Jumat, 08 Juni 2018
KAJIAN TENTANG BAHAYA RIYA' DI MEDIA SOSIAL
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِيْ مِنَ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ قَالَ قُلْنَا بَلَى فَقَالَ الشِّرْكُ الْخَفِيُّ أَنْ يَقُوْمَ الرَّجُلُ يُصَلِّيْ فَيُزَيِّنُ صَلاَتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ
“Maukah aku kabarkan kepada kalian sesuatu yang lebih tersembunyi di sisiku atas kalian daripada Masih ad Dajjal?” Dia berkata, ”Kami mau,” maka Rasulullah berkata, yaitu syirkul khafi; yaitu seseorang shalat, lalu menghiasi (memperindah) shalatnya, karena ada orang yang memperhatikan shalatnya”. [HR Ibnu Majah, no. 4204, dari hadits Abu Sa’id al Khudri. Hadits ini hasan-Shahih at Targhib wat Tarhib, no. 30]
Di zaman yang serba digital ini siapa sih yang tidak kenal media sosial seperti twitter, facebook, WhatsApp, path dan instagram. Mengingat media sosial sudah sangat akrab mengisi kehidupan masyarakat kita. Sehingga setiap orang mudah mengaksesnya hanya dengan menggunakan gawai (gadget) untuk memposting status, menguplod foto, video live, dan lain sebagainya.
Dan dalam amal itu harus mengikhlaskan niat untuk Allah Ta’ala berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat ; dan yang demikian itulah agama yang lurus” [QS. Al-Bayyinah : 5]
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman.
قُلْ إِنْ تُخْفُوا مَا فِي صُدُورِكُمْ أَوْ تُبْدُوهُ يَعْلَمْهُ اللَّهُ
“Katakanlah : ‘Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atas kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui” [QS. Ali-Imran : 29]
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga telah memperingatkan bahaya dari berbuat riya’, dalam firman-Nya.
لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ
“Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus amalmu” [QS. Az-Zumar : 65]
Namun mirisnya moment ibadah yang sifatnya privasi antara manusia dengan Tuhan pun juga tak luput menjadi bahan uploadan di media social. Contohnya saja ketika sedang sholat, membaca Al-Qur'an, berpuasa, umrah, berhaji, zakat, sedekah, hampir semuanya diposting di media sosial.
*"Maksudku kan baik memposting beginian ke media sosial agar bisa menginspirasi yang lain, apa salahnya?"*
*"Bukan maksud apa-apa, ini hanya untuk dokumen pribadi aja, kok."*
Itulah beberapa alasan yang biasa dilontarkan oleh mereka yang gemar membagikan momen ibadahnya ke media sosial. Oke guys kalau memang tujuannya demikian memang tak apa ya, tapi maksud sebenarnya yang terselip hati siapa yang tahu guys? Ingat setan itu pintar membuat tipu daya loh. Jangan sampai kita terkena sindrom pamer ibadah di media social ya. Daripada ibadah kita sia-sia yuk kita intip seperti apa sih ciri-ciri seseorang yang terjangkit sindrom pamer ibadah, berikut ini :
Selalu berkeinginan memposting setiap kegiatan ibadahnya ke media sosial
Keinginan untuk selalu membagikan momen ibadah ke media sosial adalah ciri utama pengidap sindrom pamer ibadah baik itu berupa foto, status maupun video live. Sehingga setiap melakukan ibadah atau amal kebaikan selalu dishare di media sosialnya.
*Berharap simpati dan pujian dari orang lain*
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ الرِّيَاءُ ، يَقُوْلُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِذَا جَزَى النَّاسَ بِأَعْمَالِهِمْ : اذْهَبُوْا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاؤُوْنَ فِيْ الدُّنْيَا ، فَانْظُرُوْا هَلْ تَجِدُوْنَ عِنْدَهُمْ جَزاَءً ؟!
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil, yaitu riya’. Allah akan mengatakan kepada mereka pada hari Kiamat tatkala memberikan balasan atas amal-amal manusia “Pergilah kepada orang-orang yang kalian berbuat riya’ kepada mereka di dunia. Apakah kalian akan mendapat balasan dari sisi mereka?” [HR Ahmad, V/428-429)
Siapa sih yang nggak suka dipuji dan mendapatkan simpati? Merasa senang ketika dipuji itu manusiawi kok, tapi dalam hal ibadah? Tak layak kita pamerkan di manapun termasuk di media sosial dengan harapan supaya kita banjir pujian dan simpati. Namun orang yang sudah mengidap sindrom pamer ibadah akan mengharapkan itu semua. Dan karena itulah seseorang yang terkena sindrom pamer ibadah terjangkit ketergantungan untuk memperlihatkan aktifitas ibadahnya ke media sosial. Agar selalu mendapat sanjungan dan pujian dari warganet. Baik berupa like maupun komentar.
*Memandang ibadah hanya untuk gaya-gayaan (eksis)*
Kewajiban manusia terhadap Tuhan yakni menjalankan ibadah. Tapi apa jadinya jika ibadah hanya untuk gaya-gayaan dan agar eksis di media sosial. Pergi ke tanah suci hampir di setiap tempat melakukan foto dan kemudian dishare ke wall media sosialnya dengan harapan orang lain melihat jikalau kita telah mampu berhaji, berumrah atau berharap mendapat sebutan sebagai orang alim, ahli ibadah, haji/hajah. Dan menjadikan kita tenar di media social.
*Ibadah yang dikerjakannya tidak ikhlas karena Allah*
Ibadah yang ikhlas tidak akan mengharap apapun dari sesama manusia, untuk supaya dilihat, dipuji dan mendapat sambutan sekecil apapun itu bahkan jika sampai berlebihan. Keikhlasan kita beribadah dapat diukur dari tidak adanya keinginan kita untuk memperlihatkan amal ibadah kepada orang lain. Dan cukup hanya Tuhan yang tahu rutinitas ibadah kita. Apabila masih suka memamerkan atau menunjukkan ibadah ke media social itu pertanda bahwa kita tidak ikhlas menjalankannya.
*Merasa bangga dengan postingan ibadahnya*
Pengidap sindrom pamer ibadah akan merasa bangga setelah memposting kegiatan ibadahnya di media social. Di situlah kepuasan mereka dapatkan. Apalagi jika mendapat banyak komentar positif yang menagung-agungkan namanya. Maka semakin besar ambisi mereka untuk melakukan pamer ibadahnya di media sosial.
Itulah ciri-ciri seseorang yang terjangkit sindrom pamer ibadah di media social. Bagaimana, apakah kita ini termasuk di dalamnya? Semoga saja tidak demikian. Aamiin
Demikianlah Asimun Ibnu Mas'ud menyampaikan semoga bermanfa'at. Aamiin
*والله الموفق الى أقوم الطريق*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar