Sabtu, 01 Juni 2024

RIBUT MASALAH NASAB ADALAH TANDA AKHIR ZAMAN


 ﻭﻋﻦ ﺳﻠﻤﺎﻥ، ﻋﻦ ﻧﺒﻲ اﻟﻠﻪ - ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻗﺎﻝ: " «ﺛﻼﺛﺔ ﻣﻦ اﻟﺠﺎﻫﻠﻴﺔ: اﻟﻔﺨﺮ ﻓﻲ اﻷﺣﺴﺎﺏ، ﻭاﻟﻄﻌﻦ ﻓﻲ اﻷﻧﺴﺎﺏ، ﻭاﻟﻨﻴﺎﺣﺔ» ". ﺭﻭاﻩ اﻟﻄﺒﺮاﻧﻲ ﻓﻲ اﻟﻜﺒﻴﺮ


"Ada tiga dari bagian Jahiliyah, membanggakan keturunan, mencela nasab dan meratapi kematian" (HR Thabrani dari Salman)

ﻭﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ، ﻋﻦ اﻟﻨﺒﻲ - ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻗﺎﻝ: " «ﺃﺭﺑﻊ ﻓﻲ ﺃﻣﺘﻲ ﻟﻴﺲ ﻫﻢ ﺑﺘﺎﺭﻛﻴﻬﺎ: اﻟﻔﺨﺮ ﻓﻲ اﻷﺣﺴﺎﺏ، ﻭاﻟﻄﻌﻦ ﻓﻲ اﻷﻧﺴﺎﺏ، ﻭاﻟﻨﻴﺎﺣﺔ» " ﻗﻠﺖ: ﻫﻮ ﻓﻲ اﻟﺼﺤﻴﺢ ﺑﺎﺧﺘﺼﺎﺭ. ﺭﻭاﻩ اﻟﺒﺰاﺭ، ﻭﺇﺳﻨﺎﺩﻩ ﺣﺴﻦ.

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: "Empat hal yang tidak akan ditinggalkan oleh umatku, bangga dengan keturunan, mencela nasab orang lain dan meratapi kematian" (HR Al Bazzar, sanadnya Hasan)

عَن أَبِي عَن أَبِي هُرَيْرَةَ عَن النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيَنْتَهِيَنَّ أَقْوَامٌ يَفْتَخِرُونَ بِآبَائِهِمْ الَّذِينَ مَاتُوا إِنَّمَا هُمْ فَحْمُ جَهَنَّمَ أَوْ لَيَكُونُنَّ أَهْوَنَ عَلَى اللَّهِ مِنْ الْجُعَلِ الَّذِي يُدَهْدِهُ الْخِرَاءَ بِأَنْفِهِ إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَذْهَبَ عَنْكُمْ عُبِّيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ وَفَخْرَهَا بِالْآبَاءِ إِنَّمَا هُوَ مُؤْمِنٌ تَقِيٌّ وَفَاجِرٌ شَقِيٌّ النَّاسُ كُلُّهُمْ بَنُو آدَمَ وَآدَمُ خُلِقَ مِنْ تُرَابٍ

“Dari sahabat Abu Hurairah ra, dari Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, *‘Sungguh akan sampai zamannya nanti kelompok orang yang membanggakan orang tua mereka yang telah wafat. Mereka itu arang neraka Jahannam, dan sungguh mereka lebih rendah di sisi Allah daripada kumbang yang menggulirkan kotoran dengan hidungnya.* Sungguh Allah telah menghilangkan kesombongan dan kebanggaan Jahiliyah terhadap nenek moyang. Sungguh seseorang beriman dan bertakwa, berdosa dan celaka. Manusia itu (berkedudukan sama) seluruhnya anak Adam. Adam diciptakan dari tanah,’” (HR At-Tirmidzi).

واحذر وإياك من قول الجهول أنا وأنت دوني في فضل وفي نسب فقد تأخر أقوام وما قصدوا نيل المكارم واستغنوا بكان أبي

“Waspadalah dan hati-hatilah terhadap perkataan orang bodoh, ‘’Aku (lebih mulia),’ sementara kamu lebih lebih rendah dari segi keutamaan dan dari segi nasab.’ Sekelompok orang itu tertinggal. Mereka tidak mengejar kemuliaan, tetapi mencukupkan diri dengan ‘Ayahku (kakekku) adalah …,’” (Alwi bin Ahmad As-Segaf, ‘Ilajul Amradhir Radiyyah bi Syarhil Washiyyatil Haddadiyyah pada hamisy Majmu‘ati Sab‘ati Kutub Mufidah, [Surabaya, Al-Hidayah: tanpa tahun], hal. 93).

فالتزكية للنفس مذمومة وإن كان صادقا ولو أن الإنسان كان أتقى الناس وأعلمهم وأعبدهم ثم تكبر عليهم وافتخر لأحبط الله تقواه وأبطل عبادته فكيف بالجاهل المخلط الذي يتكبر على الناس بتقوى غيره من آبائه وأجداده

“Menyucikan diri itu tercela meski benar. Andai ada seseorang paling bertakwa, paling rajin ibadah, lalu menjadi sombong dan membanggakan diri, niscaya Allah akan mengugurkan nilai ketakwaannya dan membatalkan ibadahnya. Lalu bagaimana dengan ucapan orang bodoh lagi berinteraksi yang menyombongkan ketakwaan orang lain, yaitu ayah dan kakeknya, di hadapan publik,’” (Alwi bin Ahmad As-Segaf, ‘Ilajul Amradhir Radiyyah bi Syarhil Washiyyatil Haddadiyyah pada hamisy Majmu‘ati Sab‘ati Kutub Mufidah, [Surabaya, Al-Hidayah: tanpa tahun], hal. 94). Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar