Sabtu, 06 Juni 2020

KAJIAN TENTANG 4 NABI DARI 25 NABI DAN RASUL YANG KETURUNAN ARAB



Ternyata selama ini ada sebagian umat islam beranggapan bahwa para nabi itu semua berasal dari Arab. Mungkin timbul di benak kita pertanyaan “Mengapa harus Arab?” dan benarkah semua nabi berasal dari Arab?

Nabi dan rasul yang kita kenal itu sedikit sekali dibandingkan dengan jumlah mereka sesungguhnya. Dan 25 nabi dan rasul itu hanyalah mereka yang namanya disebutkan di dalam Al-Quran Al-Karim secara jelas. Meski di dalam Al-Quran Al-Karim, Allah SWT menyebutkan beberapa orang yang sebenarnya nabi tapi tidak disebutkan siapa nama mereka.

Misalnya di dalam surat Al-Kahfi, orang itu hanya disebutkan sebagai hamba yang shalih tanpa disebutkan identitasnya atau namanya. Para mufassir mengatakan bahwa hamba yang shalih itu adalah nabi Khidhr ‘alaihis salam.

Di antara hikmah Allah Ta’ala terhadap generasi sebelum kita, Dia mengutus seorang rasul sebagai pemberi peringatan. Karena bagian dari keadilan Allah, Dia tidak akan menyiksa seorang pun diantara makhluk-Nya, kecuali setelah disampaikan dakwah kepada mereka. Karena itulah hujjah (alasan pembenar) bagi Allah untuk memberikan balasan, baik pahala maupun hukuman bagi para hamba-Nya. Allah berfirman:

وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولًا

“Aku tidak akan memberi siksaan, sampai Aku mengutus seorang rasul.” (QS. Al-Isra: 15)

Semua kelompok umat manusia yang pernah Allah ciptakan di muka bumi ini, telah mendapati dakwah seorang nabi atau rasul sebagai pemberi peringatan. Meskipun secara individu, tidak semua orang pernah mendengar dakwah rasul.

Allah berfirman,

وَإِنْ مِنْ أُمَّةٍ إِلَّا خَلَا فِيهَا نَذِيرٌ

“Tidak ada satupun umat, melainkan di lingkungan mereka telah ada sang pemberi peringatan.” (QS. Fathir: 24)

Karena itulah, dalam sejarah manusia, jumlah nabi dan rasul yang telah Allah utus sangat banyak.

Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, beliau pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, berapakah jumlah rasul?” Beliau menjawab,

ثلاثمائة وبضعة عشر جمّاً غفيرا

“Sekitar tiga ratus belasan orang. Banyak sekali.” (HR. Baihaqi dalam Syu’abul Iman no.129).

Kemudian dalam riwayat Abu Umamah, bahwa Abu Dzar bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Berapa jumlah persis para nabi.” Beliau menjawab,

مِائَةُ أَلْفٍ وَأَرْبَعَةٌ وَعِشْرُونَ أَلْفًا الرُّسُلُ مِنْ ذَلِكَ ثَلَاثُ مِائَةٍ وَخَمْسَةَ عَشَرَ جَمًّا غَفِيرًا

“Jumlah para nabi 124.000 orang, 315 diantara mereka adalah rasul. Banyak sekali.” (HR. Ahmad no. 22288)

Dengan demikian, bisa kita gambarkan bahwa kalau yang kita kenal ini baru sekitar 25-an orang Nabi, maka selain mereka itu, ternyata masih ada begitu banyak nabi dan rasul sepanjang zaman. Jumlah yang sampai 124.000 itu tentu saja sangat banyak untuk bisa mengcover seluruh komunitas umat manusia, di mana pun mereka berada.

Islam memang lahir di tanah Arab. Begitupun dengan agama-agama samawi yang lain, lahir di negeri-negeri yang kini dikenal dengan negara-negara Arab atau Timur Tengah. Namun sebetulnya, hanya empat (4) dari 25 nabi yang berdarah Arab. Siapakah keempat nabi berdarah arab tersebut?

1. Nabi Muhammad

Sudah pasti nabi kita, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan keturunan bangsa Arab. Beliau bahkan lahir dari kaum terbaik Bangsa Arab, yakni Kaum Quraisy. Beliau pula lahir dari bani terbaik di antara kaum terbaik, yakni Bani Hasyim.

Kaum Quraisy merupakan bangsa Arab yang paling elit, paling cerdas, paling bagus Bahasa Arab-nya. Mereka lah penguasa kota Makkah, penjaga ka’bah, pengurus jamaah haji, pemimpin perang. Setelah Islam datang, posisi kepemimpinan tak pernah berubah. Rasulullah pula menyebutkan bahwa salah satu syarat pemimpin ialah berasal dari Kaum Quraisy.

2. Nabi Hud

Beliaulah nabi pertama dari Bangsa Arab. Nabi Hud bahkan telah menggunakan Bahasa Arab, padahal ia hidup sekian abad sebelum masehi. Ia merupakan keturunan Nuh, dari jalur Sam. Lebih tepatnya, Nabi Hud adalah cicit dari Sam bin Nuh.

Nabi Hud berasal dari Kabilah ‘Aad yang tinggal di sebuah negeri bernama Al-Ahqaf (kini berada di antara Yaman dan Oman). Kaum tersebut menempati desa Mughiith yang merupakan lembah dari perbukitan Asy-Syahar yang memanjang di sepanjang laut. Kabilah ‘Aad bernenek moyang ‘Aad bin ‘Aush bin Sam bin Nuh.

Kaum ‘Ad merupakan bangsa Arab dengan teknologi modern kala itu. Mereka memiliki arsitektur yang megah dengan memahat bukit menjadi bangunan-bangunan tinggi. Sayangnya, mereka sombong dan enggan menyembah Allah. Karena itulah, Nabi Hud di utus di tengah-tengah mereka untuk menunjukkan jalan yang lurus.

Kaum ‘Aad merupakan salah satu kaum Arab yang musnah dan tak ada lagi di masa kini. Pasalnya, mereka mengingkari Allah dan utusan-Nya. Azab berupa awan panas mendatangi mereka selama 8 hari 7 malam hingga mereka semua binasa.

3.  Nabi Shalih

Generasi setelah Nabi Hud, yakni Nabi Shalih. Sang nabi bermukjizat unta ajaib tersebut juga berasal dari Bangsa Arab. Beliau ‘alaihissalam berasal dari Kaum Tsamud. Inilah kaum berteknologi canggih di masa itu, pengganti Kaum ‘Aad. Kaum ini merupakan keturunan Nabi Nuh dari Iram bin Sam bin Nuh.

Kaum Tsamud tinggal di daerah bebatuan antara Hijaz dan Tabuk. Nabi Shalih merupakan pemuda Tsamud yang kemudian diutus untuk mendakwahi kaumnya para penyembah berhala. Namun Nabi Shalih mendapat pertentangan dari kaumnya. Sebagaimana Kaum ‘Aad, Kaum Tsamud pun akhirnya binasa. Suara keras mengguntur dari langit hingga mereka semua tergeletak mati.

4.Nabi Syu’aib

Adapun nabi keempat yang juga berdarah Arab yakni Nabi Syu’aib. Beliau berasal dari kaum Madyan, yakni orang-orang Arab yang tinggal di sebuah negeri bernama Madyan. Negeri tersebut terletak di daerah Ma’an yang berada di tepian Hijaz dekat dengan laut di ujung Syam (sekarang Suriah, Palestina).

Bangsa Arab dikenal dengan lisannya, atau kaum yang gemar sastra dan berbahasa indah. Nabi Syu’aib merupakan nabi yang fasih, berbobot ucapannya, dan tinggi sastra. Rasulullah bahkan menjuluki Nabi Syu’aib sebagai Khatibul Anbiyaa’ (juru bicara para nabi).

Nabi Syu’aib diutus untuk kaumnya, Madyan. Namun seperti nabi-nabi pendahulunya, Nabi Syu’aib pun mendapat penolakan dari kaumnya. Di ujung dakwah sang nabi, Madyan pun tetap menolak hingga akhirnya mereka semua binasa akibat azab berupa gempa yang mengerikan.

Demikian empat nabi yang berasal dari Bangsa Arab.

وذكر فى حديث عن أبى ذر الغفارى قال أنه سمع النبى محمد يقول فى ذكر الأنبياء والمرسلين: "منهم أربعة من العرب: هود، وصالح، وشعيب، ونبيك يا أبا ذر".

Rasulullah pernah menyebutnya kepada shahabat Abu Dzar Al-Ghifary. Beliau berkata kepada sang shahabat, “Ada 4 nabi dari arab, yaitu Hud, Shaleh, Syuaib, dan nabimu ini, wahai Abu Dzar.” (HR. Ibnu Hibban).

Lebih rinci, meski ada empat nabi dari Bangsa Arab, tiga Nabi selain Rasulullah merupakan bangsa Arab Al-‘Aribah. Yaitu orang-orang Arab yang ada sebelum Nabi Ismail. Adapun Rasulullah merupakan Al Arab Al-Musta’ribah, yakni orang-orang Arab keturunan Nabi Ismail bin Ibrahim.

Secara garis keturunan, Nabi Ismail bukanlah orang Arab. Namun beliau ‘alaihis salam hidup bersama bangsa Arab sejak bayi. Beliau menikahi wanita dari Kabilah Jurhum dan belajar bahasa budaya Arab dari kabilah tersebut. Kabilah Jurhum merupakan salah satu kabilah Al Arab Al ‘Aribah. Selain itu, Nabi Ismail merupakan keturunan campuran. Dari jalur ayah, yakni Nabi Ibrahim merupakan orang Babilonia, sementara ibunya, Hajar, merupakan wanita Mesir.

Hal ini berbeda dengan adik Nabi Ismail, yakni Nabi Ishaq bin Ibrahim. Ishaq yang merupakan kakek dari Bani Israil itu merupakan putra dari Sarah yang sama-sama berasal dari Babilonia sebagaimana Nabi Ibrahim.

Dari asal muasal inilah kemudian akan diketahui mengapa Yahudi dan Nasrani enggan mengimani Rasulullah. Alasannya, yakni karena Nabi Muhammad merupakan bangsa Arab keturunan Ismail, bukan bangsa Bani Israil keturunan Ishaq. Sementara Yahudi dan Nasrani, Nabi Musa dan Nabi Isa, merupakan keturunan Bani Israil.

Dari Kaum Bani Israil inilah sebagian besar nabi lahir. Di antaranya Nabi Ya’qub, Nabi Yusuf, Nabi Ayub, Nabi Musa, Nabi Harun, Nabi Daud, Nabi Sulaiman, Nabi Ilyas, Nabi Ilyasa, dan Nabi Isa. Wallahu a’lam.

Demikian Asimun Ibnu Mas'ud menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

(Sumber: Qashashul Anbiya’ karya Al-Hafizh Ibnu Katsir)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar