wisata bagi penduduk Arab Saudi. Di tempat ini juga terdapat kawasan yang dijadikan tempat ber-Miqot atau untuk berihrom haji atau umrah, yaitu di Wadi Sair Kabir.

Kesejukan kota Thaif banyak digunakan sebagai tempat peristirahatan dan pariwisata di musim panas. Bahkan para raja dan kerabatnya banyak membangun tempat-tempat peristirahatan di kawasan ini. Sehingga Thaif juga mendapat julukan Qaryah Al-Mulk atau Desa Para Raja. Di kota ini juga sering diselenggarakan pertemuan-pertemuan dan perjanjian-perjanjian bilateral, regional dan internasional.

Menurut informasi yang diketahui  para mukmin dan sejumlah literatur, sebenarnya di kota ini sering diselenggarakan perlombaan balap onta. Namun, menjelang musim dingin di antara bulan Oktober hingga Januari, di kawasan ini juga di kawasan Al-Safa, adalah musim Delima dan Bunga Anggrek.

Yang menarik, disana banyak tumbuh Pohon Zaqqum diantara perbukitan dari Thaif menuju Al-Safa. Pohon yang ditumbuhi duri-duri yang besar dan tajam. Pohon Zaqqum, memang tidak ada di Indonesia atau negara lainnya. Ini menakjubkan, ditambah lagi di dalam Al Quran Surah Al Waqi'ah ayat 52-56 tentang keberadaan Pohon Zaqqum. Di dalam ayat itu disebutkan bahwa para penghuni neraka kelak akan diberikan makanan dari Pohon Zaqqum. Para penghuni neraka akan diberi makanan yang luar biasa pahitnya.

Bicara negeri Thaif dan keindahannya, kita diingatkan pula akan peristiwa pahit yang pernah dialami oleg Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana riwayat berikut,

عن عائشة رضي الله عنها أنها قالت للنبي صلى الله عليه وسلم هل أتى عليك يوماً كان أشد عليك من يوم أحد فقال لقد لقيت من قومك وكان أشد ما لقيت منهم يوم العقبة إذ عرضت نفسي على ابن عبد ياليل بن عبد كلال فلم يجبني إلى ما أردت فانطلقت على وجهي وأنا مهموم فلم أستفق إلا وأنا بقرن التعالب فرفعت رأسي فإذا أنا بسحابة قد أظلتني فنظرت فإذا فيها جبريل فناداني فقال إن الله قد سمع قول قومك لك وما ردوا عليك وقد بعث إليك ملك الجبال لتأمره بما شئت فيهم فناداني ملك الجبال فسلم علي فقال يا محمد ذلك لك فما شئت وإن شئت أن أطبق عليهم الأخشبين فقال النبي صلى الله عليه وسلم بل أرجوا أن يخرج الله من أصلابهم من يعبد الله لا يشرك به شيئاً‏.‏

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha bertanya kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, ‘Adakah hari lain yang engkau rasakan lebih berat dari hari di perang Uhud?’ Nabi menjawab, ‘Ya, memang banyak perkara berat yang aku tanggung dari kaummu itu, dan yang paling berat ialah apa yang aku temui di hari Aqabah dulu itu. Aku meminta perlindungan diriku kepada putera Abdi Yalel bin Abdi Kilai, tetapi malangnya dia tidak merestui permohonanku! ‘Aku pun pergi dari situ, sedang hatiku sangat sedih, dan mukaku muram sekali, aku terus berjalan dan berjalan, dan aku tidak sadar melainkan sesudah aku sampai di Qarnis-Tsa’alib. Aku pun mengangkat kepalaku, tiba-tiba aku terlihat sekumpulan awan yang telah meneduhkanku, aku lihat lagi, maka aku lihat Malaikat jibril alaihis-salam berada di situ, dia menyeruku, ‘Hai Muhammad! Sesungguhnya Allah telah mendengar apa yang dikatakan kaummu tadi, dan apa yang dijawabnya pula. Sekarang Allah telah mengutus kepadamu bersamaku Malaikat yang bertugas menjaga bukit-bukit ini, maka perintahkanlah dia apa yang engkau hendak dan jika engkau ingin dia menghimpitkan kedua-dua bukit Abu Qubais dan Ahmar ini ke atas mereka, niscaya dia akan melakukannya!‘ Dan bersamaan itu pula Malaikat penjaga bukit-bukit itu menyeru namaku, lalu memberi salam kepadaku, katanya, ‘Hai Muhammad!’ Malaikat itu lalu mengatakan kepadaku apa yang dikatakan oleh Malaikat Jibril AS tadi. ‘Berilah aku perintahmu, jika engkau hendak aku menghimpitkan kedua bukit ini pun niscaya aku akan lakukan!’ ‘Jangan… jangan! Bahkan aku berharap Allah akan mengeluarkan dari tulang sulbi mereka keturunan yang akan menyembah Allah semata, tidak disekutukan-Nya dengan apa pun !’, demikian jawab Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. (HR. Bukhari Muslim)

Musa bin Uqbah menyebut di dalam kitab ‘Al-Maghazi’ dari Ibnu Syihab katanya, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam setelah pamannya Abu Thalib, meninggal beliau keluar menuju ke Tha’if dengan harapan agar penduduknya akan melindunginya di sana. Maka beliau menemui tiga pemuka Tsaqif, dan mereka itu bersaudara, yaitu: Abdi Yalel, Khubaib dan Mas’ud dari Bani Amru. Beliau menawarkan mereka untuk melindunginya serta mengadukan halnya dan apa yang dibuat oleh kaumnya terhadap dirinya sesudah kematian Abu Thalib itu, namun bukan saja mereka menolak beliau, tetapi mereka menghalaunya dan memperlakukan apa yang tidak sewajarnya. (Fathul Bari 6:198 – Ibnu Ishak, Shahih Bukhari 1:458, dan berita ini dikeluarkan juga oleh Muslim dan Nasa’i).

Dalam keadaan sulit seperti itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat kedua tangannya ke langit dan mengucapkan perhohonan doa,

“اللّهُمّ إلَيْك أَشْكُو ضَعْفَ قُوّتِي ، وَقِلّةَ حِيلَتِي ، وَهَوَانِي عَلَى النّاسِ، يَا أَرْحَمَ الرّاحِمِينَ ! أَنْتَ رَبّ الْمُسْتَضْعَفِينَ وَأَنْتَ رَبّي ، إلَى مَنْ تَكِلُنِي ؟ إلَى بَعِيدٍ يَتَجَهّمُنِي ؟ أَمْ إلَى عَدُوّ مَلّكْتَهُ أَمْرِي ؟ إنْ لَمْ يَكُنْ بِك عَلَيّ غَضَبٌ فَلَا أُبَالِي ، وَلَكِنّ عَافِيَتَك هِيَ أَوْسَعُ لِي ، أَعُوذُ بِنُورِ وَجْهِك الّذِي أَشْرَقَتْ لَهُ الظّلُمَاتُ وَصَلُحَ عَلَيْهِ أَمْرُ الدّنْيَا وَالْآخِرَةِ مِنْ أَنْ تُنْزِلَ بِي غَضَبَك ، أَوْ يَحِلّ عَلَيّ سُخْطُكَ، لَك الْعُتْبَى حَتّى تَرْضَى ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوّةَ إلّا بِك”
“Ya Allah kepadamu kuadukan lemahnya kekuatanku, dan sedikitnya kesanggupanku, kerendahan diriku berhadapan dengan manusia, wahai Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang! Engkau adalah Pelindung orang-orang yang lemah dan Engkau juga Pelindungku, kepada siapakah diriku hendak Engkau serahkan? Kepada orang jauh yang berwajah suram terhadapku? Ataukah kepada musuh yang akan menguasai urusanku? Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, semuanya itu tak kuhiraukan, karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku.

Aku berlindung pada sinar wajah-Mu, yang menerangi kegelapan dan mendatangkan kebaikan di dunia dan akhirat, dari murka-Mu yang hendak Engkau tumpahkan kepadaku. Hanya Engkaulah yang berhak menegur dan mempersalahkan diriku hingga Engkau Ridha (kepadaku), dan tiada daya dan kekuatan apa pun selain atas perkenan-Mu.” (HR. At-Thabrani / Lihat: Sirah Ibnu Hisyam 1/420).

Terakhir, ada sebuah hadits yang diriwayatkan dari Anas radhiyallahu 'anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُمْطَرَ النَّاسُ مَطَرًا عَامًّا وَلاَ تُنْبِتُ اْلأَرْضُ شَيْئًا

"Tidak akan tiba hari Kiamat hingga manusia dihujani dengan hujan secara merata, tetapi bumi tidak menumbuhkan sesuatu." (Musnad Ahmad III/140, Muntakhab Kanz).

Dalam riwayat lain, akan datang selama tiga tahun terjadi masa paceklik seperti sebuah hadits riwayat Abi Umamah ra. Jadi itulah kesimpulan awal terkait diantara  tanda-tanda kiamat. Adapun kapan terjadinya itu tidak penting, karena memang tidak ada dalil yang kuat untuk informasi waktu kejadiannya. Yang terpenting adalah apa yang sudah kita kerjakan sebagai persiapan dan apa yang harus dilakukan jika hal itu terjadi. Wallahu a'lam

Demikian Asimun Ibnu Mas'ud menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar