Senin, 06 Desember 2021

KAJIAN TENTANG EMPAT (4) TINGKATAN DAN PERUMPAMAAN MEMBACA AL-QUR'AN

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, 

الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ. لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”. “Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Fathir: 29-30).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عَنْ أَبي أُمَامَةَ الْبَاهِلِىُّ رضى الله عنه قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ

“Dari Abu Umamah Al Bahili radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bacalah Al-Quran karena sesungguhnya dia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at kepada orang yang membacanya.” (HR. Muslim).

Secara bahasa, Al-Qur'an adalah bentuk masdar dari qara'a (قرأ) yang berarti bacaan yang menjadi sumber hukum yang sifatnya abadi dan kekal. Al-Qur'an juga bermakna Al-Jam'u atau kumpulan karena terdiri dari sekumpulan surah dan ayat, memuat kisah-kisah, ilmu syariat dan penyempurna dari kitab sebelumnya.

Sebelum mendalami Al-Qur'an, umat Islam perlu mengetahui tingkatan dalam membaca Al-Qur'an. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda bahwa orang yang membaca Al-Qur'an akan mendapat ganjaran 1 huruf sama dengan 10 kebaikan. Berikut 4 tingkatan membaca Al-Qur'an :

*1. Tahqiq (التحقيق)*

Ini adalah tingkatan bagi pemula yang baru belajar ilmu tajwid. Cara membacanya seperti tartil, namun at-Tahqiq lebih lambat dan tenang. Bacaan at-Tahqiq seperti mazhab Qiraat Hamzah dan Qiraat Warsh yang bukan dari Tariq Asbahani. At-Tahqiq merupakan tahapan awal sebelum masuk ke tingkatan berikutnya.

*2. Tartil (الترتيل)*

At-Tartil menurut arti kata adalah perlahan-lahan. Dalam Tafsir Ibnu Katsir, tartil berarti membaca sesuai hukum tajwid. Membaca dengan tartil akan membantu seseorang untuk memahami dan mentadabburi Al-Qur'an. Tartil juga diartikan membaca dengan memberikan hak-hak dan sifat-sifat. Membaca dengan tartil sanat dianjurkan sebagaimana firman Allah, 

وَرَتِّلِ ٱلْقُرْءَانَ تَرْتِيلًا

"Dan bacalah Al-Qur'an itu dengan tartil." (QS. Al-Muzzammil: 4).

*3. Tadwir (التدوير)*

Tadwir atau At-Tadwir adalah tingkatan pertengahan antara perlahan dan cepat. Bacaan dengan Tadwir ini sering kita dengar di dalam salat berjamaah. Bacaan Tadwir adalah membaca Mad Munfasil tidak lebih dari 6 harakat.

*4. Hadar (الحدر)*

Hadar atau Al-Hadar adalah bacaan cepat namun masih menjaga hukum-hukum tajwid. Al-Hadar merupakan tingkat bacaan paling cepat. Tingkatan ini sering dipakai oleh para penghafal Qur'an yang ketika mengulang hafalannya. Meskipun cepat, cara membacanya tetap mengindahkan hukum-hukum yang ada seperti apabila berdengung dia dengung, apabila wakaf dia berhenti. Bacaan Hadar adalah membaca Mad Munfasil dengan 2 harakat.

Menurut para ulama, bacaan yang paling afdhal adalah membaca dengan cara Tartil (perlahan-lahan) karena Al-Qur'an diturunkan secara tartil sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Muzammil ayat 4. Membaca dengan tartil juga memungkinkan seseorang mengeluarkan suara yang indah dan merdu, sehingga membuat bacaan lebih meresap di hati.

*Perumpamaan pembaca Al-Qur'an*

Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْمُؤْمِنُ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَعْمَلُ بِهِ كَالأُتْرُجَّةِ ، طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَرِيحُهَا طَيِّبٌ ، وَالْمُؤْمِنُ الَّذِى لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَعْمَلُ بِهِ كَالتَّمْرَةِ ، طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَلاَ رِيحَ لَهَا ، وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالرَّيْحَانَةِ ، رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ ، وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِى لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالْحَنْظَلَةِ ، طَعْمُهَا مُرٌّ – أَوْ خَبِيثٌ – وَرِيحُهَا مُرٌّ

“Perumpamaan orang mu’min yang membaca al-Quran ialah seperti buah Utrujjah (الأُتْرُجَّةِ), baunya enak dan rasanya pun enak. Dan perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca al-Qur'an ialah seperti buah kurma (التَّمْرَةِ), tidak ada baunya, tetapi rasanya manis. Adapun perumpamaan orang munafik yang membaca al-Quran ialah seperti tumbuhan harum raihanah (الرَّيْحَانَةِ), baunya enak sedang rasanya pula pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca al-Qur'an ialah seperti buah hanzhalah (الْحَنْظَلَةِ), tidak ada baunya dan rasanya pun pahit.” (HR. Bukhari, no. 5059)

Pembaca Al-Qur'an dalam hadits di atas terbagi menjadi 4 jenis. Yang pertama disebut Al-Utrujjah (jeruk lemon), yang kedua disebut At-Tamrah (kurma,), yang ketiga disebut Ar-Raihanah (bunga yang harum baunya tapi pahit rasanya) dan yang keempat disebut Al-Hanzhalah (buah mirip semangka tapi sebesar tomat). Setiap sebutan memiliki kualifikasinya masing-masing. Al-Utrujjah dan At-Tamrah menyangkut pribadi orang mukmin, sedangkan Ar-Raihanah dan Al-Hanzhalah menyangkut pribadi orang munafik.

Perumpamaan manusia terkait aktivitasnya dalam membaca Al-Qur'an ternyata masing-masing memiliki rasa dan aroma yang berbeda-beda. Namun bagaimana sebenarnya rupa dan rasa buah Utrujjah hingga dijadikan perumpamaan bagi orang mukmin yang membaca Al-Qur'an. Nama buahnya memang aneh. Pernahkah kita melihatnya atau bahkan mencicipinya?.

Buah Utrujjah merupakan buah yang sangat harum, warnanya juga sangat cantik sehingga menunjukkan bahwa buah tersebut bukanlah buah sembarangan, sewangi aromanya dan seindah warnanya, rasanya manis sekali, melengkapi keunggulan buah ini. dari jenis buah lainnya.

Buah yang ada di timur tengah ini umumnya dikenal dengan nama Utrujah (الأترجة). Meskipun buah ini memiliki nama yang berbeda di setiap negara. Utrujah adalah kata yang berasal dari dialek fush-ha (standar). Buah ini juga bisa disebut (متك) Mutk, atau di Syria disebut Kubbaad (كباد), sebaliknya di UAE disebut (شخاخ) Syikhookh. Di Mesir atau di Irak disebut Utrujah. Meskipun ada juga nama lain seperti Laymuun al Yahud (lemon Yahudi), atau juga Laymuun al 'Ajami (lemon non-Arab). Bahkan ada yang menyebut Laymuun al Firdausi (surga lemon).

Buah ini dipercaya berasal dari Asia Tenggara. Namun, buah ini banyak ditemukan di Maroko, seperti di Maroko. Buah ini juga disebutkan dalam Al-Qur'an. Dikatakan bahwa ketika Zulakha mengundang beberapa petinggi wanita Mesir untuk melihat Nabiyullah Yusuf 'alaihis salam. Zulaikha memberi mereka semua pisau dan Utrujah masing-masing. Setelah itu yang terjadi adalah seperti yang kita ketahui dalam kisah Nabi Yusuf yang diriwayatkan dalam Al-Qur'an.

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani pernah mengomentari mengapa Utrujjah dipilih untuk tamtsil (perumpamaan) di atas. Hikmah dari spesialisasi Utrujjah sebagai tamtsil karena kulit Utrujjah dapat digunakan sebagai obat. Dari bijinya juga bisa dihasilkan minyak yang memiliki beragam manfaat. Ada juga yang mengatakan bahwa jin tidak akan mendekati rumah yang di dalamnya terdapat Utrujjah. Maka sangat tepat jika Al-Qur'an dibandingkan dengannya yang tidak akan didekati oleh setan.

Kulit bijinya berwarna putih yang juga sejalan dengan hati seorang mukmin. Beberapa fitur lainnya adalah bentuknya yang besar, penampilan yang cantik, warna yang menyenangkan, dan lembut saat disentuh. Saat dimakan rasanya enak, aromanya harum, mudah dikunyah dan juga bisa membersihkan perut.

Syekh Al-Mubarakfuri juga mengomentari buah ini, mengapa Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam mengkhususkan pada buah ini? Karena buah ini adalah yang terbaik yang dapat ditemukan di semua bagian alam.

Beberapa kekhususan terbesar buah Utrujjah ini penampilan bagus, memiliki rasa yang enak, lembut jika kita menyentuhnya, dapat "menghipnotis" siapa saja yang melihatnya, warnanya sangat cerah, menyenangkan bagi siapa saja yang memandangnya, menambah nafsu makan ketika melihatnya, memiliki manfaat setelah mengkonsumsinya, maka keempat indera penglihatan, rasa, penciuman, sentuhan-memperoleh manfaat yang dimilikinya.

Salah satu Syekh bernama al Azhim Ubadi berkata, "Mengapa Utrujjah dipilih? Karena Utrujjah merupakan kumpulan rasa dan aroma yang thoyyib, warnanya bagus, dan memiliki banyak manfaat. Dan tujuan perumpamaan dengan menggunakannya adalah sebagai penjelasan tentang kondisi seorang mukmin dan ketinggian amalnya (dalam tilawatul Quran). Wallahu  a'lam

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar