Minggu, 20 Oktober 2019

KAJIAN TENTANG 6 TANDA TUKANG FITNAH YANG HARUS DIHINDARI


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

وَلَا تُطِعْ كُلَّ حَلَّافٍ مَهِينٍ هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ

“Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang ke sana kemari menghambur fitnah.” (QS al-Qalam : 10-11)

Ayat ini mengajak seseorang untuk senantiasa waspada terhadap tiap orang yang gemar mengumbar isu yang dapat memecah belah masyarakat, dengan cara menebar kebencian dan kabar yang sarat hasutan dan potensial meruntuhkan kerukunan.

Ada beragam karakter orang yang ada di sekeliling kita. Tak semua dari mereka baik, maka dari itu kita harus peka sekaligus selektif dalam berteman. Jangan sampai percaya kepada orang yang salah dan pada akhirnya justru bakal merugikan diri sendiri.

Perhatikanlah hadits berikut,

عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “مَثَلُ الجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ، كَحَامِلِ المِسْكِ وَنَافِخِ الكِيرِ، فَحَامِلُ المِسْكِ: إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الكِيرِ: إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً “

Dari Abu Musa ra dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan kawan yang baik dan kawan yang buruk seperti seorang penjual minyak wangi dan seorang peniup alat untuk menyalakan api (pandai besi). Adapun penjual minyak wangi, mungkin dia akan memberikan hadiah kepadamu, atau engkau membeli darinya, atau engkau  mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, mungkin dia akan membakar  pakaianmu, atau engkau mendapatkan bau yang buruk”.[HR. Bukhari dan Muslim]

Sungguh bersahabat dengan orang-orang yang shaleh/shalihah adalah nikmat yang sangat besar. Umar bin Khattab ra berkata,

ما أعطي العبد بعد الإسلام نعمة خيراً من أخ صالح فإذا وجد أحدكم وداً من أخيه فليتمسك به

“Tidaklah seseorang diberikan kenikmatan setelah Islam, yang lebih baik daripada kenikmatan memiliki saudara (seiman islam) yang shaleh. Apabila engkau dapati salah seorang sahabat yang shaleh maka pegang lah erat-erat.” [Quutul Qulub 2/17]

Salah satu karakter orang yang harus dihindari adalah si tukang fitnah. Sikapnya ini jelas akan sangat merugikan orang di sekelilingnya.
Seperti apa sih cirinya tukang fitnah itu?

*1. Dia suka mencari-cari kesalahan orang lain (Tajassusu)*

Mencari-cari kesalahan orang lain adalah hobinya. Siapapun orang yang sedang berhubungan dengannya dia tidak mempedulikannya. Yang penting dia bisa mencari kesalahan orang tersebut. Kelemahan orang lain ini berguna sebagai senjata yang bakal digunakannya suatu hari nanti. Intinya dia hanya berfokus pada kelemahan seseorang, bukan pada kelebihannya.

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain” (Al-Hujurat : 12)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِيَّا كُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ وَلاَ تَحَسَّسُوا وَلاَ تَجَسَّسُوا وَلاَ تَحَاسَدُوا وَلاَتَدَابَرُوا وَلاَتَبَاغَضُوا وَكُوْنُواعِبَادَاللَّهِ إحْوَانًا

“Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Bukhari 6064 dan Muslim 2563)

*2. Gemar membicarakan kejelekan orang lain di belakang (Ghibah)*

Selain mencari tahu kesalahan orang lain, orang yang hobi memfitnah ini juga gemar menggunjingkan keburukan orang lain di belakang. Dia tidak masalah untuk membicarakan kelemahan orang lain karena dia merasa itu bisa jadi kekuatannya.

Adapun yang dimaksud ghibah disebutkan dalam hadits berikut,

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ ». قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ « ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ ». قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِى أَخِى مَا أَقُولُ قَالَ « إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ

Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya, “Tahukah kamu, apa itu ghibah?” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ghibah adalah kamu membicarakan saudaramu mengenai sesuatu yang tidak ia sukai.” Seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah menurut engkau apabila orang yang saya bicarakan itu memang sesuai dengan yang saya ucapkan?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Apabila benar apa yang kamu bicarakan itu tentang dirinya, maka berarti kamu telah menggibahnya (menggunjingnya). Namun apabila yang kamu bicarakan itu tidak ada padanya, maka berarti kamu telah menfitnahnya (menuduh tanpa bukti).” (HR. Muslim no. 2589, Bab Diharamkannya Ghibah)

*3. Merasa gembira ketika melihat orang lain gagal (As-Samatah)*

Orang yang suka memfitnah itu sesungguhnya tidak suka melihat orang lain lebih sukses daripada dirinya. Dia lebih suka menjatuhkan orang lain dan melihat orang lain juga ikut gagal. Coba seleksi lagi, apakah ada temanmu yang punya sifat ini?

Allah Ta'ala berfirman,

وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا

“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, tanpa ada kesalahan yang mereka perbuat, maka sungguh mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (QS. Al-Ahzab : 56)

Rasulullah Shallallahu 'qlqihi wa sallam bersabda,

لا تظهر الشماتة لأخيك، فيعافيه الله ويبتليك.

“Janganlah kau tunjukkan kegembiraan atas masalah orang lain, (kalau demikian) maka Allah akan membebaskannya dan memberikan cobaan kepadamu.” (HR. Tirmidzi)

*4. Dia sudah terbiasa untuk melebih-lebihkan cerita supaya terdengar lebih menarik*

Melebih-lebihkan cerita sudah jadi kemampuannya. Dia tidak masalah untuk memoles cerita supaya terdengar lebih menarik dari kenyataannya. Hal ini sengaja dilakukannya supaya membuat orang lain juga tertarik mendengarkan dan ikut terpengaruh.

Dalam riwayat lain Abu Hurairah, Rasullulah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيراً أو ليصمت

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang terbaik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).

*5. Menghalalkan segala cara biasa dilakukannya demi memperoleh hal yang diinginkan*

Orang yang suka memfitnah orang lain itu menghalalkan segala cara demi bisa memperoleh hal yang diinginkannya. Maka dari itu, dia merasa gak keberatan meski harus memfitnah orang lain. Baginya, ini bukan merupakan tindak kejahatan yang harus dihindari.

Allâh Azza wa Jalla berfirman,

فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

"Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih." (QS. an-Nûr [24] : 63)

*6. Selalu menelan cerita mentah-mentah dan tidak mencari tahu fakta sesungguhnya*

Karena berfokus pada fitnah, biasanya orang ini tidak mencari tahu dan mencocokkan dengan fakta di lapangan. Dia gak peduli apakah yang dikatakannya ini benar-benar sesuai fakta atau hanya bohong belaka. Fokusnya hanya menyebarkan berita ini supaya banyak orang yang tahu.

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

“Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujuraat [49]: 6)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan tegas mengatakan,

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

“Cukuplah seseorang dikatakan sebagai pendusta apabila dia mengatakan semua yang didengar.” (HR. Muslim no.7)

Sudahkah menyeleksi teman terdekat kita? Apakah ada dari mereka yang masih punya sifat di atas? Waspadalah !!!

Demikian Asimun Ibnu Mas'ud menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar