Sabtu, 31 Agustus 2024

KAJIAN TENTANG PERBEDAAN ANTARA AHMAD BIN ISA BIN ZAID DENGAN AHMAD BIN ISA BIN MUHAMMAD MENURUT PARA ULAMA

Bismillah, dalam mencari jawaban kesimpang-siuran silsilah nasab ba'alawi yang menjadi pangkal masalah adalah Ubaidillah bin Ahmad bin Isa akhirnya mendorong saya untuk mencari referensi kitab sejarah dan akhirnya mulai terjawab ketika saya menemukan penjelasan dalam kitab sejarah yang saya dapatkan.

Bagi yang mengatakan bahwa nasab ba'alawi terputus salah satu alasannya karena Ahmad bin Isa tidak pernah hijrah ke Hadramaut Yaman dan tidak memiliki anak bernama Ubaidillah, juga mereka meyakini bahwa makam Ahmad bin Isa berada di Wadi As-Salam Najaf Iraq bukan di Hadhramaut Yaman.

Sementara bagi yang meyakini bahwa Ubaidillah adalah salah satu anak dari Ahmad bin Isa yang ikut rombongan diantara 70 orang yang turut hijrah ke Hadramaut Yaman. Ahmad bin Isa meninggal dunia pada tahun 345 H atau 956 M di Al-Husaysah, sebuah kota antara Tarim dan Seiyun, Hadhramaut dan dimakamkan disana. Namun makam Ahmad bin Isa bin Muhammad ini belum diketemukan diakhir abad ke-9 hijriah dan baru diketemukan pada petunjuk "ghaib" pada sekitar abad ke-10 hijriah yang menjadikan kontroversi. Di dalam kitab Fathur Rahimir Rahman hal.41 dituliskan,

وبها تو فى الشيخ الامام احمد بن عيسى ودفن فى شعبها ولم يعرف الآن موضع قبره بل ان الشيخ عبد الله بن ابى بكر كان يزوره في الشعب المذكور 

"Di sana wafatlah Syekh Imam Ahmad bin Isa dan dimakamkan di lembahnya. Namun, kini tidak diketahui lokasi makamnya, tetapi Syekh Abdullah bin Abi Bakar pernah mengunjunginya di lembah yang disebutkan." (Umar Bin Abdurrahman Shahibul Hamra' (889 hijriah), dalam Fathur Rahimir Rahman hal.41).

Dalam catatan sejarah para ulama, saya mendapatkan penjelasan dari Kitab Siyar A'lam An-Nubala', Karya Imam Adz-Dzahabi juz 12 hal.72 dari  https://www.islamweb.net/ar/library/content/60/2146/%D8%A3%D8%AD%D9%85%D8%AF-%D8%A8%D9%86-%D8%B9%D9%8A%D8%B3%D9%89 sebagai berikut,

أحمد بن عيسى

ابن الشهيد زيد بن علي الحسيني ، شيخ بني هاشم وكبيرهم .

قال المدائني : بلغ الرشيد ظهور هذا بعبادان في سنة خمس وثمانين ، فدس عليه من خدعه ، وبايعه ، ثم أخذه في سفينة ، فهرب أحمد لواسط ، واختفى ذكره .

قلت : بقي بالبصرة في الأزد خاملا إلى أن مات سنة سبع وأربعين ومائتين . وعاش تسعا وثمانين سنة .

Ahmad bin Isa

Putra dari Asy-Syahid Zaid bin Ali Al-Husaini, seorang pemimpin dan sesepuh Bani Hasyim.

Al-Mada'ini berkata: "Sampai kepada Harun Ar-Rasyid kabar tentang Ahmad ini di Abadan pada tahun 185 H. Maka, ia mengutus seseorang untuk menipunya dan membai'atnya, lalu menangkapnya di sebuah kapal. Ahmad kemudian melarikan diri ke Wasith dan jejaknya menghilang." 

Saya katakan: "Ia tinggal di Basrah bersama suku Al-Azd dalam keadaan tak dikenal hingga wafat pada tahun 247 H. Ia hidup selama 89 tahun." (Kitab Siyar A'lam An-Nubala', Karya Imam Adz-Dzahabi juz 12 hal.72).

Demikian pula saya menemukan catatan sejarah dalam Kitab Al-A'laam, boleh saya katakan bahwa kitab ini mirip Siyar A'lam An-Nubala', Karya Imam Adz-Dzahabi. Kitab Al-A’laam merupakan karya besar Syaikh Khairuddin Az-Zirkili Ad-Dimasyaqi rahimahullah yang wafat tahun 1396 H/1976 M

Nama sebenarnya ialah Khairuddin bin Mahmud bin Muhamamd Ali bin Faris Az-Zirkili Ad-Dimasyqi. Beliau warga negara Arab Saudi dan meninggal di Mesir

Berkaitan dengan Kitab ini Syaikh Ali Ath-Thanthawi rahimahullah berkata tentang kitab Al A’laam,

عن كتاب الأعلام أنه من أعظمِ ما ألّف في هذا العصر وأنه :  أحد الكتب العشرة التي يفاخر بها هذا القرن القرون السابقات.  الذكريات  1/125

“Bahwa ia adalah termasuk buku yang paling besar dikarang pada masa sekarang ini, dan bahwa ia “Salah satu dari 10 kitab yang dapat dibanggakan pada abad ini daripada abad-abad sebelumnya”. (Adz-Dzikriyyatu juz 1 hal.125). 

Di dalam kitab Al-A'laam juz 1 hal. 191 karya Syaikh Khairuddin Az-Zirkili disebutkan,

أحمد بن عيسى

(١٥٧ - ٢٤٧ هـ = ٧٧٣ - ٨٦١ م )

أحمد بن عيسى بن زيد بن علي ، أبو

عبد الله الحسيني العلوي الطالبي : من زعماء الزيدية في العصر العباسي : كان في أيام الرشيد ، بالمدينة ، ونشأ فاضلاً عالماً بالدين والحديث . وقيل للرشيد إنه يعمل للخروج عليه ، فأحضره إلى بغداد وسجنه ، فقر من السجن واختباً مدة عند محمد بن إبراهيم الإمام ببغداد ، ثم ذهب إلى البصرة يتنقل

من دار إلى دار ، واحتيل للقبض عليه

فنجا . واستمر مستراً إلى أن مات بها.

Ahmad bin Isa

(157 - 247 H = 773 - 861 M)

Ahmad bin Isa bin Zaid bin Ali, Abu Abdullah Al-Husaini Al-Alawi Ath-Thalibi: Salah satu pemimpin Zaidiyah pada masa Abbasiyah. Ia hidup pada masa Harun Ar-Rasyid di Madinah dan tumbuh sebagai seorang yang berbudi luhur, ahli dalam agama dan hadits. 

Dikatakan kepada Harun Ar-Rasyid bahwa ia merencanakan pemberontakan, maka ia dibawa ke Baghdad dan dipenjarakan. Namun, ia berhasil melarikan diri dari penjara dan bersembunyi beberapa waktu di rumah Muhammad bin Ibrahim Al-Imam di Baghdad. Kemudian, ia pergi ke Basrah dan berpindah-pindah dari satu rumah ke rumah lain, dan ketika mereka berusaha menangkapnya, ia berhasil meloloskan diri. Ia terus hidup dalam persembunyian sampai akhirnya meninggal disana (Basrah)." (Kitab Al-A'laam juz 1 hal. 191)

المهاجر

(٢٦٠ - ٣٤٥ هـ - ٨٧٣ - ٩٥٦ م )

أحمد بن عيسى بن محمد الحسيني

العلوي الطالبي المعروف بالمهاجر :

جد بني المهاجر ، في حضرموت. ولد ونشأ بالبصرة. وهاجر منها بعائلته وأتباعه إلى المدينة ( سنة ۳١٧) وحج (۳۱۸) واتصل به بعض الحضارمة ، فزينوا له سكنى بلادهم ، لمقاومة مذهب و الأباضية

فرحل اليها ، ونزل بقرية « الجبيل ، في

وادي دوعن » ثم تحول الى غيرها

واستقر في : الحسيسة ، قرب و تريم)

إلى أن توفي ، وقبره معروف الى الان

وكان من نسله في حضرموت علماء

وأدباء وصلحاء عرف بعضهم بالعلويين

نسبة الى حفيد له يدعى علوي بن عبيد

الله بن أحمد بن عيسى

Al-Muhajir

(260 - 345 H = 873 - 956 M)

Ahmad bin Isa bin Muhammad Al-Husaini Al-Alawi Ath-Thalibi, yang dikenal sebagai Al-Muhajir: Leluhur Bani Al-Muhajir di Hadramaut. Ia lahir dan dibesarkan di Basrah. Ia hijrah dari sana bersama keluarganya dan para pengikutnya ke Madinah (pada tahun 317 H), lalu menunaikan haji (tahun 318 H). Beberapa orang dari Hadramaut mendekatinya dan menganjurkan agar ia menetap di negeri mereka untuk menghadapi ajaran Ibadiyah.

Ia kemudian pergi kesana dan menetap di desa Al-Jubail, di lembah Doan, lalu pindah ke tempat lain dan akhirnya menetap di Al-Husayisa, dekat Tarim, hingga wafat. Makamnya masih dikenal hingga sekarang. Dari keturunannya di Hadramaut lahir para ulama, sastrawan, dan orang-orang shaleh, beberapa di antaranya dikenal sebagai Al-Alawiyin, dinisbatkan kepada cucunya yang bernama Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa." ((Kitab Al-A'laam juz 1 hal. 191)

Dalam Kitab Siyar A'lam An-Nubala', Karya Imam Adz-Dzahabi juz 12 hal.72 dan penjelasan Kitab Al-A'laam, Karya Syeikh Az-Zirkili juz 1 hal. 191 menyebutkan nama orang yang sama yaitu Ahmad bin Isa bin Zaid dimasa Bani Abasyiah kepemimpinan Harun Ar-Rasyid sebagai pemberontak yang dalam persembunyiannya dia meninggal di Basrah dalam usia 89 tahun dan mungkin inilah yang dimaksudkan  makamnya Ahmad bin Isa bin Zaid di Wadi As-Salam Najaf Irak dekat dengan makamnya Sayidina Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu seperti penjelasan kedua kitab diatas. Adapun Ahmad bin Isan bin Zaid memiliki 5 anak yaitu Abu Al-Qasim Muhammad Al-Akbar Al-'Adalah, Ahmad, Husain, Abu Hasan Ali, dan Abu Ja'far Muhammad. (Kitab Al-Majdi karya Ibnu Shufi).

Sementara Ahmad bin Isa bin Muhammad dijelaskan dalam Kitab Al-A'laam, Karya Syeikh Az-Zirkili juz 1 hal. 191 sebagai Ahmad bin Isa bin Muhammad Al-Husaini Al-Alawi Ath-Thalibi, yang dikenal sebagai cikal bakal Al-Alawiyin, yang dinisbatkan kepada cucunya yang bernama Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa. Mungkin inilah yang dimakaud Ahmad bin Isa bin Muhammad yang makamnya tidak diketemukan di abad ke-9 dan baru diketahui makamnya di abad ke-10 disebuah lembah di Hadhramaut sebagaimana disebutkan dalam kitab Fathur Rahimir Rahman hal.41 diatas.

Dalam Kitab Abna’ul Imam fi Mishri wa Asy-Syam (abad 5H) menulis bahwa anak Ahmad bin Isa bin Muhammad ini ada empat, yaitu Muhammad, Ali, Husein dan Abdullah (yang diakui sebagai nama Ubaidillah). Meskipun dalam Kitab Asy-Syajarah Al-Mubarakah dijelaskan bahwa anak Ahmad bin Isa hanya tiga, yaitu Muhammad, Ali dan Husein. Wallahu a'lam bis-Shawab 🙏🏻

Oleh karenanya mohon kiranya catatan saya ini ada yang berkenan mentashhih (memperbaiki) dan mentahqiqnya (menelitinya) biar tidak menjadikan fitnah. 

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Selasa, 27 Agustus 2024

MENGKROSCEK KITAB AL-IMAM AL-MUHAJIR KARYA MUHAMMAD DHIYA' SYAHAB

Disebutkan dalam Kitab Al-Imam Al-Muhajir Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja'far Ash-Shadiq karya  Muhammad Dhiya’ Shahab dan Abdullah bin Nuh, cet. Pertama Daar Asy-Syuruq, Jami' Al-Huquq Mahfuzhah, Kerajaan Saudi Arabia, 1400 H./1980 hal.47-48 bahwa anak Al-Muhajir Ahmad bin Isa Ar-Rumi adalah Abdullah bukan Ubaidillah,

مغادرته البصرة

رأى الإمام المهاجر تفرق الطالبيين في البلدان ، ورأى سوء الحالة التي يعانيها الناس ، وسير الدولة إلى الذوبان ، وشاهد الفوضى ، وعاصر الأحداث الدامية ، وتفاقم الأهواء ، فلا أمن ولا استقرار ، والخطر نستحكم الحلقات ، فأيقن أن الرحيل أمر لا مفر منه ، بذلك اكتظت شعاب نفسه. 

لقد تركت فتنة الزنج آثاراً سيئة في الحياة وفي النفوس والعمران ، وتركت ثورة القرامطة وهجومهم على البصرة عام ٣١٠ ما لا يصبر عليه صابر ، اذ دخلوها والمهاجر بين أسرته ، وسكان البصرة في قلق وارتباك ، والنساء في ارتعاش وهلع ، والأطفال يصرخون جزعاً ، والجثث تتساقط في الشوارع ، والنيران تلتهب في المنازل ، وهو ينظر إلى كل ذلك فيخفف من هلع النساء ، ويمسح دموع الأطفال ، ويهدىء من روع الخدم . 

في ذلك العام العصيب عام ۳۱۰ هـ يبلغه نغي صديقه محمد بن جرير الطبري .

لم تعد الحالة من الاستقرار ما يستميله للبقاء ، فقر رأيه – بعد استشارة أفراد أسرته وأقاربه - على مغادرة العراق تاركاً بها أمواله وأبناءه ، فقد اشتدت الحالة إلى حد لا يرضى به ذو أريحية ، فوافق أقاربه على رأيه في الرحيل ، وقرر الاجتماع العائلي هجرته ، وحتى الفراق قوسه ، وانتسخ الأمل في البقاء . 

إلى الحجاز  

في سنة ٣١٧ ه في عصر المقتدر بالله (٢٩٥ - ٣٢٠ ه) توجهت قافلة كبيرة من البصرة ، غادرتها وهي تعج بسكانها وتضطرب بصناعها ، تخترق فضاءها أصوات الباعة ، وسائقي الدواب ، ومطارق الحدادين ورغاء الابل في المعاطق ، وضربت القابلة في فسيح الأرض ، واجتازت الوهاد ، وصعدت كل نجد .

غادرت القافلة تلك المدينة بعد أن هاجمتها غوائل الدهر ، ومرت عليها الحوادث والمآسي ، متوغلة في الصحراء ، تحمل الإمام المهاجر وزوجته زينب بنت عبد الله بن الحسن بن علي العريضي ، وابنه عبد الله

وزوجته أم البنين بنت محمد بن عيسى بن محمد ، وحفيده اسماعيل ( الملقب

بصري ) ابن عبد الله ، وحاشية عدد أفرادها نحو السبعين

*Kepergiannya dari Basrah*

Imam Al-Muhajir (Ahmad bin Isa) menyaksikan perpecahan keturunan Bani Thalib di berbagai negeri, melihat kondisi buruk yang dialami oleh masyarakat, serta menyaksikan negara yang berjalan menuju kehancuran, kekacauan, dan peristiwa berdarah yang terjadi. Beliau melihat ketegangan yang semakin meningkat, tanpa keamanan dan stabilitas, dan bahaya yang semakin mengancam. Beliau pun yakin bahwa meninggalkan negeri tersebut adalah keputusan yang tak terelakkan, perasaan ini memenuhi hatinya.

Fitnah kaum Zanji telah meninggalkan dampak buruk dalam kehidupan, jiwa, dan pembangunan. Revolusi Qaramithah serta serangan mereka terhadap Basrah pada tahun 310 H menyebabkan kondisi yang sangat sulit untuk ditolerir. Ketika mereka memasuki kota, Imam Al-Muhajir berada di antara keluarganya. Penduduk Basrah hidup dalam kecemasan dan kebingungan, para wanita gemetar ketakutan, anak-anak menjerit ketakutan, jenazah berjatuhan di jalanan, dan api membakar rumah-rumah. Melihat semua itu, beliau berusaha menenangkan para wanita, menghapus air mata anak-anak, dan menenangkan para pelayan.

Pada tahun yang penuh kesulitan tersebut, yaitu tahun 310 H, beliau menerima kabar kematian sahabatnya, Muhammad bin Jarir (Ibnu Jarir) Ath-Thabari.

Keadaan tidak lagi memberikan stabilitas yang bisa membuatnya bertahan. Setelah berkonsultasi dengan anggota keluarga dan kerabatnya, ia memutuskan untuk meninggalkan Irak, meninggalkan harta dan anak-anaknya di sana, karena situasinya telah memburuk ke tingkat yang tidak dapat diterima oleh orang yang memiliki martabat. Kerabatnya menyetujui keputusannya untuk pergi, dan dalam pertemuan keluarga, mereka memutuskan untuk melakukan hijrah. Perpisahan telah tiba, dan harapan untuk tetap tinggal telah pupus.

*Ke Hijaz*

Pada tahun 317 H, pada masa pemerintahan Al-Muqtadir Billah (295-320 H), sebuah kafilah besar berangkat dari Basrah. Mereka meninggalkan kota tersebut yang penuh sesak dengan penduduknya dan hiruk-pikuk para pengrajin. Suara pedagang, kusir, palu tukang besi, dan raungan unta terdengar memenuhi langit kota itu. Kafilah itu melintasi padang pasir yang luas, melewati lembah-lembah, dan mendaki dataran tinggi.

Kafilah itu meninggalkan kota setelah bencana menimpa dan tragedi melanda, mereka melintasi gurun, membawa Imam Al-Muhajir, istrinya Zainab binti Abdullah bin Hasan bin Ali Al-Uraidhi, putranya Abdullah, istrinya Umm Al-Banin binti Muhammad bin Isa bin Muhammad, cucunya Ismail (dikenal sebagai Basri) putra Abdullah, dan rombongan mereka yang terdiri dari sekitar tujuh puluh orang." (Al-Imam Al-Muhajir Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja'far Ash-Shadiq karya  Muhammad Dhiya’ Shahab dan Abdullah bin Nuh, cet. Pertama Daar Asy-Syuruq, Jami' Al-Huquq Mahfuzhah, Kerajaan Saudi Arabia, 1400 H./1980 hal.47-48)

Dalam penjelasan kitab ini pun nama anak Ahmad (Al-Muhajir) bin Isa (Ar-Rumi) bernama Abdullah bukan Ubaidillah. Wallahu a'lam bis-Shawab 🙏🏻 

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

MENGKROSCEK KITAB AL-IMAM AL-MUHAJIR AHMAD BIN ISA AR-RUMI KARYA MUSTHAFA BIN ABDURRAHMAN BIN ABDULLAH AL-ATHAS

Dalam artikel saya sebelumnya menyampaikan Kitab Asy-Syajarah Al-Mubarakah karya Imam Fakhrurrazi menyebutkan bahwa anak Imam Al-Muhajir Ahmad bin Isa hanya 3 orang yaitu Muhammad, Ali dan Husain. 

Demikian halnya dalam Kitab Al-Majdi fi Ansab Ath-Thalibin karya Najmuddin Ali bin Muhammad Al-Umari (w. 490 H), menyampaikan hal yang sama tidak menyebutkan nama Abdullah atau Ubaidillah, 

وأحمد ابو القاسم الابح المعروف بالنفاط لانه كان يتجر النفط له بقية ببغداد من الحسن ابي محمد الدلال على الدور ببغداد رأيته مات بآخره ببغداد بن محمد بن علي بن محمد بن أحمد بن عيسى بن محمد بن العريضي. ( المجدي في أنساب الطالبين للعمري، مكتبة آية الله عظمي المرعشي، 1422 ص. 337)

"Ahmad Abu Al-Qasim Al-Abah, yang dikenal dengan julukan An-Naffath karena ia berdagang minyak tanah, memiliki keturunan di Baghdad dari Hasan Abu Muhammad Ad-Dallal, yang tinggal di Baghdad. Aku melihatnya, ia meninggal di Baghdad pada akhirnya. (Ia adalah) putra Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Isa bin Muhammad Al-Uraidhi." (Al-Majdi fi Ansab Ath-Thalibin karya Imam Al-Umari, Maktabah Ayatullah Al-Uzhma Al-Mar'ashi, 1422 H, hlm. 337).

Dan baru saya ketemukan penjelasan bahwa anak Ahmad (Al-Muhajir) bin Isa Ar-Rumi ada nama Ubaid (Ubaidillah) dalam Kitab Al-Burqah Al-Musyiqah karya Abu Bakar bin Ali As-Sakran juga kitab-kitab lainnya karya ulama ba'alawi. Sementara dalam Kitab Al-Imam Al-Muhajir Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi An-Nasab wa As-Sirah wa Al-Hijrah karya Musthafa bin Abdurrahman bin Abdulllah Al-Athas pada halaman 102-103 menyebutkan bahwa anak Imam Al-Muhajir Ahmad bin Isa ada yang bernama Abdullah bukan Ubaidillah sebagaimana berikut,

أولاده وحفدته :

للامام أحمد المهاجر أربعة أولاد :

ا - محمد ، الذي تخلف على الاموال بالبصرة ، وتوفي بها ، وسلالته بالبصرة والدي ، ذكره ابن عنبة قال : ومن عقبه أبو محمد الحسن ابن محمد بن علي بن محمد بن أحمد بن عيسى المعروف بالغلال وله أولاد منهم أبو القاسم المعروف بالنفاط لأنه كان يتجر بالنفط ، وله بقية أولاد ببغداد

٢ - علي ، سلالته بالرملة .

٣ - الحسين ، سلالته بنيسابور

٤ - عبد الله ، ذكره عدد من المؤرخين وعلماء الأنساب ، سافر مع والده من البصرة إلى حضرموت، ولما توفي والده بالحسيسة ارتحل وعائلته من الحسيسة ، ووهب الأراضي التي اشتراها والده الجعفر مخدم ، واشترى بسمل عقارات وتزوج بفتاة من سمل ورزق منها ابنه جديد .

تلقى علومه بالبصرة واليمن ، وحج عام ٣٠٥ ه ثم عام ٣١٧ هـ مع والده ، وتوفي في سمل سنة ٣٨٣ هـ

وله ثلاثة أبناء :

۱ - بصري ، ولد بالبصرة ، معروف بسعة العلم والرواية ، تعلم من أبيه وأخيه علوي وتأدب بهما وتفقه على كثير ، وبرع في العربية والحديث والفقه حتى نصب للفتوى والتدريس جديد ، ولد بحضرموت وتعلم من والده واخوانه وتأدب بهم وسمع من خلائق بحضرموت واليمن والحجاز والعراق والاحساء وظفار. (ص ١.٢)

– علوي ، وهو أول من سمى بعلوي ، توفي بعد القرن الرابع ، واليه ينتمي علويو حضرموت والهند والحجاز وافريقيا وأندونيسيا وجاراتها وغيرها(۱)

_______

(۱) كان اللقب العلوي في الأصل لمن ينتسب إلى الإمام علي بن أبي طالب عن ذريته ، وقد يطلق على أتباعه ، كما يقال أحياناً لمن يميل إلى الامام علي ويتبعه ، كما يقال سفيانياً لمن يميل إلى أبي سفيان ، وهكذا . ثم أطلق في حضرموت واليمن والحجاز على ذرية الامام علوي بن عبيد الله بن أحمد بن عيسى ، وقد يطلق عليهم في الكتب

آل أبي علوي ، وفي الاصطلاح الحضر مي العام آل باعلوي .

على أن ملوك المغرب الاقصى وأسرهم يطلق عليهم اللقب العلوي إلى الآن لثبوت نسبهم العلوي . وفي سوريا توجد طائفة يطلق عليهم الآن العلويون ، ولم يكن هذا الاطلاق يفيد الانتساب إلى علي بن أبي طالب ، ولكنه يفيد الموالاة له . (ص ١.٣)

*Anak-anak dan Cucu-cucunya (Ahmad Al-Muhajir) :*

Imam Ahmad al-Muhajir memiliki empat anak:

*1. Muhammad*: Dia menetap di Basrah (Irak) dengan hartanya, dan meninggal di sana. Keturunannya masih ada di Basrah hingga sekarang. Ibnu ‘Anbah menyebutkan bahwa dari keturunannya ada Abu Muhammad Al-Hasan bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Isa, yang dikenal dengan nama Al-Ghallal, dan dia memiliki beberapa anak, di antaranya adalah Abu Al-Qasim, yang dikenal sebagai Al-Naffath karena dia berdagang minyak tanah. Keturunan lainnya juga ada di Baghdad.

*2. Ali*: Keturunannya berada di Ramalah (tepi barat Palestina).

*3. Husain*: Keturunannya berada di Naisabur (Khurasan Iran).

*4. Abdullah*: Beberapa sejarawan dan ahli genealogi menyebutnya. Dia melakukan perjalanan bersama ayahnya dari Basrah ke Hadramaut. Ketika ayahnya meninggal di Al-Hassisa, dia pindah bersama keluarganya dari Al-Hassisa, dan memberikan tanah yang dibeli oleh ayahnya kepada Ja'far Makhdum. Dia kemudian membeli properti di Sumal, menikah dengan seorang gadis dari Sumal, dan dikaruniai seorang putra bernama Jadid. Dia memperoleh ilmunya di Basra dan Yaman, menunaikan haji pada tahun 305 H, kemudian pada tahun 317 H bersama ayahnya, dan meninggal di Sumal pada tahun 383 H. 

Dia memiliki tiga anak:

*1. Basri*: Lahir di Basrah (Irak), dikenal karena ilmunya yang luas dan keahliannya dalam periwayatan hadits. Dia belajar dari ayahnya dan saudaranya, Alawi, dan dididik oleh keduanya. Dia juga mendalami ilmu dari banyak ulama, mahir dalam bahasa Arab, hadits, dan fikih hingga dia diberi wewenang untuk memberikan fatwa dan mengajar.

*2. Jadid*: Lahir di Hadramaut, dia belajar dari ayahnya dan saudara-saudaranya, serta dididik oleh mereka. Dia mendengar dari banyak orang di Hadramaut, Yaman, Hijaz, Irak, Al-Ahsa, dan Dhofar.

*3. Alawi*: Dia adalah orang pertama yang diberi nama Alawi, dan dia meninggal setelah abad keempat. Dari keturunannya lahir keluarga Alawi di Hadramaut, India, Hijaz, Afrika, Indonesia, dan sekitarnya.(1)

_________

(1) Gelar Alawi pada awalnya digunakan untuk mereka yang merupakan keturunan dari Imam Ali bin Abi Thalib dari keturunannya, atau kadang-kadang juga digunakan untuk para pengikutnya. Sebagaimana orang yang condong kepada Imam Ali dan mengikutinya disebut Alawi, demikian pula orang yang condong kepada Abu Sufyan disebut Sufyani. Kemudian di Hadramaut, Yaman, dan Hijaz, gelar ini digunakan untuk keturunan Imam Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa. Dalam kitab-kitab, mereka disebut dengan "Al Abi Alawi" atau dalam istilah umum Hadramaut disebut "Al Ba'alawi". Namun, di Maroko, gelar Alawi digunakan hingga sekarang untuk keluarga raja-raja dan keluarga mereka yang terbukti memiliki keturunan Alawi. Di Suriah, ada sebuah sekte yang disebut Alawiyun, tetapi penamaan ini tidak menunjukkan keturunan dari Ali bin Abi Thalib, melainkan menunjukkan loyalitas kepada Ali. (Kitab Al-Imam Al-Muhajir Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi An-Nasab wa As-Sirah wa Al-Hijrah karya Musthafa bin Abdurrahman bin Abdulllah Al-Athas hal.102-103). Wallahu a'lam bis-Shawab 🙏🏻 

Adakah yang berkenan menjelaskan berikut referensi kitab karya ulama dari selain karya ba'alawi yang bisa menguatkan bahwa nama Abdullah bin Ahmad bin Isa tersebut adalah Ubaidillah yang menjadi akar masalah batal tidaknya nasab ba'alawi? Atas jawabannya saya ucapkan Jazakumullah ahsanal jaza' wa syukron.

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Senin, 26 Agustus 2024

MENGKROSCEK KITAB TAHDZIB AL-ANSAB WA NIHAYAH AL-ALQAB KARYA IMAM AL-UBAIDILI (W.435)

Kitab Tahdzibul Ansab wa Nihayatul Alqab yang dikarang Al-Ubaidili (w. 435) abad 5 ketika menerangkan tentang keturunan Ali Al-'Uraidhi memiliki empat orang anak, sebagaimana kutipan berikut,

أولاد علي العريضي ابن الصادق

و العقب من علي العريضي بن جعفر الصادق صلوات الله عليهم منر أبعة نفر و هم محمد بن علي والحسن بن علي و جعفر بن علي و احمد بن علي.

فالعقب من ، محمد بن علي العريضي في: أبي الحسين عيسى النقيب وي فه العدد و يحيى بن محمد و الحسن بن محمد و الحسين بن محمد، و جعفر بن محمد

"Anak-anak Ali Al-Uraidhi bin Ash-Shadiq, dan keturunan dari Ali Al-Uraidhi bin Ja'far Ash-Shadiq, semoga Allah melimpahkan salawat-Nya kepada mereka, berasal dari empat orang, yaitu Muhammad bin Ali, Al-Hasan bin Ali, Ja'far bin Ali, dan Ahmad bin Ali.

Keturunan dari Muhammad bin Ali Al-Aridhi adalah: Abu Al-Husain Isa An-Naqib, dan darinya terdapat keturunan, serta Yahya bin Muhammad, Al-Hasan bin Muhammad, Al-Husain bin Muhammad, dan Ja'far bin Muhammad." (Tahdzibul Ansab wa Nihayatul Alqab karya Abu Al-Hasan Muhammad bin Abu Al-Ja'far Al-'Ubaidili hal.175).

Kemudian menyebutkan di halaman 176-177 sebagai berikut,

وأحمد بن عيسى النقيب بن محمد بن علي العريضي يلقب النفاط(۱) ص ١٧٦

__________

(١) كان يتجر بالنفط. 

من ولده ابو جعفر [الأعمى ] محمد بن علي بن محمد بن أحمد عمي في آخر عمره و انحدر إلى البصرة و أقام بها و مات بها وله أولاد و أخوه بالجبل له ) أولاد. ص ١٧٧

“Dan Ahmad bin Isa An-Naqib bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi diberikan gelar An-Naffath, sebagian dari keturunannya adalah Abu Ja’far (Al-A’ma: yang buta) Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad, ia buta di akhir hayatnya, ia pergi ke Basrah menetap dan wafat disana. Dan ia mempunyai anak. Saudaranya di Al-Jabal (gunung) juga mempunyai anak. (Tahdzibul Ansab wa Nihayatul Alqob karya Abu Al-Hasan Muhammad bin Abu Al-Ja'far Al-'Ubaidili hal.176-177)

Untuk lebih jelasnya saya kutipkan dari halaman 175-177 sebagai berikut,

وعيسى المعروف بالرومي بن محمد بن عيسى النقيب بن محمد بن علي العريضي له عدة من الاولاد منهم ابو جعفر بن عيسى الرومي وإسمه محمد أعقاب، و الحسن بن عيسى الرومي له أولاد لهم أعقاب، و أحمد بن عيسى

الرومي له أولاد و عقب و موسى محام بن عيسى الرومي له أولاد. والحسين بن عيسى الرومي إبنه عيسى بن الحسين يعرف بأبي الأصابع له ولد، و عبدالله بن غيسى الرومي يلقب بصلة له ولد بالري له مسلم و لمسلم بن عبدالله: الحسن و جعفر إبنا مسلم.

و زيد بن عيسى النقيب بن محمد بن علي العريضي الأسود قال: له عقب في صح.

و يحيى بن عيسى النقيب بن محمد بن علي العريضي ولده يحيى بن يحيى له عقب بالمدينة كان يحيى بن يحيى ينزل دار الصادق، و علي بن يحيى

بن عيسى النقيب.

و الحسين بن عيسى النقيب بن محمد بن علي العريضي له عقب بالري مرکز تحقیقات کا چوتی علوم اسلامی و الحسن بن عيسى بن محمد بن علي العريضي له عقب بشيراز و إصبهان و قم قال: كان من ولده غلام عيار ببغداد يسمى مهدي بن الحسن بن علي بن الحسن بن عيسى النقيب.

و إبراهيم بن عيسى النقيب بالري بن محمد بن علي العريضي و إبنه أبو الحسين عيسى بن إبراهيم نقيب الطالبيين بالمدينة قال: له عقب بهمدان و يقية يعني إبراهيم. 

وأحمد بن عيسى النقيب بن محمد بن علي العريضي يلقب النقاط(۱) 

__________

(١) كان يتجر بالنفط. 

من ولده ابو جعفر [الأعمى ] محمد بن علي بن محمد بن أحمد عمي في آخر عمره و انحدر إلى البصرة و أقام بها و مات بها وله أولاد و أخوه بالجبل له ) أولاد.

و موسى بن عيسى النقيب بن محمد بن علي العريضي بعض ولده بقزوين

و أبو محمد عبدالله الأحنف بن عيسى بن : بن علي العريضي فله عقب بالشام.

و جعفر بن عيسى النقيب بن محمد بن علي العريضي عقبه من محمد بن علي بن جعفر بن عيسى النقيب له عقب منهم ببخارا.

هذا ما ذكره صاحب الكتاب على غير. هذا الترتيب.

قال ابن طباطبا: و أبو تراب علي بن عيسى بن محمد بن علي العريضي عقبه من الحسن بن أبي تراب و له أولاد لهم أعقاب بالشام و غيرها. سوری

و إسحاق بن عيسى النقيب بن محمد بن علي العريضي له أولاد لهم أعقاب و انتشار منهم ! أبو الحسين عيسى بن إسحاق له أولاد فيهم عدد و لهم أعقاب، و طاهر بن إسحاق له عقب و محمد بن إسحاق له عقب، و أحمد بن

اسحاق له عقب.

و القاسم الأكبر بن عيسى النقيب له عقب في صح.

و سليمان أبو محمد بن عيسى النقيب له ولد بالري.

و إسماعيل بن عيسى النقيب له إبن بالري.

________

(۱) في الفخري: الأصل: وإخوة. كما يعبر المصنف بذلك كثيراً.

"Dan 'Isa yang dikenal dengan sebutan Ar-Rumi bin Muhammad bin 'Isa -Naqib bin Muhammad bin 'Ali Al-'Uradhi memiliki beberapa anak, di antaranya adalah Abu Ja'far bin 'Isa Ar-Rumi yang bernama Muhammad, memiliki keturunan. Dan Al-Hasan bin 'Isa Ar-Rumi memiliki anak-anak yang memiliki keturunan. Dan Ahmad bin 'Isa Ar-Rumi juga memiliki anak-anak dan keturunan. Dan Musa Muham bin 'Isa Ar-Rumi memiliki anak-anak. Dan Al-Husain bin 'Isa Ar-Rumi, anaknya adalah 'Isa bin Al-Husain yang dikenal dengan Abu Al-Asabi' memiliki seorang anak. Dan Abdullah bin 'Isa Ar-Rumi, yang dikenal dengan sebutan "Shilah," memiliki seorang anak di Rayy yang bernama Muslim. Dan dari Muslim bin Abdullah: Al-Hasan dan Ja'far adalah anak-anak Muslim.

Dan Zaid bin 'Isa An-Naqib bin Muhammad bin 'Ali Al-'Uraidhi, yang dikenal sebagai Al-Aswad, memiliki keturunan di Shah. 

Dan Yahya bin 'Isa An-Naqib bin Muhammad bin 'Ali Al-'Uraidhi, anaknya adalah Yahya bin Yahya yang memiliki keturunan di Madinah. Yahya bin Yahya tinggal di Daar Ash-Shadiq, dan 'Ali bin Yahya bin 'Isa An-Naqib.

Dan Al-Husain bin 'Isa An-Naqib bin Muhammad bin 'Ali Al-'Uraidhi memiliki keturunan di Rayy dan Qazwin. Dan Al-Hasan bin 'Isa bin Muhammad bin 'Ali Al-'Uraidhi memiliki keturunan di Shiraz dan Isfahan serta Qum. Dikatakan bahwa dari keturunannya ada seorang anak muda di Baghdad yang bernama Mahdi bin Al-Hasan bin 'Ali bin al-Hasan bin 'Isa An-Naqib.

Dan Ibrahim bin 'Isa Ar-Rumi di Rayy, putra Muhammad bin 'Ali Al-'Uraidhi, anaknya adalah Abu Al-Husain 'Isa bin Ibrahim, Naqib At-Thalibiyin di Madinah. Dikatakan bahwa ia memiliki keturunan di Hamadan dan wilayah lainnya yaitu Ibrahim. 

Dan Ahmad bin 'Isa An-Naqib bin Muhammad bin 'Ali Al-'Uraidhi dijuluki An-Nafath(1). 

__________

(1) Dia berdagang minyak bumi (An-Nafath)

Dari keturunannya, ada Abu Ja'far [Al-A'ma = yang buta] Muhammad bin 'Ali bin Muhammad bin Ahmad, yang pada akhir hidupnya menjadi buta dan pindah ke Basrah dan menetap di sana serta meninggal di sana. Dia memiliki anak-anak, dan saudaranya di gunung memiliki anak-anak. 

Dan Musa bin 'Isa An-Naqib bin Muhammad bin 'Ali Al-'Uradhi, beberapa keturunannya berada di Qazwin.

Dan Abu Muhammad Abdullah Al-Ahnaf bin 'Isa bin Muhammad bin 'Ali Al-'Uradhi memiliki keturunan di Syam.

Dan Ja'far bin 'Isa An-Naqib bin Muhammad bin 'Ali Al-'Uraidhi, keturunannya berasal dari Muhammad bin 'Ali bin Ja'far bin 'Isa An-Naqib, yang memiliki keturunan di antara mereka di Bukhara. 

Ini adalah apa yang disebutkan penulis kitab (Abu Al-Hasan Muhammad bin Abu Al-Ja'far Al-'Ubaidili) dengan urutan yang tidak sistematis.

Ibnu Thabathaba berkata: Dan Abu Turab 'Ali bin 'Isa bin Muhammad bin 'Ali Al-'Uraidhi, keturunannya berasal dari Al-Hasan bin Abu Turab, dan dia memiliki anak-anak yang memiliki keturunan di Syam dan di tempat lain.

Dan Ishaq bin 'Isa An-Naqib bin Muhammad bin 'Ali Al-'Uraidhi, dia memiliki anak-anak yang memiliki keturunan dan keturunannya tersebar. Di antara mereka adalah Abu Al-Husain 'Isa bin Ishaq yang memiliki anak-anak, di antaranya ada jumlah yang cukup banyak, dan mereka memiliki keturunan, dan Thahir bin Ishaq memiliki keturunan, dan Muhammad bin Ishaq memiliki keturunan, serta Ahmad bin Ishaq memiliki keturunan.

Dan Al-Qasim al-Akbar bin 'Isa An-Naqib memiliki keturunan di Shah.

Dan Sulaiman Abu Muhammad bin 'Isa An-Naqib memiliki seorang anak di Rayy.

Dan Ismail bin 'Isa al-Naqib memiliki seorang anak di Rayy. ((Tahdzibul Ansab wa Nihayatul Alqob karya Abu Al-Hasan Muhammad bin Abu Al-Ja'far Al-'Ubaidili hal.175-177). Wallahu a'lam bis-Shawab 🙏 

________

(1) Dalam Kitab Al-Fakhri: kata  لهم (bagi mereka) aslinya: dari kata إخوة (saudara-saudaranya). Seperti yang sering diungkapkan oleh penulis."

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Sabtu, 24 Agustus 2024

KISAH ISTIGHATSAH AHLI HADITS IBNU AL-MUQRI' DAN KISAH PERTOLONGAN SEORANG ALAWI

Kisah tiga orang hafizh (imam ahli hadits) terkemuka pada masanya yaitu Al-Hafizh Abu Al-Qasim Ath-Thabarani (260-360 H/874-971 M) pengarang Al-Mu’jam Al-Kabir, Al-Mu’jam Al-Ausath, Al-Mu’jam As-Shaghir dan lain-lain, Al-Hafizh Abu Asy-Syaikh Al-Ashbihani (274-369 H/897-979 M) pengarang Kitab Ats-Tsawab dan Al-Hafizh Abu Bakar bin Al-Muqri’ Al-Ashbihani (273-381 H/896-991 M) melakukan istighatsah dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Di dalam Kitab Tadzkirah Al-Huffazh karya Al-Imam Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Utsman Adz-Dzahabi (w. 748 H) yang kita kenal dengan Imam Adz-Dzahabi juz 3 hal. 121-122 menjelaskan sebuah kisah seorang wali Allah dan ahli hadits Abu Bakar bin Al-Muqri' (Ibnu Al-Muqri') sebagai berikut,

وروي عن أبي بكر بن أبي علي قال كان ابن المقرىء يقول : كنت أنا والطبراني وأبو الشيخ بالمدينة فضاق بنا الوقت فواصلنا ذلك اليوم فلما كان وقت العشاء حضرت القبر وقلت: يا رسول الله الجوع ؛ فقال لي : الطبراني اجلس فإما أن يكون الرزق أو الموت، فقمت أنا وأبو الشيخ فحضر الباب علوي ففتحنا له فإذا معه غلامان بقفتين فيهما شيء كثير وقال شكوتموني إلى النبي صلى الله عليه وآله وسلم رأيته في النوم فأمرني بحمل شيء إليكم. وقد أفرد الحافظ أبو موسى المديني ترجمة ابن المقرىء فقال : نا معمر بن الفاخر عمي سمعت أبا نصر بن أبي الحسن يقول سمعت ابن سلامة يقول قيل للصاحب بن عباد أنت رجل معتزلي وابن المقرىء محدث وأنت تحبه؟ قال لأنه كان صديق والدي وقيل : مودة الآباء قرابة الأبناء، ولأني كنت نائما فرأيت النبي صلى الله عليه وآله وسلم في النوم يقول لي : أنت نائم وولي من أولياء الله على بابك؟ فانتبهت فدعوت البواب وقلت : من بالباب؟ قال أبو بكر بن المقرىء .

Diriwayatkan dari Abu Bakar bin Abi Ali, ia berkata, "Ibnu Al-Muqri' biasa berkata: Aku, Ath-Thabrani, dan Abu Syaikh berada di Madinah, dan waktu itu kami mengalami kesulitan. Kami melewati hari itu tanpa makan. Ketika tiba waktu Isya', aku mendatangi makam (Nabi) dan berkata, 'Wahai Rasulullah, kami lapar.' Lalu Ath-Thabrani berkata kepadaku, 'Duduklah, entah rezeki akan datang atau kita akan meninggal.' Aku dan Abu Syaikh pun berdiri, lalu ada seorang Alawi (keturunan Ali) datang mengetuk pintu. Kami membukanya dan ternyata dia membawa dua pemuda dengan dua keranjang yang berisi banyak makanan. Ia berkata, 'Kalian mengadukan kondisimu kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa 'alihi wa sallam. Aku melihatnya dalam mimpi, dan dia memerintahkan aku untuk membawakan sesuatu kepada kalian.'"

Al-Hafiz Abu Musa Al-Madini menulis biografi Ibnu Al-Muqri'. Dia berkata, "Ma'mar bin Al-Fakhir berkata, 'Aku mendengar Abu Nasr bin Abi Al-Hasan berkata, 'Aku mendengar Ibnu Salamah berkata, 'Dikatakan kepada Sahib bin 'Abbad: 'Engkau adalah seorang Mu'tazili, dan Ibnu Al-Muqri' adalah ahli hadits, namun engkau mencintainya?' Ia menjawab, 'Karena dia adalah sahabat ayahku, dan ada yang mengatakan: 'Cinta orang tua adalah hubungan darah bagi anak-anak.' Selain itu, aku pernah tidur dan bermimpi melihat Nabi Shallallahu 'alaihi wa 'alihi wa sallam berkata kepadaku, 'Engkau tidur sementara salah satu wali Allah ada di depan pintumu?' Aku terbangun dan memanggil penjaga pintu dan bertanya, 'Siapa yang ada di pintu?' Dia menjawab, 'Abu Bakar bin Al-Muqri'." (Tadzkirah Al-Huffazh juz 3 hal. 121-122).

Kisah ini diriwayatkan oleh Al-Hafizh Ibn Al-Jauzi (508-597 H/1114-1201 M) dalam Al-Wafa bi-Ahwal Al-Mushthafa (hal. 818), Al-Hafizh Adz-Dzahabi dalam Tadzkirah Al-Huffazh (3/121-122), dalam Tarikh Al-Islam (hal. 2808) dan disebutkan oleh Syaikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani dalam Hujjatullah ‘ala Al-‘Alamin (hal. 805).

Dalam kisah di atas, jelas sekali al-Imam al-Hafizh Ibnu Al-Muqri’ Al-Ashbihani tersebut, dengan sepengetahuan kedua rekannya Al-Imam Al-Hafizh Ath-Thabarani dal Al-Imam Al-Hafizh Abu Asy-Syaikh, ber-istighatsah dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika kelaparan. Dan tidak satupun dari ulama yang menilai ketiga imam tersebut telah syirik, kafir dan murtad, sebagaimana dalam keyakinan kaum anti istighosah. Wallahu a'lam bis-Shawab 🙏

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Selasa, 20 Agustus 2024

MENGKROSCEK KITAB TSABAT AL-IMAM IBNU HAJAR AL-HAITAMI

Ada yang berargumentasi bahwa Imam Ibnu Hajar Al-Haitami mengisbatkan nasab Ba'alawi, benarkah demikian? Kita kroscek dulu.

Dalam kitab Tsabatnya Ibnu Hajar Al-Haitami menyebut sanad khirqoh sufiyah Syekh Abu Bakar bin Abdullah Al-Idrus (w. 914). Benarkah dengan ia menyebut sanad itu, Ibnu Hajar mengistbat nasab Ba'alawi?

Dalam kitab Tsabat itu, Ibnu Hajar menyebutkan sanad Abu Bakar bin Abdullah Al-Idrus. Tetapi Ibnu Hajar mengakui bahwa ia tidak pernah bertemu dengan Syekh Abu Bakar tersebut. Beliau mengatakan,

[سَنَدُ الإمام أبي بكر العَيْدَرُوس العَدَني في لبس الخرقة]

لي أيضاً في لبس الخرقة طريقة أخرى في غاية الفخامة، وذلك؛ لأنها عن القُطب الكبير والعلم الشهير السَّيدِ الشَّريف الحسيب النَّسِيب الإمام أبي بكر العيدروس(۱)، الذي قيل في ترجمته: «إنه شيخُ الجن والإنس والملائكة (٢). المدفون بعدن المحروسة، وقبره بها في غاية الجلالة، وعليه وعلى ما حوله من الأبنية النفيسة والقبة العجيبة والتابوتِ

الذي من خشب الصندل الصِّرْف الbغالي؛ ما عليه لوائح الجلال والمهابة ظاهرة، وما نسمع ثَمَّ من كراماته الباهرة، وكذا كانت في حياتِهِ رَضِيَ اللَّه عنه، وهو وإن لم أَلْقَهُ أيضاً لكنّي لَقِيتُ كثيراً من تلامذته (۳) ووَقَعَ بيني وبينهم ما يُجَوِّزُ لي الرواية عنه.

______________

(۱) هو الإمام أبو بكر بن عبد الله العيدروس بن أبي بكر بن عبد الرحمن السقاف باعلوي العَدَيّ (٨٥١-٩١٤ه‍) ، تربى بأبيه بتريم، وأَلْبَسَه الخرقة وأجازه وعمره أربعة عشر سنة، وله إجازات من علماء الآفاق كالحافظ السخاوي، أقام بعدن إلى أن مات، وقد عَدَّه جار الله بن فهد في: «معجمه» من شيوخه في الحديث. أفرد ترجمته الإمام محمد بَحْرَق . انظر : الغُرُر» (ص ٥٧٠) و «قلادة النحر» (٦: ٥٤٣-٥٤٤)

و النور السافر» (ص ٨١-٨٤) والمشرع الرَّوي» (۲): ۷۲-۸۳) و«الكواكب السائرة» (١: ١١٣-١١٤) تحت اسم (أبو بكر الشاذلي العيدروسي).

(۲) وصف المترجم بأنه شيخ للملائكة مبالغة غير مرضية.

(۳) منهم الإمام الوليُّ عبد الله بن شيخ بن الشيخ عبد الله العيدروس (٨٠٧-٩٤٤ هـ)، صَحِبَ عنه أبا بكر العيدروس. قال في «النور السافر» (ص۲۱۰): (وليس منه الخرقة جماعةٌ من أعيان مكة، وذَكَرَ الشيخُ ابن حجر الهيتمي في معجم مشايخه»: أنَّ له في لبس الخرقة جملة طرق يرجع بعضُها إلى العيدروس.

(Sanad Imam Abu Bakar Al-Idrus Al-‘Adani dalam Memakai Khirqah)

Saya juga memiliki cara lain dalam memakai khirqah yang sangat megah, karena berasal dari qutub besar dan ulama terkenal, sayyid yang mulia, keturunan yang terhormat, Imam Abu Bakar Al-Idrus(1), yang dalam biografinya dikatakan: "Dia adalah Syaikh dari jin, manusia, dan malaikat(2). Dimakamkan di Aden yang dilindungi, dan makamnya di sana sangat agung, dikelilingi oleh bangunan-bangunan berharga, kubah yang menakjubkan, dan peti dari kayu cendana murni yang mahal; semuanya memancarkan keagungan dan kewibawaan yang nyata, dan kita mendengar tentang keajaiban-keajaibannya yang luar biasa di sana, sebagaimana juga terjadi semasa hidupnya, semoga Allah meridainya. Meskipun saya tidak sempat bertemu dengannya, namun saya telah bertemu dengan banyak muridnya(3) dan ada kebolehan (kesepakatan) di antara saya dan mereka yang memberi saya izin untuk meriwayatkan darinya." (Tsabat Ibnu Hajar Al-Haitami hal. 195).

______________

(1) Dia adalah Imam Abu Bakar bin Abdullah Al-Idrus bin Abu Bakar bin Abdurrahman As-Saqaf Ba'alawi Al-‘Adani (851-914 H), yang dibesarkan oleh ayahnya di Tarim, dan diberi khirqah serta ijazah saat berusia empat belas tahun. Dia juga mendapatkan ijazah dari ulama-ulama dunia, seperti Al-Hafizh As-Sakhawi. Dia menetap di Aden sampai wafatnya. Jarallah bin Fahd menyebutnya dalam "Mu'jam"-nya sebagai salah satu syaikh dalam hadits. Imam Muhammad Bahraq telah menulis biografinya. Lihat: "Al-Ghurar" (hlm. 570), "Qiladat an-Nahr" (6: 543-544), "An-Nur as-Safir" (hlm. 81-84), "Al-Mashra’ ar-Rawi" (2: 72-83), dan "Al-Kawakib As-Sairah" (1: 113-114) di bawah nama (Abu Bakar Asy-Syadzili Al-Idrusi).

(2) Penggambaran bahwa dia adalah Syaikh malaikat adalah sebuah hiperbola yang tidak tepat.

(3) Di antara mereka adalah Imam wali Abdullah bin Syaikh bin. 

Perhatikan kalimat Ibnu Hajar Al-Haitami ketika ia menyebutkan sanad itu. ia hanya mengutip kalimat Abu Bakar Al-Idrus dengan kalimat: Qola Al-Qutub Abu Bakar Al-Idrus (telah berkata Abu Bakar Al-Idrus). Jadi yang terdapat dalam kitab Ibnu Hajar itu bukan kata-kata Ibnu Hajar Al-Haitami, tetapi kata-kata Abu Bakar Al-Idrus. Ibnu Hajar hanya mengutipnya saja. Kutipan Ibnu Hajar sebagai mana di bawah ini,

ولنختم بطريقة جليلة عالية المقدار؛ لأن مشايخها من أولهم إلى منتهاهم من آل البيت، كل عن أبيه، قال القطب أبو بكر العيدروس لَبِسْتُها من القطب عبد الله العيدروس، من أبيه أبي بكر: وهو أبيه عبد الرحمن السقاف ، وهو من أبيه محمد، من أبيه علي، من أبيه علوي من أبيه الفقيه محمد الذي يتشعب منه أنساب بني علوي ، من أبيه علي ، من أبيه محمد ، من أبيه علي: من أبيه علوي ، من أبيه محمد ، من أبيه علوي من أبيه عبد الله من أبيه أحمد من أبيه عيسى ، من أبيه محمد ، من أبيه علي ، من أبيه جعفر الصادق من أبيه الباقر، من أبيه علي زين العابدين من أبيه سيد الشهداء الحسين، من أبيه علي، من رسول الله ﷺ عدد معلوماته أبداً.

"Dan kita akhiri dengan cara yang mulia dan tinggi derajatnya; karena para syeikh dari awal hingga akhirnya adalah keturunan dari keluarga Nabi (Ahlul Bait). Setiap syeikh menerima dari ayahnya. Qutub Abu Bakar Al-Aydrus berkata, "Aku menerima (kebesaran) ini dari Qutub Abdullah Al-Aydrus, dari ayahnya Abu Bakar, dari ayahnya Abdurrahman As-Saqaf, dari ayahnya Muhammad, dari ayahnya Ali, dari ayahnya Alawi, dari ayahnya Al-Faqih Muhammad yang keturunannya bercabang menjadi Bani Alawi, dari ayahnya Ali, dari ayahnya Muhammad, dari ayahnya Ali, dari ayahnya Alawi, dari ayahnya Muhammad, dari ayahnya Alawi, dari ayahnya Abdullah, dari ayahnya Ahmad, dari ayahnya Isa, dari ayahnya Muhammad, dari ayahnya Ali, dari ayahnya Ja'far Ash-Shadiq, dari ayahnya Al-Baqir, dari ayahnya Ali Zainal Abidin, dari ayahnya Sayyid Asy-Syuhada' Al-Husain, dari ayahnya Ali, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebanyak jumlah pengetahuannya selamanya." (Tsabat Ibnu Hajar Al-Haitami hal.211-213).

Lalu jika kalimat tentang susunan sanad itu bukan ucapan Ibnu Hajar, tetapi ucapanan Abu Bakar al Idrus, dari mana Ibnu Hajar mendapatkannya? Ternyata Syekh Abu Bakar Al-Idrus, menulis sebuah kitab yang berjudul “Al-Juz’u Al-Lathif fi Tahkim Asy-Syarif” . kalimat itu terdapat dalam kitab tersebut.

Silahkan baca cetakan kitab Al-Juz’u Al-Lathif tersebut (halaman 493) yang dicetak dalam satu jilid bersama kitab Syekh Abu Bakar Al-Idrus lainnya, “Diwan Al-Adni”. Dua Kitab itu di cetak oleh Ahmad Muhammad Barokat melalui maktabah Daar As-Sanabil Damaskus dan Al-Hawi Beirut cetakan pertama tahun 1432 H/2011.

قلت : ألبسني شيخي ووالدي ، الشيخ الولي الكامل الفاضل ، قوت الكائنات ، عفيف الدين ، محيي النفوس والدروس ، عبد الله المكنى بالعيدروس بن أبي بكر رضي الله عنه ، كما ألبسه والده الشيخ الكبير أبو بكر, كما ألبسه والده الشيخ ، إمام الحقيقة والطريقة ، عبد الرحمن السكران السقاف ، كما ألبسه والده الشيخ الهمام محمد مولى الدويلة ، كما ألبسه والده الصالح الولي علي ، كما ألبسه والده الولي العارف ، ذو العلوم والمعارف ، الحبر العلامة علوي بن محمد ، كما ألبسه والده قطب الأقطاب ، الفرد الغوث . الجامع بين علمي الشريعة والطريقة ، المتحلّي بثمرات الحقيقة ، القدوة الرحلة في زمنه ، المشهور بالفقيه محمد بن علي، مقدم التربة بتريم حرسها الله تعالى وسائر بلاد الإسلام ، وهو جد آل باعلوي ، ومنه يتشعب نسبهم الشريف ، كما البسه والده علي بن محمد ، كما ألبسه والده صاحب مرباط محمد بن علي ، كم البسه والده خالع قسم علي بن علوي - وعلي بن علوي هذا الذي ذكره الجندي ةالخزرجي واليافعي وحسين الأهدل وجماعةٌ من المؤرخين أنه كان إذا صلَّى .. يكرر السلام على النبي صلى الله عليه وسلم حتى يسمع رد سلامِ جَده عليه أو كما قالوا ، انتهى - كما ألبسه والده علوي بن محمد ، كما ألبسه والده محمد بن علوي ، كما ألبسه والده علوي بن عبيد الله ، كما ألبسه والده عبيد ؟ أحمد ، كما ألبسه والده أحمد بن عيسى ، كما البسه والده عيسى بن محمد ، كما ألبسه والده محمد بن علي العريضي، كما ألبسه والده علي بن جعفر الصادق ، كما ألبسه والده جعفر الصادق ، كما ألبسه والده محمد الباقر ، كما البسه والده علي زين العابدين ، كما ألبسه والده الإمام أمير المؤمنين الحسين بن علي ، كما ألبسه والده الإمام أمير المؤمنين علي بن أبي طالب ، كما ألبسه الله بن رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، كما ألبسه ربُّ العالمين بواسطة الروح الأمين جبريل عليه السلام ، والحمد لله رب العالمين

Saya (Abu Bakar bin Abdullah Al-Idrus berkata, "Syeikh dan ayahku, sheikh wali yang sempurna, yang mulia, kekuatan makhluk, Afiifuddin, yang menghidupkan jiwa dan ilmu, Abdullah yang dijuluki Al-Aydrus bin Abu Bakar radhiyallahu 'anhu, telah memakaikan kepadaku sebagaimana beliau telah dipakaikan oleh ayahnya, sheikh besar Abu Bakar. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, imam hakikat dan tarekat, Abdurrahman As-Saqaf. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, sheikh yang gagah berani, Muhammad Maula Ad-Dawilah. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya yang saleh, wali Ali. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, wali yang arif, pemilik ilmu dan pengetahuan, cendekiawan besar Alawi bin Muhammad. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, kutub para kutub, individu yang menjadi ghawts, yang menggabungkan antara ilmu syariat dan tarekat, yang dihiasi dengan buah-buah hakikat, teladan yang menjadi rujukan pada masanya, yang dikenal sebagai Al-Faqih Muhammad bin Ali, pemimpin maqam di Tarim, semoga Allah melindunginya dan seluruh negeri Islam. Beliau adalah nenek moyang keluarga Ba'alawi, dari beliaulah nasab mereka yang mulia bercabang. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, Ali bin Muhammad. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, pemilik Mirbat, Muhammad bin Ali. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, Khali' Qasam, Ali bin Alawi. Ali bin Alawi inilah yang disebutkan oleh Al-Jundi, Al-Khazraji, Al-Yafi'i, dan Husain Al-Ahdal serta sekelompok sejarawan bahwa beliau, ketika salat... mengulang-ulang salam kepada Nabi Muhammad Shallallâhu ‘alaihi wa sallam hingga beliau mendengar jawaban salam dari kakeknya, atau sebagaimana yang mereka katakan. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, Alawi bin Muhammad. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, Muhammad bin Alawi. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, Alawi bin Ubaidillah. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, Ubaid? Ahmad. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, Ahmad bin Isa. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, Isa bin Muhammad. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, Muhammad bin Ali Al-‘Ariḍī. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, Ali bin Ja'far As-Sadiq. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, Ja'far As-Sadiq. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, Muhammad Al-Baqir. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, Ali Zain Al-Abidin. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, imam Amirul Mu’minin Husain bin Ali. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh ayahnya, imam Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana beliau dipakaikan oleh Rabb semesta alam melalui perantara ruh yang terpercaya, Jibril 'alaihissalam. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam." (Al-Juz’u Al-Lathif fi Tahkim Asy-Syarif hal.493). Wallahu a'lam bis-Shawab 🙏🏻

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

MEMBANTU JANDA SYARIFAH DAN ANAK-ANAK YATIMNYA

Tersenyumlah ketika pertama kali membaca judul artikel saya ini dan pastinya merasa penasaran akan uraian dan penjelasannya. Baiklah artikel ini bertujuan untuk mangingatkan bahayanya menzholimi dan memakan harta anak yatim dan memotivasi agar kita semangat dalam membantu janda miskin dan anak-anak yatimnya.

Imam Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Utsman bin Qaimaz bin Abdullah Adz-Dzahabi Al-Fariqi, yang lebih dikenal sebagai Al-Imam Adz-Dzahabi (673 - 748) dalam kitab karyanya Kitab Al-Kabair bab dosa besar yang ke-13 : Memakan Harta Anak Yatim dan Menzaliminya hal.68-69 sebagai berikut,

و مما جاء في فضل الاحسان إلى الارملة واليتيم عن بعض العلويين ـ وكان نازلاً يبلغ من بلاد العجم وله زوجة علوية وله منها بنات وكانوا في سعة ونعمة ، فمات الزوج وأصاب المرأة وبناتها بعده الفقر والقلة ، فخرجت ببناتها إلى بلدة أخرى

خوف شماتة الأعداء ، واتفق خروجها في شدة البرد فلما دخلت ذلك البلد

أدخلت بناتها في بعض المساجد المهجورة ، ومضت تحتال لهم في القوت فمرت يجمعين : جمع على رجل مسلم وهو شيخ البلد ، وجمع على رجل مجوسي وهو ضامن البلد . فبدأت بالمسلم وشرحت حالها له ، وقالت : أنا امرأة علوية ومعي بنات ايتام ادخلتهم بعض المساجد المهجورة ، وأريد الليلة قوتهم . فقال لها : أقيمي عندي البينة انك علوية شريفة. فقالت : انا امرأة غريبة ما في البلد من يعرفني فاعرض عنها ، فضت من عنده منكسرة القلب فجاءت إلى ذلك الرجل المجوسي فشرحت له حالها، وأخبرته ان معها بنات ايتام وهي امرأة شريفة غريبة ، وقصت عليه ما جرى لها مع الشيخ المسلم فقام وارسل بعض نسائه ، وأتوا بها وبناتها الى داره فاطعمهن أطيب الطعام، والبسهن أفخر اللباس وباتوا عنده في نعمة و كرامة.

قال فلما انتصف الليل رأى ذلك الشيخ المسلم في منامه كأن القيامة قد قامت ، وقد عقد اللواء على رأس النبي ، وإذا القصر من الزمرد الأخضر شرفاته من اللؤلؤ والياقوت وفيه قباب اللؤلو والمرجان ، فقال : يا رسول الله لمن هذا القصر ؟ قال لرجل مسلم موحد . فقال : يا رسول الله أنا رجل مسلم موحد . فقال رسول الله : أقم عندي البينة انك مسلم موحد . قال : فبقي متحيراً فقال له : لما قصدتك المرأة العلوية قلت اقيمي عندي البينة انك علوية ، فكذا أنت أقم عندي البينة انك مسلم : فانتبه الرجل حزيناً على رده المرأة خائبة ، ثم جعل يطوف بالبلد ويسأل عنها حتى دل عليها انها عند المجوسي ، فأرسل اليه فأتاه فقال له : ازيد منك المرأة الشريفه العلوية وبناتها . فقال : ما الى هذا من سبيل وقد لحقني من بركاتهم ما لحقني . قال : خذ مني الف دينار وسلمهن إلي ، فقال : لا أفعل فقال : لا بد منهن . فقال : الذي تريده أنت أنا أحق به والقصر الذي رأيته في منامك خلق لي . أتدل على بالاسلام ؟ فوالله ما نمت البارحة أنا وأهل داري حتى أسلمنا كلنا على يد العلوية ، ورأيت مثل الذي رأيت في منامك ، وقال لي رسول الله ﷺ : العلوية وبناتها عندك ؟ قلت: نعم يا رسول الله . قال : القصر لك ولأهل دارك وأنت وأهل دارك من أهل الجنة خلقك الله مؤمنا في الأزل . قال فانصرف المسلم وبه من الحزن والكآبة ما لا يعلمه إلا الله . فانظر رحمك الله إلى بركة الاحسان إلى الأرملة والأيتام ما اعقب صاحبه من الكرامة في الدنيا !

"Dan di antara yang disebutkan tentang keutamaan berbuat baik kepada janda dan anak yatim adalah kisah tentang seorang dari kalangan Alawiyin (keturunan Ali) yang tinggal di negeri Ajam. Ia memiliki seorang istri yang juga berasal dari keluarga Alawiyin (Syarifah) dan beberapa anak perempuan. Mereka hidup dalam kelimpahan dan kenikmatan, namun kemudian sang suami meninggal dunia, dan setelah itu, istri dan anak-anak perempuannya mengalami kemiskinan dan kesulitan. Karena takut diejek oleh musuh-musuhnya, sang istri pergi bersama anak-anak perempuannya ke kota lain. Saat mereka tiba di kota tersebut, cuaca sangat dingin. Ia membawa anak-anaknya ke sebuah masjid yang sudah tidak digunakan, kemudian ia pergi mencari cara untuk mendapatkan makanan bagi mereka.

Ia pertama kali menemui seorang pria Muslim yang merupakan kepala desa, kemudian ia menjelaskan keadaannya dan berkata, 'Saya adalah seorang wanita Alawiyah dan saya memiliki anak-anak perempuan yatim yang telah saya masukkan ke sebuah masjid yang sudah tidak digunakan. Saya memerlukan makanan untuk malam ini.' Pria Muslim tersebut berkata, 'Buktikan bahwa engkau adalah seorang Alawiyah yang mulia.' Sang wanita menjawab, 'Saya adalah seorang asing, tidak ada yang mengenal saya di sini.' Namun, pria itu mengabaikannya dan wanita tersebut pergi dengan hati yang hancur.

Kemudian ia menemui seorang pria Majusi (penganut Zoroastrianisme) yang merupakan orang yang bertanggung jawab atas desa itu. Ia menjelaskan keadaannya dan memberitahukan bahwa ia memiliki anak-anak yatim dan bahwa ia adalah seorang wanita mulia yang berasal dari luar kota. Ia juga menceritakan apa yang terjadi padanya ketika ia bertemu dengan kepala desa Muslim. Pria Majusi itu segera mengirim salah satu istrinya untuk menjemput wanita tersebut dan anak-anaknya, membawa mereka ke rumahnya, memberi mereka makanan terbaik, serta pakaian yang mewah. Mereka pun bermalam di sana dengan nikmat dan kehormatan.

Pada tengah malam, kepala desa Muslim itu bermimpi seolah-olah kiamat telah tiba dan bendera kenabian dipegang oleh Rasulullah ﷺ. Ada sebuah istana dari zamrud hijau dengan balkon-balkon dari mutiara dan yakut, serta kubah-kubah dari mutiara dan karang. Ia bertanya, 'Wahai Rasulullah, untuk siapakah istana ini?' Rasulullah menjawab, 'Untuk seorang Muslim yang bertauhid.' Ia berkata, 'Wahai Rasulullah, saya adalah seorang Muslim yang bertauhid.' Rasulullah berkata, 'Buktikan bahwa engkau adalah seorang Muslim yang bertauhid.' Ia terdiam kebingungan. Rasulullah melanjutkan, 'Ketika wanita Alawiyah itu datang kepadamu, engkau meminta bukti bahwa ia adalah Alawiyah yang mulia, maka sekarang, buktikan bahwa engkau adalah seorang Muslim.'

Ketika terbangun, kepala desa itu merasa sangat sedih karena telah menolak wanita tersebut. Ia kemudian berkeliling kota mencari wanita itu hingga ia diberitahu bahwa wanita tersebut berada di rumah pria Majusi. Ia mengirim pesan kepada pria Majusi itu untuk datang menemuinya. Ia berkata, 'Serahkan wanita Alawiyah yang mulia beserta anak-anaknya kepadaku.' Pria Majusi itu menjawab, 'Tidak mungkin, karena aku telah mendapatkan berkah dari mereka.' Kepala desa itu menawarkan, 'Ambil seribu dinar dariku dan serahkan mereka kepadaku.' Pria Majusi itu menjawab, 'Aku tidak akan melakukannya.' Kepala desa itu bersikeras, 'Aku harus mendapatkan mereka.' Pria Majusi itu menjawab, 'Apa yang engkau inginkan, aku lebih berhak untuk memilikinya. Istana yang kau lihat dalam mimpimu sebenarnya telah diciptakan untukku. Apakah engkau ingin menunjukkan jalan Islam kepadaku? Demi Allah, semalam aku dan seluruh keluargaku masuk Islam karena wanita Alawiyah itu, dan aku juga melihat mimpi yang sama dengan yang engkau lihat. Rasulullah ﷺ berkata kepadaku, 'Apakah wanita Alawiyah itu bersamamu?' Aku menjawab, 'Ya, wahai Rasulullah.' Rasulullah berkata, 'Istana itu milikmu dan milik keluargamu, dan engkau serta keluargamu adalah penghuni surga. Allah menciptakanmu sebagai orang yang beriman sejak azali.'

Maka, kepala desa itu pergi dengan hati yang sangat sedih dan muram, yang hanya diketahui oleh Allah. Maka perhatikanlah, semoga Allah merahmatimu, bagaimana berkah berbuat baik kepada janda dan anak yatim membawa kehormatan bagi pelakunya di dunia!" (Kitab Al-Kabir Imam Adz-Dzahabi bab dosa besar yang ke-13 : "Memakan Harta Anak Yatim dan Menzaliminya" hal.68-69). Wallahu a'lam bis-Shawab 🙏🏻 

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

SEJARAH SEBUTAN IMAM, SYEIKH, HABIB DAN SAYYID

Dalam Kitab Sirah As-Salaf Min Bani 'Alawi Al-Husainiyin karya Muhammad bin Ahmad Asy-Syathiri cet. Daar Al-Hawi tanpa tahun disebutkan,

أَدوَارُ تاريخِ بَنِي عَلَوِيٌّ

إِنَّ السيرة العلوية الممتازة لها مَدٌ وجَزْرٌ يختلفُ باختلافِ الأدوار التي مرَّتْ عليها فأحدثَتْ فيها تطورات ، ولكنَّها - على كل حال - لا تزال محتفظة بجوهره الذي هوَ اتِّباعُ الكتاب والسُّنَّةِ في جميع نواحي الحياة ، والذي هو نتيجةً لخَلْقِ المُثْلِ العُليا في الحَيَاةِ الإسلاميةِ الرَّاقية

أمَّا أَدوار تاريخ السادة بني عَلَوِيٌّ : فهيَ في نظري أَربعةُ أدوار :

الدَّورُ الأَوَّلُ : مِنَ القَرْنِ الثَّالِثِ إِلَى الْقَرْنِ السَّابِعِ ؛

أعني : مِنْ عصرِ المهاجر إلى عصر ) الفقيه المقدَّم .

الدور الثاني : مِنَ القَرْنِ السَّابع إِلى مُنتَصفِ القَرْنِ

الحادي عَشَرَ ؛ أَعني : مِنْ عصرِ الفقيه إلى عصر الحداد (١)

(١) إِنَّمَا نَسَبْتُ العصر إليه ؛ لشهريه التي غَطَّتْ على غيرِهِ مِمَّنْ سبقه -

الدَّورُ الثَّالثُ : مِنَ القرن الحادي عَشَرَ إِلَى الرابعَ عَشَرَ.

الدَّورُ الرَّابِعُ : مِنْ أَوائلِ الْقَرْنِ الرَّابِعَ عَشَرَ إِلَى الْآنَ

وكلُّ هذا على سبيلِ التَّقريبِ وتبعاً لتلك الأدوار المتطورة لقب رجالُهُم في كلُّ دَرو باللقب المناسب لحياتهم فيه كما يلي :

اللَّقَبُ: الإمام,  الشَّيخُ,  الحبيب, السيد

الدَّورُ: الدَّورُ الأَوَّلُ, الدَّورُ الثاني, الدَّورُ الثَّالث, الدور الرابع

وسنذكر هذا في كل دورٍ ولَسْتُ أَعني حَصر هذه الألقاب فيهم ، كما هو معلوم ، ولكنَّها فيهم أبرز .

Periode Sejarah Bani Alawi

Sesungguhnya, sejarah Ahlul Bait Alawi yang unggul mengalami pasang surut yang bervariasi sesuai dengan periode-periode yang dilalui, yang menyebabkan adanya perkembangan. Namun, pada setiap masa, esensi utama dari sejarah tersebut tetap terjaga, yaitu mengikuti Al-Qur'an dan Sunnah dalam seluruh aspek kehidupan, yang merupakan hasil dari penciptaan contoh ideal dalam kehidupan Islam yang mulia.

Adapun periode-periode sejarah Bani Alawi, menurut pandangan saya (Muhammad bin Ahmad Asy-Syathiri), adalah sebagai berikut:

1. Periode Pertama: Dari abad ketiga hingga abad ketujuh, yaitu dari masa para muhajirin hingga masa "Al-Faqih Al-Muqaddam".

2. Periode Kedua: Dari abad ketujuh hingga pertengahan abad kesebelas, yaitu dari masa "Al-Faqih" hingga masa "Al-Haddad" (1).

(1) "Saya (Muhammad bin Ahmad Asy-Syathiri) menyebutkan masa tersebut karena ketenarannya yang mengungguli yang lainnya yang sebelumnya."

3. Periode Ketiga: Dari abad kesebelas hingga abad keempat belas.

4. Periode Keempat: Dari awal abad keempat belas hingga sekarang.

Semua ini hanya sebagai gambaran kasar. Berdasarkan periode-periode yang berkembang ini, para tokoh mereka dalam setiap periode mendapatkan gelar yang sesuai dengan kehidupan mereka pada masa itu, sebagai berikut:

- Periode Pertama: Gelar "Imam"

- Periode Kedua: Gelar "Syeikh"

- Periode Ketiga: Gelar "Habib"

- Periode Keempat: Gelar "Sayyid". 

Jadi sebutan habib (laqab habib) itu dimulai sejak abad ketujuh sampai abad empat belas hijriah. Wallahu a'lam bis-Shawab 🙏🏻

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin 

والله الموفق الى أقوم الطريق

Senin, 19 Agustus 2024

STANDARISASI SILSILAH NASAB SESEORANG

Kitab Rasail fi Ilmi Al-Ansab karya Sayyid Husain bin Haidar Al-Hasyimi hal. 195-200 menjelaskan,

قواعد وأحكام مجموعة من كتب الفقهاء

النَّسَبُ حق من حقوق الله ، فلا يتساهل الله ،مع ولا يستهان به .

الولد للفراش وللعاهر الحجر.

يثبت النسب بالنكاح مطلقاً ، مِنْ غَيْرِ عَودَةٍ ، وَلَا ينتفي تجرد النفي ، وإِنما يَنْتَفِي بِاللَّعَانِ ، فَإِنْ كَانَا مِمَّنْ لَا لِعَانَ

بينهما لَا يَنتَفِي نَسَبُ الْوَلَدِ.

وجوب التصدي للأدعياء وُجوبَ عَيْن . فقد أوجبت الشرعة التصدي لمن ادعى نسباً ليس له. ولا يُراعى لهذا الدَّعي حرمة ، إذ لا حرمة له ، حتى يكف عن كذبه هذا ، بل ولا يُرفق به ولا يُشفق عليه .

الأنساب تثبتُ بالعلامات الواضحات، وبالبينات الثابتات، ولا تثبت بالشبهات.

الأصل في الأنساب الحرية ، إلا ما خرج بدليل . 

النسب يكفي فيه الاستفاضة وهي الشهرة ، والعبرة فيها بالتسامع ، للضرورة ، وَلَوِ اعْتُبِرَتِ الْمُشَاهَدَةُ لَمَا عَرَفَ أحد أياهُ وَلَا أُمَّهُ وَلَا أَحَدًا مِنْ أَقَارِيهِ.

Peraturan dan ketentuan dari kumpulan kitab para fuqaha.

1. Nasab adalah hak dari hak-hak Allah, sehingga Allah tidak akan bersikap ringan terhadapnya, dan tidak boleh dianggap enteng. 

2. Hak anak adalah dari tempat tidur dan bagi pelaku zina adalah batu.

3. Nasab ditetapkan melalui pernikahan secara mutlak, tanpa adanya kembalinya, dan tidak bisa dihapus hanya dengan penyangkalan; hanya bisa dihapus dengan li'an. Jika mereka termasuk orang yang tidak bisa melakukan li'an, maka nasab anak tidak akan dihapus.

4. Kewajiban menghadapi klaim-klaim nasab adalah kewajiban yang harus dilaksanakan. Syariat mewajibkan untuk menghadapi siapa pun yang mengklaim nasab yang bukan haknya. Tidak perlu memperhatikan kehormatan klaim tersebut, karena tidak ada kehormatan bagi klaim itu hingga dia berhenti dari kebohongannya; bahkan tidak perlu diberikan keringanan atau belas kasihan kepadanya.

5. Nasab ditetapkan dengan tanda-tanda yang jelas dan bukti-bukti yang sah, dan tidak ditetapkan dengan keraguan.

6. Asal dalam nasab adalah kebebasan, kecuali ada bukti yang menyimpang. 

7. Nasab cukup dengan penyebaran berita, yaitu kepopuleran, dan acuan dalam hal ini adalah dengan apa yang didengar, karena kebutuhan. Seandainya hanya dianggap dengan penglihatan, maka tidak ada yang akan mengenalinya, ibunya, atau salah satu kerabatnya. (Rasail fi Ilmi Al-Ansab hal.195)

المعتبر في الاستفاضة ، أَنْ . يسمعه

كَثِيرٍ ، يَقَعُ الْعِلْمُ ، أَوِ الظَّنَّ الْقَوِيُّ ،  بخَبَرِهِمْ ، وَيُؤْمَن تَوَاطُوهم . وغير ذلك ضعيف ، غير معتبر فيها .

انتِسَابِ الشَّخْصِ وَنِسْبَةِ النَّاسِ ، أَلَّا يُعَارِضَهُمَا ما يورث تهمَةً وَريَةً .

لا ترجيح لليد الطارئة في الأنساب .

النسب لا يتجزء ، ولا يتصور فيه الاشتراك .

الحر، والعبد، والمسلم، والكافر ، والأسير ، جميعهم في دعوى النسب سواء، لا مزية لأحدهم على الآخر.

تُبُوتَ النَّسَبِ أَسْرَعُ مِنْ اسْتِفَائِهِ ، وَهَذَا يَثْبُتُ، بِالْإِمْكَانِ، وبِالإِقْرَارِ ، وَبِالسَّكُوتِ الْمُشْعِرِ بِهِ بِخِلافِ انْتِفَائِهِ ، فَإِنْ بادَرَ لِنَفْسِهِ انْتَفَى كَالأَوَّلِ وَالْمعتبر فِي ذَلِكَ نفيه .

تُبُوتَ النَّسَبِ أَقْوَى مِنْ حَقِّ الاسْتِلْحَاقِ ، وَالضَّعِيفُ لا يبْقَى بِطَرَيَانِ الْقَوِي .

الزِّنَا لا يتعلق به ثبوت النسب .

الْوَطْءَ بِشُبهةٍ يُثْبِتُ النَّسَبَ .

أطراف النسب ثلاثة ، أب ، وأم ، وولد .

النَّسَبَ مِنْ الْحَوَائِحِ الأَصْلِيَّةِ .

النسب أعزُّ الروابط في المجتمع الإنساني .

8. Yang dianggap dalam penyebaran berita adalah jika berita tersebut didengar oleh banyak orang, yang menyebabkan pengetahuan atau dugaan yang kuat tentang berita tersebut, dan dipercaya oleh banyak orang. Selain itu dianggap lemah dan tidak diterima.

9. Keterkaitan seseorang dan nasab orang-orang tidak boleh bertentangan dengan sesuatu yang menimbulkan kecurigaan dan keraguan.

10. Tidak ada kelebihan bagi tangan yang baru muncul dalam hal nasab.

11. Nasab tidak bisa terpecah dan tidak mungkin ada pembagian dalam nasab.

12. Orang merdeka, budak, Muslim, kafir, dan tawanan semuanya sama dalam klaim nasab; tidak ada kelebihan bagi salah satu dari mereka dibandingkan yang lain.

13. Penetapan nasab lebih cepat daripada verifikasinya, dan ini ditegakkan dengan kemungkinan, pengakuan, dan diam yang menunjukkan persetujuan terhadapnya, berbeda dengan penyangkalan. Jika seseorang segera menolak untuk dirinya sendiri, maka penolakannya dianggap/diakui.

14. Penetapan nasab lebih kuat daripada hak pengakuan nasab, dan klaim yang lemah tidak bertahan jika bertentangan dengan klaim yang kuat.

15. Zina tidak mempengaruhi penetapan nasab.

16. Hubungan yang tidak sah dapat menetapkan nasab.

17. Pihak-pihak dalam nasab ada tiga: ayah, ibu, dan anak.

18. Nasab adalah salah satu hak yang paling mendasar.

19. Nasab adalah ikatan yang paling mulia dalam masyarakat manusia. (Rasail fi Ilmi Al-Ansab hal.196)

ثبوت النسب من النسب يحتاط لإثباته لا لنفيه, دُون وَجْهِ .

النَّسَبَ يُحْتَاطُ فِي إِثْبَاتِهِ إِحْيَاءً لِلْوَلَدِ .

النسب مبنِي عَلَى الاحْتِيَاطِ.

النَّسَبَ يَغْلِبُ فِيهِ الإِثْبَات .

دعاوي النسب لا يشترط في سماعها ثبوت النكاح في وثيقة رسمية ، ولكنها تسمع كذلك لو ثبت النكاح في عرفي .

العام أو نفي الأعم يستلزم نفي الخاص أو الأخص، ونفي الخاص أوْ الْأَخَصّ لَا يَسْتَلْزِمُ نَفْي العام أو الْأُعَمِ. نفي رجل من نسب ، فإن هذا يستلزم نفي كل نسله ذاك النسب ، بخلاف نفي شخص من أسرة أو قبيلة، فإنّ هذا النفي لا يؤثر على ثبوت نسب الأسرة أو القبيلة.

النَّسَبُ لا يَكُونُ مَحَلَّا لِلْبَيعِ ، لأَنَّهُ لَيْسَ بِمَالٍ ، وَكَذَلِكَ لا يَكُونُ مَحَلَّا لِلْهِبَةِ وَالصَّدَقَةِ وَالْوَصِيَّةِ .

لا يحكم القاضي بِتَعْجِيزِ الْمُدَّعِي ، فَإِنْ حَكَم كان حكمه غَيْرَ مَاضٍ ، وَأَمَّا طَالِبُ نَفْيِ النَّسَبِ حكمه بتعجيزه في النسب .

20. Penetapan nasab harus dengan kehati-hatian dalam pembuktiannya, bukan untuk penolakannya, tanpa cara tertentu.

21. Nasab harus dibuktikan dengan hati-hati untuk kepentingan anak.

22. Nasab didasarkan pada kehati-hatian.

23. Dalam nasab, pembuktian lebih dominan.

24. Klaim nasab tidak memerlukan bukti pernikahan dalam dokumen resmi untuk didengar, namun juga dapat diterima jika pernikahan tersebut terbukti secara adat.

25. Penolakan suatu hal secara umum atau lebih luas mengakibatkan penolakan hal yang lebih spesifik atau lebih sempit, sementara penolakan hal yang lebih spesifik atau sempit tidak mengakibatkan penolakan hal yang lebih umum atau luas. Penolakan seorang pria dari suatu nasab mengakibatkan penolakan seluruh keturunannya dari nasab tersebut, berbeda dengan penolakan seseorang dari suatu keluarga atau suku, yang tidak mempengaruhi penetapan nasab keluarga atau suku tersebut.

26. Nasab tidak dapat diperjualbelikan karena ia bukan harta, dan demikian pula tidak dapat diberikan sebagai hadiah, sedekah, atau wasiat.

27. Hakim tidak memutuskan dengan cara menahan klaim, jika dia memutuskan, maka keputusannya tidak berlaku. Adapun permohonan untuk penolakan nasab, hakim dapat memutuskan dengan cara menahan dalam hal nasab. (Rasail fi Ilmi Al-Ansab hal.197)

الحكم عَلَى الْحَاضِرِ ، حُكْمُ عَلَى الْغَائِبِ ، فِي مَسَائِل مِنْهَا النسب

يصح التعجيز في كُل شَيْءٍ يُدْعَى فِيهِ إِلا خَمْسَةَ أَشْيَاءَ: الدِّمَاءَ ، وَالأحْبَاسَ ، وَالْعِتْقَ ، وَالطَّلَاقَ ، وَالنَّسَبَ . قالَ ابْنُ الْقَاسِمِ وَأَشْهَبُ وَابْنُ وَهْبٍ .

يعد حكم الْقَاضِي بِالنَّسَبِ دَلِيلاً مسْتَقِلًا ، لأَنَّ الْحُكْمَ قَدْ لا يذكرة فيه مستند الحكم .

اختلف الفقهاء في ثبوت النسب بدعوى الحسبة. فَذَهَبَ الْحَنَفِيَّةُ وَالْحَنَابِلَةُ وَالشَّافِعِيَّةُ فِي مُقَابِلَ الصَّحِيحِ إِلَى أَنَّ

الشهادة على النسب لا تقبل مِن غير دعوى ، وَذَهَبَ ابو حَنِيفَةَ إِلَى أَنَّهُ إِذَا كَانَ صَغِيرًا فَإِنَّهُ لا تُقْبَل مَا لَمْ الْقَاضِي خَصْمًا عَنِ الصَّغِيرِ لِيَدَّعِيَ النَّسَبَ لَهُ

بِطَرِيقِ النِّيَابَةِ شَرْعًا ، نَظَرا لِلصَّغِيرِ الْعَاجِزِ عَنْ إِحْيَاءِ حَقِ نفسه نُصِبَ نَاظِرا للمسلمين وكان ذلك شهادة على خصم. امَّا الشَّهَادَةُ عَلَى صبي صغير من وَأَنْكَرَ الرَّجُل، فإنها تقبل من دعوى وَذَهَبَ الشَّافِعِية في الصحيح إلَى أَنَّهُ أَنَّهُ تُقْبَل شَهَادَةُ الْحِسْبَةِ فِي حُقُوقِ اللَّهِ تَعَالَى

وَمِنْهَا النِّسَبُ لِأَنَّ فِي وَصْلِهِ حَقًّا لِلَّهِ تَعَالى

28. Hukuman terhadap orang yang hadir adalah sama dengan hukuman terhadap orang yang tidak hadir dalam masalah-masalah tertentu seperti nasab. 

29. Penetapan nasab dalam setiap perkara dapat diterima kecuali dalam lima hal: darah, harta wakaf, pembebasan budak, perceraian, dan nasab. Demikian pendapat Ibn Qasim, Asyhab dan Ibnu Wahab. 

30. Penetapan nasab oleh hakim dianggap sebagai bukti independen, karena keputusan tersebut mungkin tidak menyertakan dasar hukum. 

31. Para ulama berbeda pendapat mengenai validitas nasab yang diajukan melalui klaim nasab. Mazhab Hanafi, Hanbali, dan Syafi'i berpandangan bahwa kesaksian tentang nasab tidak diterima tanpa klaim. Sementara itu, Abu Hanifah berpendapat bahwa jika orang yang mengklaim nasab adalah anak kecil, klaim tersebut tidak diterima kecuali jika hakim mengajukan klaim atas nama anak tersebut secara hukum, mengingat anak kecil tidak mampu melindungi haknya sendiri dan perlu ada pengawas yang ditunjuk untuknya. Sedangkan kesaksian tentang anak kecil dari pihak yang menolak, dapat diterima dari klaim. Mazhab Syafi'i berpendapat bahwa kesaksian mengenai nasab dalam hak-hak Allah Ta'ala. diterima, karena menghubungkannya merupakan hak Allah Ta'ala. (Rasail fi Ilmi Al-Ansab hal.198)

في النَّسَبِ عِدَّةُ حُقُوقِ ، فَفِيهِ حَقٌّ لِلْوَلَدِ لأجل الحضانة ، والرضاع ، والنفقة ، والإرث ، وفيه حق للأم، لأنها تعيرُ بِوَلَدٍ لَا أَبَ لَهُ كَما أَنَّ فِيهِ حَقَّ الْأَبِ ، إِذ حق الأب صيانة نسبه ، وحفظ نسله ، وَكَذَلِكَ فِيهِ حقَّ الله تعالى ، وهو الحق العام، لتعلقه بحقوق وحرمات أوجب الله رعايتها لصلاح المجتمع واستقراره.

قال بعض العلماء : الشَّهَادَةَ عَلَى النَّسَبِ لَا تُقْبَلَ مِنْ غَيْرِ دعوى فلا يثبت النَّسَبِ بِدَعْوَى الْحِسْبَةِ ، لأَنَّ النَّسَبَ لآدمي ، وَحَقَّهُ لَا تَقْبَلَ فِيهِ شَهَادَةُ الْحِسْبَةِ . وقال بعضهم : تقبَل شَهَادَةُ الْحِسْبَةِ فِي حُقُوقِ اللَّهِ تَعَالَى وَمِنْهَا النَّسَبُ ، فالنسب من حقوق الله تعالى ، لأنَّ فِي وَصْلِهِ حقًّا لِلَّهِ تَعَالَى .

قال بعض الفقهاء : لا تَخلِيفَ فِي نسَبٍ . وَقَال آخرون : يسْتَحْلَفُ فِي النَّسَبِ .

النَّسَبَ أَمْرُ لَا مَدْخَل لِلرُّؤْيَةِ فِيهِ ، وَغَايَةُ الْمُمْكِن رُؤْيَةٌ الولادة على الفراش ، لكنَّ النَّسَبَ إلَى الأَجْدَادِ الْمتوفين والقبائل القديمة لا تتحقق فيه الرؤية.

السُّكُوتَ فِي النَّسَبِ كَالإقرار .

32. Pada nasab terdapat beberapa hak: ada hak bagi anak seperti hak atas perawatan, ASI, nafkah, dan warisan. Ada pula hak bagi ibu, karena anak yang tidak memiliki ayah menjadi tanggung jawabnya. Demikian pula, ada hak bagi ayah untuk menjaga nasab dan keturunannya. Selain itu, ada hak Allah Ta'ala, yang merupakan hak umum karena berkaitan dengan hak-hak dan larangan yang harus dijaga untuk kesejahteraan dan stabilitas masyarakat.

33. Beberapa ulama mengatakan bahwa kesaksian tentang nasab tidak diterima tanpa klaim, sehingga nasab tidak dapat dibuktikan hanya dengan klaim nasab. Karena nasab adalah hak pribadi, kesaksian tentang nasab tidak diterima. Namun, ada juga pendapat yang mengatakan bahwa kesaksian tentang nasab diterima dalam hak-hak Allah Ta'ala, karena nasab termasuk hak Allah Ta'ala.

34. Beberapa fuqaha mengatakan bahwa nasab tidak dapat diubah, sementara yang lain berpendapat bahwa nasab dapat dipastikan dengan sumpah. 

35. Nasab adalah sesuatu yang tidak dapat dilihat secara langsung, dan yang bisa dilakukan hanyalah memastikan kelahiran di tempat tidur. Namun, nasab terhadap nenek moyang yang sudah meninggal atau suku-suku kuno tidak dapat dipastikan dengan penglihatan.

36. Diam dalam masalah nasab dianggap seperti pengakuan. (Rasail fi Ilmi Al-Ansab hal.199)

الإنكار بعد الإقرار في النسب لا عبرة به ، فالإقرار لا يحتمل النفي .

النسب يثبت في جانب المرأة بالولادة .

النسب يثبت في جانب الرجل بالفراش ، أو الإقرار ، أو بالبينة .

دعوى النسب يغتفر فيها التناقض ، لأجل الخفاء الذي يكون في النسب ، بخلاف دعاوي الأموال .

37. Pengecualian setelah pengakuan dalam nasab tidak dianggap, karena pengakuan tidak dapat dipertentangkan. 

38. Nasab ditegakkan pada pihak wanita melalui kelahiran. 

39. Nasab pada pihak pria ditegakkan melalui tempat tidur (hubungan suami istri), pengakuan, atau dengan bukti. 

40. Klaim nasab dapat diterima meskipun ada kontradiksi, karena nasab seringkali tidak tampak jelas, berbeda dengan klaim mengenai harta. (Rasail fi Ilmi Al-Ansab hal.200). Wallahu a'lam bis-Shawab 

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Minggu, 18 Agustus 2024

MEWASPADAI CIRI-CIRI DAN METODE PEMALSU NASAB

Dalam menyikapi kontroversi nasab ba'alawi dan sebagai usaha mencari referensi guna menambah wawasan dan mencari titik kebenaran sejarah pencatatan nasab ba'alawi sebagai dzurriyah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam atau terputusnya nasab yang dicatat dalam kitab-kitab karya ulama salaf baik ulama internal ba'alawi maupun ulama eksternal sedikit memberi pencerahan baru bagi saya sebagai jawaban atas tanda tanya dalam hati mungkinkah ada pemalsuan nasab selama ini?

Terjawab sudah setelah saya menemukan sebuah kitab Rasail fi Ilmi Al-Ansab karya Sayyid Al-Husain bin Haidar Al-Hasyimi tanpa tahun dan nama percetakan dimana disana di jelaskan tentang ciri-ciri dan metode para pemalsu nasab di halaman 179-181 sebagai berikut,

جميع أساليب الوضع في الأنساب

أساليب الوضاعين واضحة ، ولا تخفى على علماء النسب ولا على غيرهم ، فمن أهمها :

1. أَنْ يَعَمَدَ الوَضَّاعُ لِكَتَابِ غيره فيدرج الكذب فيه إدراجاً ، وغالباً ما يكون زمان مؤلف الكتاب سابق على زمان الكذاب ، والإدراج في المشجر ربما يكون أيسر على الكذابين ، فيحتال الوضاع في تقليد الخط ، وتقليد لون المداد/الحبر.

2. التحريف في الكتاب المخطوط ، ولهم في ذلك طرق وأساليب لا يجهلها المحققون ، منها :

أ- أن يذيل أي يزيد على كتاب مبسوط أو على مشجر ، بدعوى التذييل زاعماً أنهم لم يكونوا في عصر صاحب الأصل ، أو بدعوى الاستدراك بالزيادة زاعماً أنه قد فات النسابة صاحب الأصل ، وأنهم كانوا في زمن صاحب الأصل ولكنه إما نسيهم ، أو غفل عنهم في زعمه الكاذب.

ب أن يَطْمِسَ عَلَماً ، أو يطمس على أكثر من علم ، في مبسوط أو على مشجر ، ليكيد لفرد أو لطائفة ، بدعوى التصويب والاستدراك بالإنقاص

*Semua Macam Metode Pemalsuan Dalam Silsilah Nasab*

"Metode para pemalsu sangat jelas dan tidak tersembunyi bagi para ahli silsilah maupun orang lain. Di antaranya yang paling penting adalah:

1. Seorang pemalsu sengaja menulis di buku orang lain dan menyisipkan kebohongan di dalamnya. Biasanya, waktu penulis buku tersebut lebih awal daripada waktu si pemalsu. Penyisipan dalam pohon silsilah mungkin lebih mudah bagi para pemalsu, sehingga pemalsu berusaha meniru tulisan tangan dan warna tinta/pena."

2. Pemalsuan dalam buku manuskrip, dan mereka memiliki cara dan metode yang tidak tidak diketahui oleh para peneliti, antara lain:

a. Menambah catatan pada buku yang luas atau pada pohon silsilah, dengan alasan sebagai tambahan, mengklaim bahwa mereka tidak berada pada zaman penulis asli, atau dengan alasan penambahan untuk melengkapi, mengklaim bahwa para ahli silsilah penulis asli telah melewatkan mereka, dan mereka berada pada zaman penulis asli tetapi penulis tersebut lupa atau tidak memperhatikan mereka menurut klaim palsunya.

b. Menghapus tanda atau menghapus lebih dari satu tanda dalam buku luas atau pada pohon silsilah, untuk menipu terhadap individu atau kelompok, dengan alasan koreksi dan tambahan melalui pengurangan. (Rasail fi Ilmi Al-Ansab hal.179)

ت- أن يزوّر في المصطلحات المرقومة أو أن يغير ألوانها ، حيث أن لأهل الفن ـ في بعض الأحيان ـ في ألوان المصطلحات دلائل .

3. أن يعمد الوضَّاعُ إلى وَرَقٍ عَتِيقٍ قديم فيُشَجِر عليه كَذِبَه ، أو يبسط عليه زُورَه ، ليوهم العوام أن قد تحصل على نسبهم كنزاً مخطوطاً بعد كد وجهد ، أو ليوهم المغفلين من النسابين بإرثه المخطوط ومكتبته العتيقة ، فينطلي على المغفل كذبه وزوره ، أو ليوهم قاضي مغفل باستحقاق (عمرو) للنسب المزبور ، أو باستحقاق (عمرو) من إرث (زيد) ، ليحكم له فيأكل من تركة ميت السحْتَ وأموال الأرامل والأيتام . وقد رأيت مشجرات لرجل ، يقطن في قطر عربي، ويزعم أنه من أهل الفن ، رأيته في مشجره هذا قد أشرك عدة أسر في سلسلة واحدة لجد قريب هو الخامس أو السادس في جسدها المرقوم ، مع اختلاف مشارب تلك الأسر ، وتباين أصولها ، وعدم اعترافها بثمة قرابة بين بعضها البعض ، على رغم قُربِ الجد ، واتفاق البلد ، وقد جعل لكل أسرة مشجرة مستقلة ، وأخرى يجمعها فيها ، قد كتب كل ذلك بخط يده على ورق كرر نسخه بآلة التصوير ليبدو نهاية الأمر وكأنه ورق بالي ، أو رق عتيق قديم على رغم أن الأسماء المدونة حديثة ومعاصر ، فالكذب مهلكة

c- Mengubah istilah yang tercantum atau mengubah warnanya, karena terkadang para ahli memiliki petunjuk dalam warna istilah tersebut.

3. Seorang pemalsu sengaja menggunakan kertas tua yang sudah usang untuk menyusun kebohongannya, atau menulis tipuan di atasnya, untuk menipu masyarakat umum dengan mengklaim bahwa mereka telah memperoleh silsilah mereka sebagai harta karun yang ditulis tangan setelah usaha dan kerja keras, atau untuk menipu para ahli silsilah yang kurang waspada dengan warisan tulisan tangan dan perpustakaan kuno, sehingga penipuan dan kebohongan tersebut terlihat nyata bagi orang yang tidak waspada, atau untuk menipu seorang hakim yang kurang cerdas dengan mengklaim bahwa (Amr) berhak atas silsilah yang disebutkan, atau berhak atas warisan (Zaid), sehingga hakim memutuskan dan Amr mendapatkan bagian dari harta peninggalan yang haram dan uang milik janda serta yatim. Saya pernah melihat pohon silsilah seorang pria yang tinggal di negara Arab, yang mengaku sebagai ahli, dan dalam pohon silsilahnya dia menggabungkan beberapa keluarga dalam satu garis keturunan untuk seorang kakek yang dekat, yaitu yang kelima atau keenam dalam urutan yang tercantum, meskipun keluarga-keluarga tersebut memiliki latar belakang yang berbeda dan tidak mengakui adanya hubungan darah di antara mereka, meskipun kakek tersebut dekat dan negara tempat tinggalnya sama. Dia membuat setiap keluarga memiliki pohon silsilah yang terpisah, dan juga menggabungkannya dalam satu pohon, dan semuanya ditulis dengan tangan di atas kertas yang dipotret ulang agar terlihat seperti kertas lama atau kulit tua, meskipun nama-nama yang tercantum adalah baru dan kontemporer. Kebohongan adalah bencana." (Rasail fi Ilmi Al-Ansab hal.180)

وكما يقولون : حبل الكذب قصير .

4. أن يُطبع كتاب معتمد في النسب ، ثم يُدْرَج معه كتاب غير معتمد أو مزور ، بدعوى جمع كتب النسب في مجلد واحد أو مجاميع كتب النسب ، وهذا التدليس يسمى (إدراج الكتب) ، وهذا أشبه برسم مشجر صحيح ، ثم يدرج بين الأغصان غصن مكذوب ، وهذا هو (الإدراج في المشجر).

5. أن يروج الوضاع لفكرة عثوره على كتاب عظيم ، يزعم للكتاب قدر عند أهل النسب ، وعنوانه يأخذ بالأبصار ، ثم يزعم أنه أن مفقود ، وأن فيه من الأنساب كذا وكذا ، وهذا الكتاب في حقيقته كحقيقة العنقاء ، أعنى لا واقع له . وهو بهذا يكرس لفكرة انتساب فلان إلى القبيلة الفلانية ، أو القبية الفلانية تنتسب لفلان .

6. أن يروّج تاجر النسب لفكرة غريبة ، حيث يزعم احتواء مكتبته على نوادر المخطوطات التي لا يملك مثلها أحد سواه,  وأنه إنما تمييز من بين الأقران ، وتفرد عنهم بالأعلمية بالأنساب ، إنما حصل بكنوزه تلك ، فهو يملك مالا يملك

غيره . وهو إنما قصد بهذا أن يستميل العوام والسفهاء

Seperti yang mereka katakan: "Tali kebohongan itu pendek."

4. Mencetak buku yang diakui mengenai silsilah, lalu menyertakan buku yang tidak diakui atau dipalsukan, dengan alasan mengumpulkan buku-buku silsilah dalam satu volume atau koleksi buku silsilah, dan penipuan ini disebut (penyisipan buku), ini mirip dengan menggambar pohon silsilah yang benar, kemudian menyisipkan cabang yang tidak benar di antara cabang-cabang yang asli, dan ini disebut (penyisipan dalam pohon silsilah).

5. Mempromosikan gagasan bahwa ia menemukan sebuah buku yang hebat, dengan klaim bahwa buku tersebut memiliki nilai tinggi di kalangan ahli silsilah, dan judulnya menarik perhatian, lalu mengklaim bahwa buku tersebut hilang dan berisi berbagai silsilah, padahal buku tersebut sebenarnya tidak ada, seperti halnya burung phoenix, yaitu tidak nyata. Dengan cara ini, ia mempromosikan gagasan bahwa seseorang terkait dengan suku tertentu, atau suku tertentu terkait dengan seseorang.

6. Mempromosikan gagasan aneh dengan mengklaim bahwa perpustakaannya berisi naskah-naskah langka yang tidak dimiliki orang lain, dan bahwa keistimewaannya di antara rekan-rekannya serta keahliannya dalam silsilah diperoleh dari kekayaan tersebut, sehingga dia memiliki apa yang tidak dimiliki orang lain. Ini bertujuan untuk menarik perhatian orang awam dan orang-orang bodoh." (Rasail fi Ilmi Al-Ansab hal.181). Wallahu a'lam bis-Shawab 🙏🏻

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

KAJIAN TENTANG NASAB ANAK-ANAK AHMAD BIN ISA AL-MUHAJIR YANG MEMBINGUNGKAN

Syahdan, saya menemukan sebuah video berisi voice note tertulis dari Habib Syaikhon bin Abdul Qodir Assegaf (Ketua Maktab Daimi) yang menjelaskan begitu ketatnya SOP (Standar Operasional Prosedur) pendaftaran di Maktab Daimi Robithoh Alawiyah untuk mendaftarkan silsilah nasab seseorang, dimana beliau sampaikan harus melalui beberapa prosedur diantaranya menyerahkan kelengkapan dokumen pemohon kemudian setelah lengkap harus merujuk pada 3 kitab nasab yang salah satunya adalah Syajarah Al-Ansab Syamsu Azh-Zhahirah karya As-Sayyid Asy-Syarif Abdurrahman bin Ahmad bin Husain Al-Masyhur sebagai kitab rujukan pertama. Bahkan Maktab Daimi kata beliau jika perlu akan melakukan tes DNA bila diperlukan sebagai penguat ketersambungan nasab seseorang dengan ayahnya dalam waktu terdekat bukan waktu yang jauh, tes DNA di Maktab Daimi bukanlah hal yang baru.

Sangat menarik apa yang beliau sampaikan sehingga saya tertarik mendownload kitab Syamsu Azh-Zhahirah dan mencari silsilah nasab anak-anak Ahmad bin Isa Al-Muhajir dan ternyata dalam kitab tersebut menuliskan anak-anak Ahmad bin Isa Al-Muhajir hanya dua orang yaitu:

1. Muhammad

2. Abdulloh yg disebut namanya Ubaidillah yg memiliki julukan bapaknya Alawi (Abu Alawi) 

Sebagai muhibbin yang agak kritis dan bentuk kehati-hatian biar tidak salah memahami silsilah nasab ini timbul kegamangan mana sebenarnya dalam masalah ini yang paling valid catatan sejarahnya. Karena silsilah nasab anak-anak Ahmad bin Isa Al-Mujajir yang saya ketemukan di 4 kitab itu berbeda-beda.

Catatan kitab yang saya ketemukan sebagai berikut :

A. Kitab Syajarah Al-Mubarakah karya Imam Fakhrur Ar-Rozi menyebutkan anak Ahmad bin Isa hanya 3 org yaitu: 

1. Muhammad Abu Ja'far yang tinggal di Rayy, 

2. Ali di Ramalah (Palestina), dan 

3. Husain di Naisabur (Iran).

B. Kitab Al-Burqoh Al-Musyiqoh karya Habib Ali bin Abu Bakar As-Sakran anak Ahmad bin Isa 4 org, yaitu:

1. Muhammad 

2. Ali

3. Husain, dan 

4. Abdullah atau Ubaidillah

C. Kitab Abna' Al-Imam Fu Mishr Wa Asy-Syam karya Abu Mu'ammar Yahya bin Muhammad bin Qasim Al-Husaini Al-Alawi Asy-Syahir Ibni Thabathaba (Ibnu Thabathaba w.478) Ahmad bin Isa memiliki 4 orang anak yaitu :

1. Muhammad bin Ahmad

2. Abdullah bin Ahmad

3. Ali bin Ahmad, dan

4. Husain bin Ahmad

D. Kitab Syamsu Azh-Zhahirah karya Sayyid Abdurrahman bin Ahmad bin Husain Al-Masyhur anak Ahmad bin Isa hanya 2 org, yaitu:

1. Muhammad 

2. Abdulloh yg disebut namanya Ubaidillah.

Oleh karenanya apa yang menjadi tanda tanya saya ini ada yang berkenan berkomentar atau menjawab melalui penjelasan baik artikel, video atau voice note dengan referensi yang jelas biar tidak menjadi fitnah saya ucapkan jazakumullah ahsanal jaza' wa syukron 🙏🏻

Referensi :

Kitab Asy-Syajarah Al-Mubarakah halaman 127,

وأما احمد الابح، عقبه من ثلاثة بنين : محمد ابو جعفر بالري، وعلي بالرملة، والحسين عقبه بنيسابور. واختلطت نسب ولد الحسين هذا بولد الحسين بن احمد الشعراني بن علي العريضي.

"Adapun Ahmad al-Abah memiliki keturunan dari tiga anak laki-laki: 

1. Muhammad Abu Ja'far di Rayy, 

2. Ali di Ramalah (Palestina), dan 

3. Husain di Naisabur (Iran). 

Kitab Al-Burqah Al-Musyiqah halaman hal. 151-152,

شيخنا الامام الشيخ علي بن علوى بن محمد بن علوي بن عبد الله بن احمد بن عيسى بن محمد بن علي بن جعفر الصادق بن محمد الباقر بن علي زين العابدين بن حسن بن علي بن ابي طالب كرم الله وجوههم ورضي عنهم

"Sheikh kami, Imam Sheikh Ali bin Alawi bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali bin Ja'far As-Sadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abu Thalib, semoga Allah memberkahi dan meridhai wajah-wajah mereka." (Al-Burqah Al-Musyiqah hal. 151)

وهكذا هو هنا عبيد المعروف عند اهل حضرموت والمسطر في كتبهم والمتداول في سلسلة نسبهم ونسبتهم انه عبيد بن احمد بن عيسى (البرقة المشيقة: 150)

“Dan demikianlah, ia disini (bernama) Ubaid yang dikenal penduduk Hadramaut, dan ditulis dalam kitab-kitab mereka dan berkesinambungan dalam silsilah nasab mereka. Dan penisbatan mereka adalah: Ubaid bin Ahmad bin Isa”. (Al-Burqah Al-Musyiqah: 150).

Kitab Abna' Al-Imam Fi Mishr Wa Asy-Syam halaman 167,

احمد بن عيسى الشهير بالمهاجر كان كثيرا جدا فى حضرموت وبعض بلاد المسلمين، له أربعة أولاد : محمد بن احمد، وعبد الله بن احمد، وعلي بن احمد وحسين بن احمد 

"Ahmad bin Isa yang terkenal dengan nama Al-Muhajir sangat banyak di Hadhramaut dan beberapa negara Muslim lainnya. Dia memiliki empat anak: Muhammad bin Ahmad, Abdullah bin Ahmad, Ali bin Ahmad, dan Husain bin Ahmad." (Abna' Al-Imam Fi Mishr Wa Asy-Syam hal.167)

Dan kemudian ada penjelasan di halaman 169 dalam tabel silsilah nasab terkait nama Abdullah bin Ahmad Al-Muhajir lebih dikenal dengan nama Ubaidillah sebagaimana disebutkan, 

عبد الله عرف بعبيد الله (بالتصغير) حيث كان يستحسن ذالك تواضعا وكنيته ابو علوي, وعلوي ابنه اكبر, وهو جد السادة العلوية الشافعية ويعرفون بأل علوي, بني علوي, باعلوي, بن علوي له عقب منتشر فى غالب البلدان

"Abdullah dikenal sebagai 'Ubaidillah' (dengan penulisan yang lebih kecil), karena dia menghendaki itu sebagai tanda kerendahan hati, dan julukannya adalah Abu Alawi. Alawi, putranya tertua, adalah leluhur dari para tuan Alawi dari Syafi'iyyah, yang dikenal sebagai keluarga Alawi, Bani Alawi, Baa' Alawi, dan keluarga Alawi yang memiliki keturunan yang tersebar di sebagian besar negara." (Abna' Al-Imam Fi Mishr Wa Asy-Syam hal.169)

Kitab Syamsu Azh-Zhohiroh halaman 51,

ذكر اولاد السيد الشهير احمد بن عيسى بن محمد بن علي العريضي بن جعفر الصادق رضي الله عنه 

له من الولد اثنان: محمد وعبد الله يسمى عبيد الله وكنيته ابو العلوي (١)

_____________

(١) لم بذكر هنا من اولاد السيد احمد بن عيسى سوى اثنين, المعرزف ان له اربعة هم: علي وحسين وعبد الله ومحمد

"Disebutkan anak-anak Sayyid Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja'far As-Sadiq radhiyallahu ‘anhu. Ia memiliki dua anak: Muhammad dan Abdullah yang dikenal sebagai Ubaidullah, dan julukannya adalah Abu Al-Alawi (1)

________________

(1) Disini hanya disebutkan dua anak dari Sayyid Ahmad bin Isa, padahal sebenarnya ia memiliki empat anak yaitu: Ali, Hussein, Abdullah, dan Muhammad. (Syamsu Azh-Zhahirah hal. 51). Wallahu a'lam bis-Shawab 🙏🏻

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Kamis, 15 Agustus 2024

EDISI KHUTBAH JUM'AT (Islam Menjunjung Tinggi Nilai Kemerdekaan Umat Manusia)

*Khutbah Pertama*

الْحَمْدُ لِلّٰهِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْاِحْسَانِ، وَمُضَاعِفِ الْحَسَنَاتِ لِذَوِي الْاِيْمَانِ.

أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ دَائِمُ الْمُلْكِ وَالسُّلْطَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ نَوْعِ الْاِنْسَانِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْاِحْسَانِ. أَمَّا بَعْدُ: 

فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ أَوَّلاً بِتَقْوَى اللهِ تَعَالىَ وَطَاعَتِهِ بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا

*Ma’asyiral Muslimin jamaah Jum'at rahimakumullah*

Di tahun dan bulan ini tepatnya hari Sabtu, 17 Agustus 2024 kita semua akan memperingati hari kemerdekaan RI yang Ke-79. Kemerdekaan disebutkan dalam bahasa Arab dengan kata Al-Hurriyah dan Istiqlal. Seperti halnya masjid Istiqlal yang bangunannya menjadi kebanggaaan umat Islam.

Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin, agama yang memberikan dan memyebarkan kasih sayang kepada seluruh alam, memberi rasa aman, nyaman, kebebasan dan kesejahteraan bukan hanya kepada manusia akan tetapi juga memberikan kebaikan dan kasih sayang kepada semua makhluk Allah Ta'ala.

Setiap aktivitas pasti di dalamnya mengandung tujuan. Begitu juga dengan syariah. Maqashid syariah bila diartikan secara bahasa adalah beberapa tujuan syariah. Tujuan utama dari maqashid asy-syariah adalah merealisasikan kemanfaatan untuk umat manusia (mashalih al-ibad) baik urusan dunia maupun urusan akhirat mereka. Dalam kata lain kemerdekaan bisa didapat apabila mempu menjaga 5 hal penting dalam maqasid aay-syariah.

Menurut Imam Asy-Syatibi maqashid asy-syariah memiliki 5 hal inti yaitu :

1) Hifdzu Ad-Diin (حـفـظ الـديـن) atau Menjaga Agama

2) Hifdzu An-Nafs ( حـفـظ النــفـس) atau Menjaga Jiwa

3) Hifdzu Aql ( حـفـظ العــقل ) atau Menjaga Akal

4) Hifdzu An Nasl ( حـفـظ النـسـل ) atau Menjaga Keturunan

5) Hifdzu Al Maal ( حـفـظ المــال ) atau Menjaga Harta

*Ma’asyiral Muslimin jamaah Jum'at rahimakumullah*

*Menjaga Agama*  

Syariah Islam menjaga kebebasan berkeyakinan dan beribadah, tidak ada pemaksaan kehendak dan tidak ada tekanan dalam beragama. Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah : 256,

لا اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِۗ قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.” (QS Al-Baqarah : 256)

*Menjaga Jiwa*   

Al-Qur’an juga menjelaskan agar umat manusia dapat memelihara jiwanya. 

مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ اَوْ فَسَادٍ فِى الْاَرْضِ فَكَاَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيْعًاۗ وَمَنْ اَحْيَاهَا فَكَاَنَّمَا اَحْيَا النَّاسَ جَمِيْعًا ۗ

”Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.“ (QS Al-Maidah ayat 32)

*Menjaga Akal*  

Akal adalah sesuatu yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Inilah salah satu yang menyebabkan manusia menjadi makhluk dengan penciptaan terbaik dibandingkan yang lainnya. Akal akan membantu manusia untuk menentukan mana yang baik dan buruk. 

اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لأيَاتٍ لأُولِى الألْبَابِۙ. الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمَوَاٰتِ وَالأرْضِۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هذَا بَاطِلاۚ سُبْحاٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka)." (QS. QS Ali-Imran ayat 190-191)

*Ma’asyiral Muslimin jamaah Jum'at rahimakumullah*

*Menjaga Keturunan*   

Salah satu poin penting dalam sebuah pernikahan adalah lahirnya generasi penerus yang diharapkan dapat berkontribusi lebih baik. Keturunan menjadi penting, salah satu yang mencelakai penjagaan keturunan adalah dengan melakukan zina. 

Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman secara tegas mengenai zina,

اَلزَّانِيَةُ وَالزَّانِيْ فَاجْلِدُوْا كُلَّ وَاحِدٍ مِّنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ ۖوَّلا تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ فِيْ دِيْنِ اللهِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الأٰخِرِۚ وَلْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا طَاۤفَةٌ مِّنَ الْمُؤْمِنِيْنَ

“Pezina perempuan dan pezina laki-laki, deralah masing-masing dari keduanya seratus kali, dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama (hukum) Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian; dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sebagian orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nur : 2)

*Menjaga Harta* 

Menjaga harta adalah dengan memastikan bahwa harta yang kita miliki tidak bersumber dari yang haram. Serta memastikan bahwa harta tersebut didapatkan dengan jalan yang diridhai Allah bukan dengan cara bathil sebagaimana firman Allah,  

وَلا تَأْكُلُوْا اَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوْا بِهَا اِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوْا فَرِيْقًا مِّنْ اَمْوَالِ النَّاسِ بِالإثْمِ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah ayat 188)

*Ma’asyiral Muslimin jamaah Jum'at rahimakumullah*

Dari semua paparan di atas, tampak bahwa Maqashid Asy-Syari'ah merupakan aspek penting dalam pengembangan hukum Islam. Ini sekaligus sebagai jawaban bahwa hukum Islam itu dapat dan bahkan sangat mungkin beradaptasi dengan perubahan-perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ  وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

*Khutbah Kedua*

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أٓلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ

أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللّٰهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. 

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ