Jumat, 29 Mei 2020

KAJIAN TENTANG KISAH ISTRI YANG MENGELUHKAN TAMU SUAMINYA



Islam mengajarkan menghormati tamu. Penghormatan itu tidak sebatas pada tutur kata yang halus untuk menyambutnya, tetapi juga dengan perbuatan yang menyenangkan.

Memuliakan tamu merupakan tanda beriman kepada Allah SWT pada hari akhir. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, seperti diriwayatkan al-Bukhari dan Muslim. "Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya memuliakan tamunya."

Sementara itu, Imam Ahmad dan sejumlah ulama lainnya, seperti dikutip oleh Ibnu Katsir, berpendapat, wajib memberikan jamuan kepada orang yang singgah (tamu).

Saking besarnya hak tamu, Rasul memberi peringatan mereka yang tidak memuliakan tamu. "Tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak menjamu tamu." (HR Ahmad).

Memberi jamuan kepada tamu merupakan kebiasaan yang sudah ada sejak lama, bahkan sebelum risalah Nabi Muhammad diturunkan.

Orang yang pertama kali melakukan perbuatan yang mulia ini ialah Nabi Ibrahim AS. "Orang yang pertama kali memberi suguhan kepada tamu adalah Ibrahim," Demikian sabda Rasul.

Allah 'Azza wa Jalla berfirman,

فَرَاغَ إِلىَ أَهْلِهِ فَجَاءَ بِعِجْلٍ سَمِيْنٍ . فَقَرَّبَهُ إِلَيْهِمْ قَالَ آلاَ تَأْكُلُوْنَ

"Dan Ibrahim datang pada keluarganya dengan membawa daging anak sapi gemuk kemudian ia mendekatkan makanan tersebut pada mereka (tamu-tamu Ibrahim) sambil berkata, ‘Tidakkah kalian makan? (Qs. Adz-Dzariyat: 26-27)

Allah mengisahkan jamuan nabi Ibrahim tersebut dalam surah adz-Dzariyat sebagai bentuk pujian dan sanjungan bagi beliau." Memang, Rasulullah dan umatnya diperintahkan untuk mengikuti ajaran-ajaran Nabi Ibrahim.

Ada kisah penuh hikmah terkait ruginya seseorang yang enggan memuliakan tamunya, sebagaimana kisah dalam riwayat berikit ini :

ذهبت إمرأة تشتكي عند رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم من زوجها

Ada seorang perempuan mengeluh kepada Rasulullah shallallahu 'alahi wa salam karena perilaku suaminya

كان زوجها يدعوا الناس في بيتها ويكرمهم وكثرة الضيوف سبب لها المشقة والتعب

Suaminya selalu mengundang orang-orang datang ke rumahnya dan menjamunya sehingga tamu-tamu tersebut menyebabkan sang istri menjadi repot dan merasa kecapekan.

فخرجت من عند رسول الله ولم تجد الجواب منه

Lalu wanita tsb keluar meninggalkan Rasul dan tidak mendapatkan jawaban apa pun dari Rasulullah

وبعد فترة ذهب رسول الله إلى زوجها وقال له إني ضيف في بيتك اليوم

Setelah beberapa waktu Rasulullah shallallahu 'alahi wa salam pergi ke rumah suami-istri tersebut, Rasul bersabda kepada sang suami, "Sesungguhnya aku adalah tamu di rumahmu hari ini."

سعد الزوج بالخبر وذهب إلى زوجته وأخبرها إن ضيفا عندنا اليوم وهو رسول الله

Betapa bahagianya sang suami demi mendengar ucapan Rasul tersebut, maka dia segera menghampiri istrinya untuk mengabarkan bahwa tamu hari ini adalah Rasulullah shallallahu 'alahi wa salam

سعدت الزوجة بالخبر وطبخت كل ما لذ وطاب وهي راضية ومن طيب خاطرها

Si istri pun merasa bahagia karena kabar tersebut, dia pun segera memasak makanan yang lezat dan nikmat. Dia lakukan hal tersebut dengan penuh rasa bahagia di dalam hatinya

وعندما ذهب رسول الله إليهم ونال كرمهم وطيبة ورضى الزوجة

Ketika Rasulullah akan pergi dari rumahnya setelah beliau mendapatkan kemuliaan dan merasa bahagia dengan keridhoan pasangan itu

قال للزوج عندما أخرج من بيتك دع زوجتك تنظر إلى الباب الذي أخرج منه

Rasulullah bersabda kepada suaminya, " Ketika aku akan keluar nanti dari rumahmu, panggil istrimu dan perintahkan dia untuk melihat ke pintu tempat aku keluar."

فنظرت الزوجة إلى رسول الله وهو يخرج من بيتها والدواب والعقارب وكل ضرر يخرج وراء رسول الله

Maka sang istri melihat Rasulullah keluar dari rumahnya diikuti oleh binatang-binatang melata, seperti kalajengking dan berbagai binatang yang berbahaya lainnya di belakang Rasulullah shallallahu 'alahi wa salam

فصعقت الزوجة من شدة الموقف وتعجبت مما رآت

Terkejutlah sang istri dengan apa yang dilihat di depannya.

فقال لها رسول الله هكذا دائما عندما يخرج الضيوف من بيتكِ يخرج كل البلاء والضرر والدواب من منزلكِ

Maka Rasulullah shallallahu 'alahi wa salam bersabda, " Seperti itulah yg terjadi. Setiap kali tamu keluar dari rumahmu, maka keluar pula segala bala, bahaya dan segala binatang yang membahayakan dari rumahmu."

فهنا الحكمة من إكرام الضيف وعدم الضجر.

"Maka inilah hikmah memuliakan tamu dan tidak berkeluh kesah karena kedatangannya."

البيت الذي يكثر فيه الضيوف بيت يحبه الله

Rumah yang banyak dikunjungi tamu adalah rumah yang dicintai Allah

ما أجمل البيت المفتوح للصغير والكبير

Begitu indahnya rumah yang selalu terbuka untuk anak kecil atau dewasa

بيت تتنزل فيه رحمات وبركات السماء

Rumah yang di dalamnya turun rahmat dan berbagai keberkahan dari langit

Kisah inilah yang dikatakan hadits makdzub (dusta) dan maudhu' (palsu) oleh banyak artikel di google. Terlepas dari status derajat riwayat tersebut tetapi banyak hadits yang shahih menjelaskan tentang perintah memuliakan tamu.

Dijelaskan di dalam Kitab Ma'rifah As-Shahabah hal.645 nomor hadits 1723 bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan,

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: " إذا أراد الله بقوم خيراً أهدى له هدية

Rasulullah shallallahu 'alahi wa salam bersabda, "Jika Allah menginginkan kebaikan terhadap satu kaum, maka Allah akan memberikan hadiah kepada mereka

قالوا: وما تلك الهدية؟

Para sahabat bertanya, "Hadiah apakah itu, ya Rasul?"

قال: بضيف ينزل به رزقه، ويرحل وقد غفر لاهل المنزيل".

Rasulullah bersabda, "Tamu akan menyebabkan turunnya dan bertambahnya rizki untuk pemilik rumah dan menghapus dosa-dosa penghuni rumah." (HR. Abu Nu'aim)

وقال صلى الله عليه وسلم: كل بيت لا يدخل فيه الضيف لا تدخله الملائكة "

Rasulullah shallallahu 'alahi wa salam bersabda, "Rumah yang tidak dimasuki tamu (tidak ada tamu), maka malaikat rahmat tidak akan masuk ke dalamnya,"

وقال صلى الله عليه وسلم: " الضيف دليل الجنة "

Rasulullah shallallahu 'alahi wa salam bersabda, "Tamu adalah penunjuk jalan menuju surga."

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَ الْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ جَائِزَتَهُ . قَالُوا: وَمَا جَائِزَتُهُ يَارَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: يَوْمٌ وَلَيْلَتُهُ وَالضِّيَافَةُ ثَلاَثَةُ أَيَّامٍ فَمَا كَانَ وَرَاءَ ذَالِكَ فَهُوَ صَدَقَةٌ عَلَيْهِ

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya memuliakan tamunya yaitu jaizah-nya.” Para sahabat bertanya, “Apa yang dimaksud dengan jaizah itu, wahai Rasulullah?” Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Jaizah itu adalah menjamu satu hari satu malam (dengan jamuan yang lebih istimewa dibanding hari yang setelahnya). Sedangkan penjamuan itu adalah tiga hari adapun selebihnya adalah shadaqah.” (HR. Al Bukhari no. 6135 dan Muslim no. 1726, hadits dari Abu Syuraih Al ‘Adawi, lihat Fathul Bari hadits no. 6135)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أًوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ [رواه البخاري ومسلم]

Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya (HR. Bukhari dan Muslim)

Para pakar hadits, seperti Ibn Hajar al-Asqalani, Imam al-Nawawi, dan juga al-Manawi, sependapat bahwa menghormati tamu tergolong adab Islam, akhlak para nabi, dan tata krama orang-orang mulia. Para ahli hukum Islam, seperti Imam Malik, Imam Syafi'i, dan Abu Hanifah, memandang bahwa memuliakan tamu sebagai sunah, sementara al-Laits dan Imam Ahmad melihatnya sebagai wajib.

Dalam tradisi Islam, penghormatan terhadap tamu dilakukan antara lain menunjukkan wajah ceria dan semringah, bertutur kata dengan lemah lembut (thib al-kalam), menyediakan jamuan makan-minum dengan sebaik-baiknya, serta hangat dan menunjukkan rasa persahabatan yang tinggi.

Penghormatan juga dilakukan dengan mengunjungi (al-ziyarah), memberikan kenang-kenangan, dan memenuhi apa yang menjadi keperluannya.

Demikian Asimun Ibnu Mas'ud menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar