Selasa, 09 April 2024

KAJIAN TENTANG SIAPA SABILILLAH PENERIMA ZAKAT ITU?


Fi sabîlillâh (di jalan Allâh) adalah satu diantara delapan pihak atau golongan atau pos yang berhak menerima zakat mal kaum Muslimin, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala,

إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ ۖ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

"Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu´allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allâh dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allâh, dan Allâh Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS.At-Taubah : 60)

Hadits marfu' dari Abu Said al-Khudri  Radhiyallahu 'anhu,

لاَ تَحِلُّ الصَّدَقَةُ لِغَنِيٍّ إِلاَّ لِخَمْسَةٍ : لِغَازٍ فِي سَبِيْلِ اللهِ أَوْ لِعَامِلٍ عَلَيْهَا أَوْ لِغَارِمٍ أَوْ لِرَجُلٍ اِشْتَرَاهَا بِمَالِهِ أَوْ لِرَجُلٍ كَانَ لَهُ جَارٌ مِسْكِينٌ فَتَصَدَّقَ عَلىَ المِسْكِيْنِ فَأَهْدَاهَا المِسْكِيْنُ لِلْغَنِي

"Zakat itu tidak halal untuk orang kaya kecuali lima orang (kaya ini) : orang yang berperang di jalan Allâh atau amil zakat atau gharim atau orang yang membelinya dengan hartanya atau orang yang memiliki tetangga miskin, dia memberikan zakat kepada tetangga tersebut lalu tetangga yang miskin tersebut menghadiahkannya kepada orang kaya." (HR. Abu Daud no.1635, Al-Hakim no.1481 dan Ahmad)

*Fisabilillah menurut 4 Imam Madzhab*

1. Madzhab Hanafi

Menurut Abu Yusuf ulama kalangan hanafiyah, yang dimaksud fisabilillah adalah tentara miskin yang kehabisan bekal atau jamaah haji yang kehabisan bekal.

2. Madzhab Maliki

Ibnu Arabi menafsirkan fisabilillah dengan menukil kepada Imam Maliki, sabilillah memiliki banyak makna yakni berjuang di jalan Allah SWT. Sedangkan menurut Muhammad bin Abdul Hakam sabilillah yang mendapat zakat untuk keperluan perang.

3. Madzhab Syafi’i

Dari Imam Nawawi dan syarahnya oleh Ibnu Hajar Al Haitami, maksud dari fisabilillah adalah tentara perang sukarelawan yang tidak mendapat tunjangan dari pemerintah.

4. Madzhab Hambali

Sama halnya dengan madzhab Syafi’i, Imam Hambali berpendapat bahwa fisabilillah adalah tentara sukarelawan yang tidak mendapat tunjangan khusus dari pemerintah.

Dalam kitab Fiqhuz Zakat, Syeikh Yusuf Qardhawi berpandangan,

Sesungguhnya, jihad itu dapat dilakukan dengan pena dan perkataan, sebagaimana juga dapat dilakukan dengan pedang dan tombak. Jihad dapat berupa jihad pemikiran, pendidikan, sosial, ekonomi dan politik, sebagaimana juga dapat berupa militer. Semua jenis jihad ini tentunya memerlukan bantuan dan dana.

Yang penting, dalam jihad tersebut harus terpenuhi syarat utama: yaitu hendaklah dilakukan di jalan Allah. Artinya, hendaknya semua jenis jihad tersebut bertujuan untuk menegakkan Ajaran Islam dan meninggikan kalimat Allah di atas muka bumi ini.

Arti fi sabilillah tergolong luas, tidak hanya orang yang berperang di jalan Allah. Penjelasan ini termaktub dalam kitab Jawahir Al-Bukhari berikut,

والسابع سبيل الله تعالى وهو غاز ذكر متطوع بالجهاد فيعطى ولو غنيا إعانة له على الغزو اهل سبيل الله الغزاة المتطوعون بالجهاد وان كانوا اغنياء ويدخل في ذلك طلبة العلم الشرعي ورواد الحق وطلاب العدل ومقيموا الانصاف والوعظ والارشاد وناصر الدين الحنيف

"(Golongan) yang ketujuh adalah Sabilillah (di jalan Allah Ta'ala), yaitu seorang penyerbu (mujahid) laki-laki yang rela berjihad, ia diberi bantuan meskipun ia kaya, untuk membantunya dalam peperangan, sekalipun mereka kaya, termasuk para pembela ilmu Islam, pelopor kebenaran, pencari keadilan, penegak keadilan, dakwah, dan bimbingan, serta mereka yang mendukung agama yang benar." (Jawahir Al-Bukhari hal. 106 dan Iqna' li Asy-Syarbin hal. 621).

ﺗﻔﺴﻴﺮ ﺍﻟﻤﻨﻴﺮ ﺍﻟﺠﺰﺀ ﺍﻷﻭﻝ ﺹ:244

(ﻓﻰ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ) ﻭﻳﺠﻮﺯ ﻟﻠﻐﺎﺯﻯ ﺍﻥ ﻳﺄﺧﺬ ﻣﻦ ﻣﺎﻝ ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻏﻨﻴﺎ ﻛﻤﺎ ﻫﻮ ﻣﺬﻫﺐ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻴﺔ ﻭﻣﺎﻟﻚ ﻭﺍﺳحاﻖ ﻭﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﺣﻨﻴﻔﺔ ﻭﺻﺎﺣﺒﺎﻩ ﻻ ﻳﻌﻄﻰ ﺇﻻ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻣﺤﺘﺎﺟﺎ ﻭﻧﻘﻞ ﺍﻟﻘﻔﺎﻝ ﻋﻦ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻔﻘﻬﺎﺀ ﺃﻧﻬﻢ ﺍﺟﺎﺯﻭﺍ ﺻﺮﻑ ﺍﻟﺼﺪﻗﺎﺕ ﺇﻟﻰ ﺟﻤﻴﻊ ﻭﺟﻮﻩ ﺍﻟﺨﻴﺮ ﻣﻦ ﺗﻜﻔﻴﻦ ﺍﻟﻤﻮﺗﻰ ﻭﺑﻨﺎﺀ ﺍﻟﺤﺼﻮﻥ ﻭﻋﻤﺎﺭﺓ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ، ﻻﻥ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻓﻰ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺎﻡ ﻓﻰ ﺍﻟﻜﻞ

Tafsir Al-Munir juz 1, hal.244

"Fisabilillah (di jalan Allah). Boleh bagi penyerbu (tentara) mengambil dari uang zakat, meskipun dia orang kaya, sebagaimana mazhab Syafi'i, dan Malik dan Ishaq Abu Hanifah dan sahabatnya hanya diberikan jika ada keperluan dan telah dialihkan bagiannya dari sebagian ahli hukum. Mereka membolehkan pendistribusian zakat untuk segala amal kebaikan, termasuk untuk membiayai orang-orang yang membutuhkan. Bahkan pembangunan benteng (pertahanan) dan pembangunan masjid, karena firman Allah Ta'ala "Sabilillah (di jalan Allah) bersifat umum (bagi semua orang)."

ﺍﻟﻔﻘﻪ ﺍﻹﺳﻼﻣﻰ ﺍﻟﺠﺰﺀ ﺍﻟﺜﺎﻧﻰ ﺹ : 876

ﺃﺗﻔﻖ ﺟﻤﺎﻫﻴﺮ ﻓﻘﻬﺎﺀ ﺍﻟﻤﺬﺍﻫﺐ ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﺻﺮﻑ ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ﺇﻟﻰ ﻏﻴﺮ ﻣﻦ ﺫﻛﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻣﻦ ﺑﻨﺎﺀ ﺍﻟﻤﺴﺎﺟﺪ ﻭﻧﺤﻮ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﺮﺏ ﺍﻟﺘﻰ ﻟﻢ ﻳﺬﻛﺮﻫﺎ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻣﻤﺎ ﻻ ﺗﻤﻠﻴﻚ ﻓﻴﻪ: ﻷﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ ﻗﺎﻝ (ﺇﻧﻤﺎ ﺍﻟﺼﺪﻗﺎﺕ ﻟﻠﻔﻘﺮﺀ) ﻭﻛﻠﻤﺔ ﺇﻧﻤﺎ ﻟﻠﺤﺼﺮ ﻭﺍﻹﺛﺒﺎﺕ. ﺛﺒﺖ ﺍﻟﻤﺬﻛﻮﺭ ﻭﺗﻨﻘﻀﻰ ﻣﺎ ﻋﺪﺍﻩ ﻓﻼ ﻳﺠﻮﺯ ﺻﺮﻑ ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ﺇﻟﻰ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻮﺟﻪ: ﻷﻧﻪ ﻟﻢ ﻳﻮﺟﺪ ﺍﻟﺘﻤﻠﻴﻚ ﺍﺻﻼ، ﻟﻜﻦ ﻓﺴﺮ ﺍﻟﻜﺴﺎﻧﻰ ﻓﻰ ﺍﻟﺒﺪﺍﺋﻊ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﺠﻤﻴﻊ ﺍﻟﻘﺮﺏ ﻓﻴﺪﺧﻞ ﻓﻴﻪ ﻛﻞ ﻣﻦ ﺳﻌﻰ ﻓﻰ ﻃﺎﻋﺔ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﺨﻴﺮﺍﺕ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻣﺤﺘﺎﺟﺎ ﻷﻥ ﻓﻰ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺎﻡ ﻓﻰ ﺍﻟﻤﻠﻚ ﺍﻯ ﻳﺸﻤﻞ ﻋﻤﺎﺭﺓ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﻭﻧﺤﻮﻫﺎ ﻣﻤﺎ ﺫﻛﺮ ﻭﻓﺴﺮ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﺤﻨﻴﻔﻴﺔ "ﻓﻰ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ" ﺑﻄﻠﺐ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻄﻠﺐ ﻋﻨﻴﺎ  

Al-Fiqhul Islami juz 2, hal.876

"Mayoritas ahli hukum madzhab sepakat bahwa tidak boleh membagikan zakat kepada selain untuk orang yang mengingat Allah Ta'ala, seperti (tidak boleh) untuk membangun masjid dan tempat-tempat suci lainnya yang tidak untuk berdzikir (mengingat) Allah Ta'ala yang tidak memiliki hak di dalamnya. Karena Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "(Sesungguhnya sedekah (zakat) hanya untuk fakir miskin)" dan kata “hanya” itu untuk penentuan dan penetapan. Hal tersebut sebagai ketetapan bahwa pembagian zakat bukan untuk selainnya, sehingga penyaluran zakat harus karena arah ini (fakir miskin). Karena pada mulanya tidak ada kepemilikan bagian, namun Imam  Al-Kasani dalam Al-Bada'i Ash-Shanai' (Fikih Madzab Hanafi) memaknai Sabilillah dengan segala sesuatu yang bisa mendekatkan kepada Allah Ta'ala, maka masuklah ke dalamnya semua orang yang berusaha mentaati Allah dan jalan amal shaleh. Jika dia membutuhkan, karena demi Allah itu adalah hal yang biasa di kalangan raja. Termasuk pembangunan masjid dan hal-hal lain yang disebutkan dan ditafsirkan oleh sebagian ulama Hanafi “Demi Allah” dengan mencari ilmu, meskipun pencarian itu bersifat egois."

شرح المختصر للخرشي الملكي ج ٢ درالكتب العلمية الطبعة ١٩٩٧

يجوز اعطاء الزكاة  للقارئ و العالم و المعلم و من فيه منفعة للمسلمين ولو كانوا اغنياء لعموم نفعهم ولبقاء الدين كما نص على جوازها ابن رشد واللخمي وقد عدهم الله سبحانه وتعالى في الاصناف الثمانية التي تعطى لهم الزكاة حيث قال (وفي سبيل الله) يعني المجاهد لإعلاء كلمة الله وانما ذلك لعموم نفعهم للمسلمين فيعطى المجاهد ولو كان غنيا كما ذكرناه فى عموم النفع، وفي هذا المعنى العالم والقارئ والمعلم والمؤذن هذا كله مالم يكن راتب في بيت المال.

Sharh Al-Mukhtasar karya Al-Kharshi Al-Maliki juz 2, Edisi Buku Ilmiah, 1997

"Boleh mengeluarkan zakat kepada Qari' (ahli membaca Al-Qur'an), ulama, penuntut ilmu, guru, dan siapa saja yang memberikan manfaat bagi kaum muslimin, sekalipun mereka itu kaya. Secara umum memberi manfaat demi tegaknya agama. Sebagaimana dalil nash Ibnu Rush dan Al-Lakhmi tentang kebolehannya. Allah telah menetapkan hitungan mereka penerima zakat dalam delapan ashnab (8 mustahiq zakat). Ketika difirmankan wa fi Sabilillah (dan di jalan Allah) yaitu mujahid (para pejuang) di jalan Alllah demi tegaknya kalimat Allah karena mereka itu secara umum memberi kemanfaatan bagi umat islam. Maka para pejuang di jalan Allah (mujahid) diberikan bagian zakat sebagaimana kami menyebutkannya meskipun mereka kaya, karena secara umum memberi manfaat. Dalam pengertian ini (berhak menerima zakat) adalah ulama, Qari' (ahli pembaca Al-Qur'an), guru, dan muadzin Itu semua selama tidak ada gaji dari Baitul mal (perbendaharaan harta).

مواهب الفضل من فتاوى بافضل. ص ٣٨-٣٩

ما قولكم في اخراج الزكاة نحو بناء المسجد و مدرسة و معهد ولنحو فرش  المسجد و غيرها من  مصالح العامة بدعوى انها داخلة في سبيل الله ؟ ويقال *ان القفل  من الشافعية نقل عن بعد الفقهاء لانهم اجازوا صرف الزكاة الى جميع الوجوه الخير من تكفين الموتى و بناء الحصون و عمارة المساجد لان ذالك   كله في سبيل الله*

Mawahib Al-Fadhl fi Fatawa Bifadhl. hal.38-39

Bagaimana pendapat anda mengenai zakat untuk pembangunan mesjid, sekolah, institut, untuk perabotan mesjid dan kepentingan umum lainnya dengan alasan bahwa hal-hal tersebut merupakan bagian dari jalan Allah? Dikatakan, sesungguhnya sebuah terobosan dari madzab Syafi'iyyah dari sebagian pendapat dari para fuqaha, mereka membolehkan penyaluran/penggunaan zakat untuk segala perbuatan yang baik, antara lain untuk mengkafani orang mati, membangun benteng, dan membangun masjid, karena semua itu fisabilillah (di jalan Allah).

فتاوى يسألونك :

و من جملة سبيل الله الصرف في العلماء الذين يقومون بمصالح  المسلمين الدينيه الدنية فإن لهم في مال الله نصيبا سواء اكانوا اغنياءاو فقراء  بل الصرف في هذه الجهة  من اهم الامور لان العلماء ورثة الانبياء حملةالدين  و ابيهم وبهم  بيضة الاسلام وشريعة سيد الانام.

Fatwa: Yas-alunaka:

"Dan di antara Sabilillah (di jalan Allah) itu adalah mentasarufkan (membagikan) kepada para ulama, mereka yang menegakkan kepentingan umat Islam dalam agama dan dunia, karena mereka mempunyai hak bagian dalam harta Allah, baik kmereka kaya ataupun miskin, bahkan membagikan zakat dari arah ini adalah perkara yang diharapkan karena ulama adalah pewaris para nabi, pembawa agama, dan ayah mereka, serta bersama mereka benih Islam dan syari'at (hukum) Pemimpin Manusia. 

Dengan demikian, maka setiap jihad yang dilakukan dengan tujuan agar agama Allah SWT ini menjadi mulia, dan ilmu ajarannya benar-benar difahami oleh pemeluknya, maka jihad tersebut adalah jihad fi sabilillah, apapun bentuknya, apa pun senjatanya. Wallahu a'lam

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat 🙏🏻

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar