Selasa, 16 November 2021

EDISI KHUTBAH JUM'AT (Pentingnya Kaderisasi dan regenerasi)

 


*Khutbah Pertama*

اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: 

فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا 

وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ

*Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,*

Regenerasi dan kaderisasi sangat penting dalam Islam. Sebab, suatu saat kita pasti akan berpulang menghadap Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kalau kita mati, apakah anak cucu kita masih Islam? Apakah mereka masih sholat? Bagi kiai yang mempunyai pesantren dan mempunyai lembaga pendidikan dakwah untuk berjuang (jihad fi sabililah). Setelah kita mati, apakah pendidikan yang telah diperjuangkan bisa lanjut atau tidak, madrasah dan TPQ sebagai sarana dakwah bisa lanjut apa tidak? Begitu juga bagi orang yang menjadi takmir. Setelah kita mati, apakah masjid yang telah diperjuangkan mati atau tidak? Apakah anak cucu kita sanggup melanjutkan dan mengurusi masjid atau tidak?

Sebagai ikhtiar yang menjamin keberlangsungan dakwah agama Islam, kita harus mempersiapkan anak-anak dan murid-murid kita supaya bisa melanjutkan dakwah serta perjuangan ini. Oleh karena itu, kaum muslimin rahimakumulah, regenerasi dan kaderisasi sangat penting kita lakukan.

Allah Subhanahu wa Ta'ala menyarankan kepada kita supaya senantiasa mempersiapkan keturunan yang kuat-kuat. Maksudnya, kuat secara iman, fisik, ekonomi, ilmu dan jihad dalam perjuangannya. Allah memerintahkan kita untuk tidak mati dengan meninggalkan anak cucu yang lemah-lemah. Oleh karenanya, Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 9.

وَلۡيَخۡشَ ٱلَّذِينَ لَوۡ تَرَكُواْ مِنۡ خَلۡفِهِمۡ ذُرِّيَّةٗ ضِعَٰفًا خَافُواْ عَلَيۡهِمۡ فَلۡيَتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡيَقُولُواْ قَوۡلٗا سَدِيدًا  ٩

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. An-Nisa' : 9)

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengapresiasi kader-kader yang kuat fisik, mental, ekonomi dan imannya. Sebagai bekal untuk memperjuangkan agama Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sebab, tanpa kekuatan, kita sulit memperjuangkan agama Allah Subhanahu wa Ta'ala Dalam Kitab Bulughul Maram halaman 342. No. 8 Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam bersabda,

المُؤْمِنُ القَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ المُؤْمِنِ الضَّعِيفِ.

"Orang mukmin yang kuat, jauh lebih dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala daripada orang mukmin yang lemah. Orang mukmin sama-sama baiknya, namun orang mukmin yang kuat lebih dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala."

*Kaum Muslimin Rahimakumullah,*

Ikhtiar untuk melahirkan generasi yang kuat dan mampu melanjutkan perjuangan Islam dapat kita upayakan dengan beberapa cara.

Pertama, tentunya melalui pernikahan secara syar’i. Jangan sampai ada di antara kita yang mempunyai keturunan, anak dan cucu tanpa lewat pernikahan. Karena berdasarkan penelitian dan survei hampir semua anak manusia yang lahir lewat perzinahan rata-rata sulit disholihkan. Mereka sulit dididik lantaran proses awal kelahirannya sudah tidak benar. Oleh karena itu, kalau anak cucu kita ingin menjadi manusia yang baik dan kuat imannya, serta shqleh amal perbuatannya, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah melalui pernikahan yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Kedua, Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam mengutamakan sisi keagamaan seorang hamba, terutama dalam akhlak dan keshalihannya. Kategori inilah yang seharusnya diutamakan dalam menentukan pilihan calon suami maupun istri. Sebagai orang tua, jika ada orang sekaya dan sehebat apapun yang melamar anak kita, jangan diterima. Kecuali, agamanya benar-benar baik, khususnya mampu menjaga sholat dan seterusnya. Sebaliknya, jika anak kita dilamar orang yang biasa-biasa saja dan tidak terlalu kaya. Tapi dia ‘alim dan imannya luar biasa. Itulah yang layak dipilih untuk menjadi calon menantu kita dan akan melahirkan kader-kader yang melanjutkan perjuangan ini.

*Kaum Muslimin Rahimakumullah,*

Nabi mengingatkan, “Jangan sampai kita menolak pinangan orang yang agamanya baik dan akhlaknya juga baik.”

إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْن دِيْنَه وخَلقَه فَزَوِّجُوه إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَة في الأرض وَفَسَاد كَبِيْر. (روى الترمذي: 1084)

"Jika ada anak laki-laki datang kepadamu, meminang putrimu, sekiranya anak laki-laki itu agamanya bagus, akhlaknya bagus, terima saja. Nikahkan dengan putrimu, jika tidak justru kamu matre, keduniaan dan memilih calon lain yang lebih kaya, tapi tidak shalat, maka akan terjadi kerusakan di muka bumi ini."

*Kaum Muslimin Rahimakumullah,*

Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam bersabda,

عن عَبْد اللَّهِ بْن عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رضي الله عنهما قال سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ النَّاسِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يَتْرُكْ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُؤوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا (رواه مسلم)

Dari Abdullah bin Amr bin al-‘Ash r.a, ia berkata: aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dari manusia dengan sekali cabutan, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama. Ketika  tidak ada lagi ulama yang tersisa, maka manusia akan mengangkat pemimpin-pemimpin bodoh, mereka ditanya, lalu berfatwa tanpa landasan ilmu sehingga mereka sesat dan menyesatkan.” (H.R. Muslim)

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Wafatnya ulama tak cukup hanya ditangisi, melainkan harus ada upaya regenerasi kader-kader pengganti para ulama yang telah pergi. Krisis kader ulama adalah hal yang cukup mengkhawatirkan dan harus mendapat perhatian serius. Oleh karena itu, Harus ada segolongan kaum muslimin yang memfokuskan diri untuk tafaqquh fiddin dan hadir di tengah-tengah umat sebagai lentera penerang yang membimbing mereka untuk lebih mengenal hakikat syari’at Islam.

*Kaum Muslimin Rahimakumullah,*

Terakhir, yaitu “lukmatul halal.” Sebagai upaya supaya anak cucu kita baik-baik dan sebagai modal bekal perjuangan agar mereka kuat imannya, maka berkerja yang baik, mencari rejeki dengan cara yang halal merupakan cara yang penting untuk menjada iman anak dan cucu kita. Jangan memakan apapun makanan yang tidak halal, jangan minum berbagai minuman yang tidak halal.

Dengan demikian, kalau anak istri kita, senantiasa diberi makanan yang halal dan berkah, insyaallah kelak mereka akan menjadi hamba yang kuat imannya, kuat Islamnya dan manfaat serta berkah ilmunya.

*Kaum Muslimin Rahimakumullah,*

Inilah, tanggung jawab kita sebelum kita mati, pastikan anak cucu kita sholat, mengaji dan mau mengurusi masjid. Kalau itu bisa kita lakukan, maka berbahagialah. Kita mati, agama tidak ikut mati, madrasah dan dakwah tidak ikut mati, dan pesantren tetap berlangsung. Dengan begitu, kita sudah memperjuangkan ihyaululmiddin, yakni menghidupkan agama Allah Subhanahu wa Ta'ala.

جَعَلَنا اللهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ

أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيمْ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمانِ 

وَٱلۡعَصۡرِ, إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ, إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ

*Khutbah Kedua*

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ :

فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. 

اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ 

اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ 

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ

 اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. 

اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. 

رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. 

عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar