Sabtu, 27 November 2021

KISAH PEMABUK YANG DICINTAI DAN SELALU MEMBUAT RASULULLAH TERTAWA

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memiliki sahabat yang baik hati, humoris, dan bahkan bisa membuatnya tertawa. Salah satu sahabat nabi yang jenaka dan bisa membuat nabi tertawa adalah Nu’aiman bin Amr bin Rafa’ah.

Di dalam beberapa kitab salaf memuat kisah masyhur sahabat Nu'aiman bin Amr bin Rifa'ah Al-Anshari diantaranya Kitab Al-Isti'ab Fi Ma'rifah Ash-Shahabah karya Ibnu Abdil Barr, Usdul Ghabah karya Ibnu Atsir, Al-Ishabah Fi Tamyiz Ash-Shahabah karya Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani dijelaskan,

قصة النعيمان بن عمرو الأنصاري رضي الله عنه قال الحافظ ابن حجر في الإصابة: “ﺍﻟﻨﻌﻴﻤﺎﻥ ﺑﻦ ﻋﻤﺮﻭ ﺑﻦ ﺭﻓﺎﻋﺔ ﺑﻦ ﺍﻟﺤﺎﺭﺙ ﺑﻦ ﺳﻮﺍﺩ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ ﺑﻦ ﻏﻨﻢ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ ﺑﻦ ﺍﻟﻨﺠﺎﺭ ﺍﻷ‌ﻧﺼﺎﺭﻱ. 

Kisah Al-Nu'aiman bin Amr Al-Ansari radhiyallahu 'anhu, Al-Hafiz Ibnu Hajar berkata dalam Al-Ishabah, “An-Nu'aiman bin Amr bin Rifa'ah bin Al-Harits bin Sawad bin Malik bin Ghannam bin Malik bin Al-Najjar Al-Anshari.

ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻭﺃﺑﻮ ﺣﺎﺗﻢ ﻭﻏﻴﺮﻫﻤﺎ ﻟﻪ ﺻﺤﺒﺔ ﻭﺫﻛﺮﻩ ﻣﻮﺳﻰ ﺑﻦ ﻋﻘﺒﺔ ﻋﻦ ﺑﻦ ﺷﻬﺎﺏ ﺍﻟﺰﻫﺮﻱ ﻭﺃﺑﻮ ﺍﻷ‌ﺳﻮﺩ ﻋﻦ ﻋﺮﻭﺓ ﻭﻏﻴﺮﻫﻤﺎ ﻓﻴﻤﻦ ﺷﻬﺪ ﺑﺪﺭﺍ 

Imam Al-Bukhari dan Imam Abu Hatim dan lain-lain mengatakan bahwa ia (Nu'aiman) memiliki sahabat, dan sebutannya Musa bin Uqbah kabar ini dari Ibnu Shihab Al-Zuhri dan Abu Al-Aswad dari Urwah dan lain-lain, sehubungan dengan mereka yang menyaksikan perang Badar, 

ﻭﺃﺧﺮﺝ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻓﻲ ﺗﺎﺭﻳﺨﻪ ﻣﻦ ﻃﺮﻳﻖ ﻭﻫﻴﺐ ﻋﻦ ﺃﻳﻮﺏ ﻋﻦ ﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﻣﻠﻴﻜﺔ ﻋﻦ ﻋﻘﺒﺔ ﺑﻦ ﺍﻟﺤﺎﺭﺙ ﺃﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﺃﺗﻰ ﺑﺎﻟﻨﻌﻴﻤﺎﻥ ﺃﻭ ﺑﻦ ﺍﻟﻨﻌﻴﻤﺎﻥ ﻛﺬﺍ ﺑﺎﻟﺸﻚ ﻭﺍﻟﺮﺍﺟﺢ ﺍﻟﻨﻌﻴﻤﺎﻥ ﺑﻼ‌ ﺷﻚ ﻭﻓﻲ ﻟﻔﻆ ﻷ‌ﺣﻤﺪ ﻭﻛﻨﺖ ﻓﻴﻤﻦ ﺿﺮﺑﻪ ﻭﻗﺎﻝ ﻓﻴﻪ ﺃﺗﻰ ﺑﺎﻟﻨﻌﻴﻤﺎﻥ ﻭﻟﻢ ﻳﺸﻚ ﻭﺭﻭﺍﻩ ﺑﺎﻟﺸﻚ ﺃﻳﻀﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺳﻌﺪ ﻣﻦ ﻃﺮﻳﻖ ﻣﻌﻤﺮ ﻋﻦ ﺯﻳﺪ ﺑﻦ ﺃﺳﻠﻢ ﻣﺮﺳﻼ‌ ﻭﻗﺎﻝ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺒﺮ ﺇﻥ ﺻﺎﺣﺐ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻘﺼﺔ ﻫﻮ ﺑﻦ ﺍﻟﻨﻌﻴﻤﺎﻥ ﻭﻓﻴﻪ ﻧﻈﺮ ﻭﻗﺪ ﺗﻘﺪﻡ ﻓﻲ ﺗﺮﺟﻤﺔ ﻣﺮﻭﺍﻥ ﺑﻦ ﻗﻴﺲ ﺍﻟﺴﻠﻤﻲ ﺃﻥ ﺻﺎﺣﺐ ﺍﻟﻘﺼﺔ ﺍﻟﻨﻌﻴﻤﺎﻥ

ﻭﻛﺬﺍ ﺫﻛﺮﻩ ﺍﻟﺰﺑﻴﺮ ﺑﻦ ﺑﻜﺎﺭ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﻔﻜﺎﻫﺔ ﻭﺍﻟﻤﺰﺍﺡ ﻣﻦ ﻃﺮﻳﻖ ﺃﺑﻲ ﻃﻮﺍﻟﺔ ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺑﻜﺮ ﺑﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﻤﺮﻭ ﺑﻦ ﺣﺰﻡ ﻋﻦ ﺃﺑﻴﻪ ﻗﺎﻝ ﻛﺎﻥ ﺑﺎﻟﻤﺪﻳﻨﺔ ﺭﺟﻞ ﻳﻘﺎﻝ ﻟﻪ ﺍﻟﻨﻌﻴﻤﺎﻥ ﻳﺼﻴﺐ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﺮﺍﺏ ﻓﺬﻛﺮ ﻧﺤﻮﻩ ﻭﺑﻪ ﺃﻥ ﺭﺟﻼ‌ ﻣﻦ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ ﻟﻠﻨﻌﻴﻤﺎﻥ ﻟﻌﻨﻚ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻘﺎﻝ ﻟﻪ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻻ‌ ﺗﻔﻌﻞ ﻓﺈﻧﻪ ﻳﺤﺐ ﺍﻟﻠﻪ ورسوله

Imam Al-Bukhari meriwayatkan dalam riwayatnya dari jalan Wahib atas otoritas Ayyub, dari Ibn Abi Malikah, dari Uqbah Ibn al-Harits, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam membawa An-Na'aiman atau Ibnu al-Nu'aiman juga dengan keraguan (nama), dan pendapat yang paling benar adalah An-Nu'aiman tidak diragukan lagi namanya. Muhammad bin Sa'ad dari jalan Muammar dari Zaid bin Aslam secara mursal, dan Ibnu Abdil Barr berkata bahwa pemilik cerita ini adalah Ibnu An-Nu'aiman, dan ada beberapa pertimbangan di dalamnya. Al-Zubair bin Bakar menyebutkannya dalam kitab Al-Fukahah wal Mizah dari jalur Abu Thawalah dari Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm dari ayahnya. dia, berkata, "Dahulu di Madinah, ada seorang lelaki pemabuk disebut namanya Nu'aiman. Dia seorang lelaki dari sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan ketika dikatakan kepada Nu'aiman, "Allah melaknatmu." Maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, "Jangan lakukan itu, karena dia mencintai Allah dan Rasul-Nya."

ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺰﺑﻴﺮ ﻭﻛﺎﻥ ﻻ‌ ﻳﺪﺧﻞ ﺍﻟﻤﺪﻳﻨﺔ ﻃﺮﻓﺔ ﺇﻻ‌ ﺍﺷﺘﺮﻯ ﻣﻨﻬﺎ ﺛﻢ ﺟﺎﺀ ﺑﻬﺎ ﺍﻟﻰ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻴﻘﻮﻝ ﻫﺎ ﺃﻫﺪﻳﺘﻪ ﻟﻚ ﻓﺈﺫﺍ ﺟﺎﺀ ﺻﺎﺣﺒﻬﺎ ﻳﻄﻠﺐ ﻧﻌﻴﻤﺎﻥ ﺑﺜﻤﻨﻬﺎ ﺃﺣﻀﺮﻩ ﺍﻟﻰ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻭﻗﺎﻝ ﺃﻋﻂ ﻫﺬﺍ ﺛﻤﻦ ﻣﺘﺎﻋﻪ ﻓﻴﻘﻮﻝ ﺃﻭ ﻟﻢ ﺗﻬﺪﻩ ﻟﻲ ﻓﻴﻘﻮﻝ ﺍﻧﻪ ﻭﺍﻟﻠﻪ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻋﻨﺪﻱ ﺛﻤﻨﻪ ﻭﻟﻘﺪ ﺃﺣﺒﺒﺖ ﺃﻥ ﺗﺄﻛﻠﻪ ﻓﻴﻀﺤﻚ ﻭيأﻣﺮ ﻟﺼﺎﺣﺒﻪ ﺑﺜﻤﻨﻪ”.

Az-Zubair berkata, "Dan dia (Nu'aiman) tidak memasuki kota Madinah sama sekali kecuali membeli (oleh-oleh) darinya, lalu dia membawanya kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, dan dia berkata, “Ini hadiah, aku memberikannya kepadamu ya Rasul." Dan ketika pemilik (penjual)nya datang untuk meminta uang pembayaran sesuai harganya, dia membawanya menghadap  Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata, "Bayarlah harga barang itu (ya Rasul)?" Nabi berkata, "Bukankan engkau hadiahkan ini kepadaku?" Dia (Nu'aiman) menjawab, "Demi Allah, saya tidak memiliki uang untuk membayarnya, sungguh saya suka memakannya," dan dia sambil tertawa dan meminta (Nabi) untuk membayarkan harga kepada pemiliknya.

وروى البخاري ﻋﻦ ﻋﻤﺮ ﺑﻦ ﺍﻟﺨﻄﺎﺏ ﺃﻥ ﺭﺟﻼ‌ ﻋﻠﻰ ﻋﻬﺪ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻛﺎﻥ ﺍﺳﻤﻪ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻛﺎﻥ ﻳﻠﻘﺐ ﺣﻤﺎﺭﺍ ﻭﻛﺎﻥ ﻳُﻀﺤﻚ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ، ﻭﻛﺎﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺪ ﺟﻠﺪﻩ ﻓﻲ ﺍﻟﺸﺮﺍﺏ ﻓﺄﺗﻲ ﺑﻪ ﻳﻮﻣﺎ ﻓﺄﻣﺮ ﺑﻪ ﻓﺠﻠﺪ ﻓﻘﺎﻝ ﺭﺟﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﻮﻡ: ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺍﻟﻌﻨﻪ ﻣﺎ ﺃﻛﺜﺮ ﻣﺎ ﻳﺆﺗﻰ ﺑﻪ، ﻓﻘﺎﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: “ﻻ‌ ﺗﻠﻌﻨﻮﻩ ﻓﻮﺍﻟﻠﻪ ﻣﺎ ﻋﻠﻤﺖ ﺇﻧﻪ ﻳﺤﺐ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ”. 

Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Umar bin Al-Khattab bahwa seorang pria pada masa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, bernama Abdullah, dan dia dijuluki himar (keledai), dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam biasa tertawa, dan adalah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menghukum jilid kepadanya karena mabuk.  Suatu hari dia (Nu'aiman) dihadapkan kepada Nabi untuk dihukum jilid, seorang lelaki berdo'a, "Ya Allah, laknatlah dia (Nu'aiman) atas perbuatan yang paling sering dilakukan (mabruk). Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Janganlah kamu mengutuk dia, karena demi Allah, apa yang aku ketahui bahwa dia sesungguhnya mencintai Allah dan Rasul-Nya." 

انتهى كلام الحافظ ابن حجر رحمه الله. قلت: فانظر رحمك الله أيها المنصف إلى سيرة هذا الصحابي ومحبته لرسول الله صلى الله عليه وسلم وإدخاله السرور إلى قلبه، فهو وإن حصل منه غفلة فقد تاب الله عليه بالحد الذي حده، فكيف تورد قصته في سياق التنقيص والرسول نهى عن لعنه وشهد له بأنه يحب الله ورسوله، جعلنا الله من أحبابه المخلصين والله أعلم

Penutup dari perkataan Imam Al-Hafiz Ibn Hajar rahimahullah. Saya katakan, "Perhatikanlah, semoga Allah merahmatimu, wahai para mushannif (pengarang) biografi sahabat ini dan bagaimana cintanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang membawa sukacita ke dalam hatinya. Jika dia pernah melakukan kelalaian maka Allah telah menerima taubatnya dengan hukuman had yang diterimanya. Bagaimana mungkin kita menolak kisahnya karena kekurangannya (sebagai pemabuk) sementara Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang untuk melaknatnya karena beliau bersaksi bahwa sesungguhnya dia mencintai Allah dan rasul-Nya. Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang ikhlas mencintainya. Wallahu a'lam

Kisah diatas juga termaktub di dalam syarah kitab Ihya’ Ulumuddin karangan “Hujjatul Islam” Imam Al-Ghazali sebagai berikut,

Nu'aiman adalah sahabat yang hidup sezaman dengan Rasulullah, namun ada yang tidak senang dengan kebiasaan Nu'aiman yang hampir tiap pagi hari mabuk. Selain itu gemar bercanda bahkan sering iseng terhadap rasul.

Pernah suatu ketika, sesaat setelah sadar dari mabuknya, Nu'aiman merasa perutnya keroncongan karena lapar. Tanpa banyak pikir panjang, Nu'aiman mencegat penjual makanan yang kebetulan lewat di depan masjid lalu memesan dua bungkus.

Sembari menunggu penjual menyiapkan pesanannya, Nuaiman masuk halaman masjid lalu mengajak Rasul untuk makan bersama. Rasul kemudian berdiri dan menuju ke arah Nu'aiman yang sudah memegang dua bungkus makanan. Mereka berdua duduk lantas menyantap makanan tersebut.

Setelah makanan habis, Rasul hendak kembali ke masjid namun dihadang oleh Nu'aiman.

“Mau kemana ya Rasul? Habis makan masak tidak bayar,” kata Nu'aiman.

Rasul pun dengan senyumnya balik tanya, “Yang pesan kamu kan?”.

“Betul ya Rasul,” jawabnya sambil berdehem. Nu'aiman melanjutkan perkataannya, “Di mana-mana raja itu mengayomi rakyatnya, penguasa melayani warganya,  bos mentraktir karyawannya, masak saya yang harus bayar ya Rasul?”

Rasul lantas merogoh kocek sambil memberikan sejumlah uang kepada Nu'aiman dengan senyum yang agak terkekeh.

Pasca kejadian tersebut, kebiasaan mabuk Nu'aiman tak kunjung berhenti. Sampai suatu ketika beberapa sahabat menghampiri Nu'aiman yang masih dalam keadaan mabuk. Nu'aiman lantas berdiri karena beberapa sahabat tersebut menghampiri.

“Ada apa?” Tanya Nu'aiman.

“Salah seorang sahabat langsung memarahi Nu'aiman dengan makian. “Kamu ini setiap hari bersama Rasul, tapi kelakuan mu tetap saja seperti ini, apa nggak malu sama Rasul?”

Sahabat yang lain meneruskan, “Dasar kamu ini orang bejat, tidak pantas orang sepertimu mencintai  Rasul karena pasti bakal di laknat oleh Allah atas perbuatanmu ini”.

Dalam keadaaan beberapa sahabat masih memaki dan menghujat Nu'aiman, Rasulullah lewat dan langsung menanyakan apa yang sedang terjadi. Salah satu sahabat menceritakan kejadian sesaat sebelum Rasul datang.

Setelah mendengarkan keterangan, seketika Rasulullah memarahi para sahabat, “Jangan pernah sekali lagi kalian semua menghujat dan melaknat Nu'aiman, meskipun dia seperti ini tapi dia selalu membuatku tersenyum, dia masih mencintai Allah dan Aku, dan tidak ada hak bagi kalian melarang Nuaiman mencintai Allah dan mencintaiku sebagai Rasul-Nya."

Dalam sebuah riwayat hadits ada kisah penuh hikmah lainnya, 

قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «كَانَ رَجُلَانِ فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ مُتَآخِيَيْنِ فَكَانَ أَحَدُهُمَا يُذْنِبُ وَالآخَرُ مُجْتَهِدٌ فِي الْعِبَادَةِ فَكَانَ لَا يَزَالُ الْمُجْتَهِدُ يَرَى الآخَرَ عَلَى الذَّنْبِ فَيَقُولُ أَقْصِرْ. فَوَجَدَهُ يَوْمًا عَلَى ذَنْبٍ فَقَالَ لَهُ أَقْصِرْ فَقَالَ خَلِّنِي وَرَبِّي أَبُعِثْتَ عَلَىَّ رَقِيبًا فَقَالَ وَاللهِ لَا يَغْفِرُ اللهُ لَكَ أَوْ لَا يُدْخِلُكَ اللهُ الْجَنَّةَ. فَقُبِضَ أَرْوَاحُهُمَا فَاجْتَمَعَا عِنْدَ رَبِّ الْعَالَمِينَ فَقَالَ لِهٰذَا الْمُجْتَهِدِ أَكُنْتَ بِي عَالِمًا أَوْ كُنْتَ عَلَى مَا فِي يَدِي قَادِرًا وَقَالَ لِلْمُذْنِبِ اذْهَبْ فَادْخُلِ الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِي وَقَالَ لِلآخَرِ اذْهَبُوا بِهِ إِلَى النَّارِ». قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَكَلَّمَ بِكَلِمَةٍ أَوْبَقَتْ دُنْيَاهُ وَآخِرَتَهُ.

Abu Hurairah Radhiallahu’anhu berkata, 'Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dahulu ada dua orang di Bani Isra’il yang bersaudara, salah satunya suka berbuat dosa dan yang lainnya rajin beribadah. Saudaranya yang ahli ibadah setiap melihat saudaranya yang suka berdosa maka dia menasihatinya, ‘Berhentilah kamu.’ Pada suatu saat, dia mendapatinya melakukan dosa lalu menasihatinya tetapi saudaranya yang berdosa mengatakan, ‘Biarkanlah diriku dengan Rabbku, apakah kamu diutus untuk mengawasiku?’ Maka saudaranya berkata, ‘Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni dosamu atau tidak akan memasukkanmu ke surga.’ Akhirnya, keduanya dibangkitkan ruh keduanya maka keduanya berkumpul di sisi Rabb semesta alam, lalu Allah mengatakan kepada yang rajin ibadah, ‘Apakah kamu lebih tahu daripada Aku? Apakah kamu memiliki kekuasaan apa yang berada pada Tangan-Ku.’ Dan Allah berfirman kepada yang berdosa, ‘Pergilah kamu dan masuklah ke surga dengan sebab rahmat-Ku’ dan mengatakan untuk saudaranya yang lain, ‘Seretlah dia ke neraka.’” Abu Hurairah Radhiallahu’anhu berkata, “Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, sungguh dia telah mengucapkan suatu ucapan yang menyengsarakan dunia dan akhiratnya.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Abu Dawud: 4901). Wallahu a'lam

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar