Selasa, 14 April 2020

KAJIAN TENTANG HARI-HARI DALAM SEPEKAN DAN KEUTAMAAN HARI RABU


Terdapat hadits dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ’anhuma,

أن النبي صلى الله عليه وسلم دعا في مسجد الفتح ثلاثا يوم الاثنين، ويوم الثلاثاء، ويوم الأربعاء، فاستُجيب له يوم الأربعاء بين الصلاتين فعُرِفَ البِشْرُ في وجهه، قال جابر: فلم ينزل بي أمر مهمٌّ غليظ إِلاّ توخَّيْتُ تلك الساعة فأدعو فيها فأعرف الإجابة

“Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam berdoa tiga kali di Masjid Al Fath, yaitu hari Senin, Selasa dan Rabu.

Ketika hari Rabu, doa beliau dikabulkan, yaitu diantara dua shalat. Ini diketahui dari kegembiraan di wajah beliau.

Jabir mengatakan, ‘Setiap kali ada perkara penting yang berat, maka saya memilih waktu ini untuk berdoa, dan saya mengetahui doa saya dikabulkan.”

Dalam riwayat lain, Jabir mengatakan,

فاستجيب له يوم الأربعاء بين الصلاتين الظهر والعصر

“Pada hari Rabu lah doanya dikabulkan, yaitu di antara shalat Zhuhur dan Ashar” (HR. Ahmad 14563, al-Bukhari dalam Adabul Mufrad 704, dan al-Baihaqi dalam Syuabul Iman 3874. Semua dari jalur Katsir bin Zaid, dari Abdullah bin Abdurrahman bin Ka’ab).

Sahabat Abu Hurairah juga menceritakan, bahwa Rasulullah saw. pernah memegang tangannya seraya menjelaskan bahwa hari Rabu adalah waktu diciptakannya cahaya oleh Allah swt. Nabi bersabda;

"Allah menciptakan tanah pada hari Sabtu, dan Dia menciptakan di dalamnya gunung pada hari Ahad, menciptakan pepohonan pada hari Senin, dan menciptakan bahan-bahan mineral pada hari Selasa, serta menciptakan cahaya pada hari Rabu... " (HR. Ahmad dalam Adabul Mufrad karya Imam Bukhari, dan sebuah hadis dalam Al Jami' as Shaghir karya Syeikh Jalaluddin as Suyuthi).

Ada sebuah aturan tak tertulis yang berlaku di kebanyakan pesantren, di mana para Kiai biasanya memulai kegiatan pembelajaran di hari Rabu. Biasanya, pengajian kitab baru atau memulai lagi sebuah kajian setelah habis masa liburan pesantren dilakukan di hari Rabu atau malam Rabu. Hal ini ternyata bukan hanya kebetulan atau kebiasaan tak bermakna tetapi ada rahasia di balik itu.

Dalam kitab-kitab ilmu falak terdapat 7 planet (kawkab) yang paling berpengaruh terhadap kehidupan dibumi dan 7 planet ini berhubungan dengan 7 hari. Jika kita urut berdasarkan kecepatan orbitnya dari yang paling lambat sampai ke yang paling cepat. yaitu, Zuhal, Musytari, Marikh, Syams, Zuhrah, ‘Atharid dan Qamar. (Syeikh Ahmad bin Ali Al-Buni, TT:9)

Dalam hubungannya dengan hari, setiap planet memiliki daya pengaruh yang besar 1 hari dalam seminggu. Artinya, masing-masing planet memiliki dominasi pada masing-masing hari, yaitu:

1. Syams – berkuasa pada hari Minggu
2. Zuhrah – berkuasa pada hari Jum'at
3. 'Atharid – berkuasa pada hari Rabu
4. Qamar – berkuasa pada hari Senin
5. Zuhal – berkuasa pada hari Sabtu
6. Musytari – berkuasa pada hari Kamis
7. Marikh – berkuasa pada hari Selasa

1. Sa’ah Syamsu.

Jika kita mengerjakan sesuatu pada waktu itu maka insya alloh akan mendapat kebahagiaan, jika kita bepergian pada waktu (saah samsu) insya allah selamat, jika bercocok tanam insya allah kajadian dll. Adapun menurut pendapat sebagian Ulama hikmat, kalau kita berbuat baik pada sa’ah samsu insya allah berhasil, berbuat jahat pun insya Allah berhasil pula

2. Sa’ah Zuhrah.

Adapun pekerjaan, atau bepergian dilaksanakan di waktu ini sungguh baik, akan tetapi sangat dilarang bepergian melalui jalur laut (berlayar). Kegiatan yang baik dilaksanakan pada waktu ini adalah menemui kekasih, pejabat, ataupun menagih hutang

3. Sa’ah 'Atharid.

Sa’ah ini adalah bisa disebut waktu terbaik diantara ke 7 sa’ah (waktu) sebab segala sesuatu yang dilaksanakan pada waktu ini akan mendapatkan hasil yang diharapkan. Seperti membangun rumah, memulai usaha, melaksanakan pernikahan, mengunjungi calon mertua juga bisa.

4. Sa’ah Qamar.

Menurut pendapat para ahli, Sa’ah ini terlalu baik tapi biasanya berujung jelek apa lagi melakukan kejahatan jangan sekali-kali dilakukan pada Sa’ah ini. Pada waktu yang lain juga jangan sebaiknya.

5. Sa’ah Zuhal.

Anda sebaiknya menghindari waktu ini, karna waktu ini disebut pula Nahas Akbar, hampir segala sesuatu yang dilaksanakan pada waktu ini berujung jelek, seperti contoh kecil bila anda melaksanakan pernikahan pada waktu ini takan bertahan lama dsb..

6. Sa’ah Musytari

Sa’ah ini hampir sama dengan sa’ah Qomar perbedaannya hanya pekerjaan jahat (meminta kepada Allah tetapi permintaannya untuk mencelakakan orang lain) yang dilarang pada waktu ini

7. Sa’ah Marikh

Sa’ah ini di sebut juga Nahas Asgor. Masih bisa diharapkan bisa berhasil, gagal pun bisa jadi.

Dalam sebuah hadits shahih tentang penciptaan alam semesta, dijelaskan bahwa Allah menciptakan cahaya di hari Rabu. Sebab ilmu juga dikenal sebagai cahaya bagi pemiliknya, maka dengan memulai kajian ilmu di hari Rabu diharapkan kajian tersebut bisa sempurna seperti sempurnanya cahaya yang diciptakan Allah untuk menyinari dunia. 

Tafâ’ul atau harapan berisi optimisme seperti ini dikenal sejak dahulu kala. Imam al-Ajluni (1676-1749 M), seorang pakar hadits dari Suriah dalam kitab Kasyf al-Khafâ’-nya menjelaskan,

وذكر برهان الإسلام عن صاحب الهداية أنه ما بدئ شيء يوم الأربعاء إلا وتم؛ فلذلك كان المشايخ يتحرون ابتداء الجلوس فيه للتدريس لأن العلم نور، فبدئ به يوم خلق النور

“Syekh Burhanuddin menyebutkan dari pengarang kitab al-Hidayah bahwasanya tidaklah sesuatu dimulai di hari Rabu kecuali menjadi sempurna. Maka karena itu, para guru berusaha memulai majelis di hari Rabu untuk mengajar sebab ilmu adalah cahaya, maka kajian ilmu dimulai di hari diciptakan cahaya.” (al-Ajluni, Kasy al-Khafâ’, juz I, halaman 19)

Itulah rahasia hari Rabu yang diyakini sebagai hari berkah sebab segala sesuatu yang dimulai di hari itu insyaallah akan berakhir sempurna. Keyakinan keberkahan hari Rabu ini bisa dilacak lebih jauh lagi ke masa Imam as-Sakhawi (1427-1497 M). Beliau menjelaskan,

وبلغني عن بعض الصالحين ممن لقيناه أنه قال: شكت الأربعاء إلى اللَّه سبحانه تشاؤم الناس بها فمنحها أنه ما ابتدئ بشيء فيها إلا تم. 

"Saya dengar dari sebagian ulama saleh yang kami temui, ia berkata: Hari rabu mengadu kepada Allah tentang anggapan sial orang-orang terhadapnya, maka Allah menganugerahkan bahwa apa pun yang dimulai di hari Rabu, maka pasti akan sempurna." (As-Sakhawi, al-Maqâshid al-Hasanah, juz I, halaman 575)

Beberapa waktu lalu, ada teman yang menanyakan tentang anjuran memulai belajar pada hari Rabu dan benarkah hadis yang menjelaskan keutamaan memulai belajar pada hari tersebut. Dia mendapatkan keterangan tersebut dari kitab Ta’limul Muta’allim karya Syekh az-Zarnuji.

Saya atau teman-teman santri yang pernah belajar di pesantren salaf, tidak asing dengan anjuran tersebut maupun kitab yang menjadi rujukannya.

Kitab Ta’limul Muta’allim merupakan kitab yang mengajarkan tata-krama belajar ilmu agama. Sumber utama materi kitab tersebut adalah pengalaman para ulama yang sukses menjadi ulama besar dengan kedalaman ilmu yang luar biasa, ilmunya bermanfaat bagi banyak orang, dan berhasil mendidik murid-muridnya menjadi orang yang sukses seperti diri mereka. Terkadang, praktik para ulama itu didasarkan kepada sebuah hadis. Seperti tradisi mengawali belajar pada hari Rabu. Kenapa hari Rabu?

Ternyata, Syekh az-Zarnuji mengamati metode mengajar gurunya, Syekh Burhanuddin al-Marghinani al-Hanafi, pengarang kitab al-Hidayah fi Fiqhil Hanafiyyah. Gurunya selalu memulai mengajar materi baru pada hari Rabu. Menurut sang guru, kebiasaan itu didasarkan kepada hadis Nabi Muhammad saw. yang mengatakan :

 مَا مِنْ شَيْءٍ بُدِئَ بِهِ يَوْمَ الْأَرْبِعَاءِ إِلَّا وَقَدْ تَمَّ.

“Tiada pekerjaan yang dimulai pada hari Rabu kecuali pasti akan maksimal/sempurna.”

Dasar lainnya adalah kebiasaan Imam Abu Hanifah (150 H), pendiri mazhab Hanafi, guru yang berhasil dan pedagang sukses. Juga kebiasaan Syekh Abu Yusuf al-Hamdani. Menurut Syekh Abu Yusuf, kebiasaannya itu karena didasari pemikiran bahwa hari Rabu adalah hari diciptakannya cahaya dan hari keberuntungan bagi orang yang beriman. Wallahu a'lam

Demikian Asimun Ibnu Mas'ud menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar