Secara bahasa, Al-Khurafat berarti “cerita bohong”, “dongeng”, dan “takhayul” atau suatu hal yang tidak masuk akal. Secara terminologis, semua kepercayaan, keyakinan, atau kegiatan yang tidak memiliki dasar dan atau tidak bersumber dari ajaran agama tetapi diyakini sebagai yang berasal dan memiliki dasar dari agama disebut khurafat.
Dalam sebuah hadits dari 'Aisyah Radhiyallahu 'anha, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengenai makna khurafat terkait pertanyaan salah satu istri beliau terkait kisah khurafat, kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bertanya balik sekaligus menjelaskan,
اتدرون ما خرافة, إن خرافة كان رجلا من عذرة أسراته الجن فى الجاهلية, فمكث فيه دهرا طويلا, ثم ردوه الى الانس, فكان يحدث الناس بما رأى فيهم من الاعاجيب, فكان الناس حديث خرافة
"Apakah kalian tahu apa itu khurafat? khurafat adalah seorang laki-laki dari Udzrah yang ditawan oleh para jin di masa jahiliyyah, ia tinggal bersama mereka dalam jangka waktu sekian lama, kemudian para jin tersebut mengembalikannya kepada wujud manusia, lalu khurafat bercerita kepada orang-orang tentang hal-hal yang mengherankan yang ia lihat di alam jin, hingga akhirnya orang-orang berkata, cerita khurafat." (HR. Ahmad no.24085 Kutub At-Tis'ah)
Dr. Ghalib bin Ali 'Awaji mendefinisikan khurafat adalah,
الخرافة هي الاعتقاد بما لاينفع ولايضر ولايلتئم من المنطق الساليم والوقيع الصحيح
"Khurafat adalah keyakinan tentang sesuatu yang sebenarnya tidak bermanfaat dan tidak berbahaya, tidak sesuai dengan akal yang sehat dan realita yang ada." (Madzahib Al-Fikriyah Al-Mu'aahirah hal.1186)
Bukan rahasia umum bahwa akhir-akhir ini penyampaian dari kalangan habaib cerita khurafat beredar luas dan viral menjadi perbincangan di medsos maupun dunia nyata, dan setelah penulis telusuri ternyata kisah-kisah khurafat tersebut terdapat di kitab-kitab karya habaib. Menjadi catatan bahwa kisah khurafat yang dianggap sebagai karamah para wali ini berasal dari kalangan habaib yaman. Diantara kitab-kitab yang menjelaskan karamah wali yang mengandung kisah khurafat semisal Jami' Karamah Al-Auliya', Syarh Al-Ainiyah, Tadzkar An-Naas, As-Sanatir, An-Nahr Al-Maurud min Bahr Al-Fadhl wa Al-Karam wa Al-Jud dan lainnya.
Kali ini saya akan menyampaikan kisah khurafat terkait kotoran manusia yang berubah menjadi emas permata sebagaimana yang terdapat dalam kitab karya Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas Kitab Tadzkar An-Naas hal.48 sebagai berikut,
في آداب دخول الخلاء وما تعلق بها
وقال رضى الله عنه بلغنا أن السيد حاتم الأهدل كان حريصا على مجلس الاخوان في الله ويشق عليه فراقهم ، وكان له مملوك أمره أن يجلس بالباب ، فإذا أراد أحد من إخوانه قضاء الحاجة والخلاء نظر إلى ذلك العبد فينتقل الحدث إليه فيروح العبد إلى الخلاء وينوب عنه .
ووقع للحبيب هادون إبن هود بن على بن حسن العطاس ، أنه لما زار المدينة المشرفة بات ليلة بالحرم ، فتحركت عليه بطنه ؛ وذهب ليخرج فوجد الأبواب مقفلة ، فراح إلى ناحية في أخريات الحرم ، ووضع الخارج في ثوبه ، فلما كان الصباح ذهب إلى خارج المدينة ليرميه ، فإذا هو ذهب يتلألأ
Tentang adab-adab memasuki toilet dan hal-hal yang terkait dengannya.
Dan dia (syeikh) radhiyallahu 'anhu berkata, kami mendengar bahwa tuan Hatim Al-Ahdal sangat menginginkan suatu majelis persaudaraan di jalan Allah dan merasa berat berpisah dengan mereka. Ia memiliki seorang budak yang diperintahkan untuk duduk di pintu. Jika salah satu saudaranya ingin buang air atau ke toilet, ia melihat budak itu, maka peristiwa itu berpindah kepadanya, dan hamba itu pergi ke toilet dan mewakilinya untuk buang air (menggantikannya)."
Terdapat pula kisah dari Al-Habib Hadun bin Hud bin Ali bin Hasan Al-Attas, bahwa ketika ia mengunjungi Madinah Al-Musyarrafah (kota yang terhormat), ia bermalam di Masjid. Perutnya terasa tidak nyaman; ia pergi keluar dan mendapati pintu-pintu (masjid) tertutup. Ia pun pergi ke sudut belakang masjid dan mengeluarkan kotorannya ke dalam pakaiannya. Ketika pagi tiba, ia pergi keluar kota untuk membuang (kotoran)nya dan ternyata ia pergi dengan membawa emas yang berkilau. (Kitab Tadzkar An-Naas kitab karya Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas hal.48)
Syahdan, sungguh kisah di luar nalar sehat dan kisah diatas jelas khurafatnya, manalah mungkin seseorang bisa mewakili buang hajat orang lain, dan mana mungkin kotoran manusia yang najis berubah menjadi emas permata.
Singkatnya, jika sebuah kisah tidak merujuk pada dalil syar'i dan tidak masuk akal seperti ini haruskah dipercaya, dan layakkah kisah-kisah konyol khurafat kelas dewa harus disampaikan dan dipelajari kitabnya? Wallahu a'lam bis-Shawab
Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin
*والله الموفق الى أقوم الطريق*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar