Kamis, 13 Februari 2020
KAJIAN TENTANG AGAMA ISLAM BUKAN AJARAN HASIL DARI PEMAKSAAN
Metode radikalisme dakwah yang dilakukan akhir-akhir ini hanya berdampak menyudutkan umat Islam, ternyata diduga dilakukan oleh kelompok islam dengan gerakan dakwah dan penampilan fisik mirip khawarij. Dimana mereka melakukan dakwah dengan cara-cara memaksa dan kasar layaknya debtcollector sehingga timbul kesan radikal.
Kita sama-sama mengetahui, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menyatakan bahwa, “Aku diutus untuk membawa agama yang penuh dengan toleransi.” Sebagai contoh ketika terjadi Perjanjian Hudaibiyah, saat itu, dalam konsepnya Nabi menuliskan kalimat بسم الله الرحمن الرحيم (Bismillahirrahmanirrahim). Namun oleh kaum Musyrik tidak disetujui. Mereka meminta agar ditulis menjadi بسمك اللهم (Bismikallahumma). Nabi berkata kepada Ali bin Abi Thalib “hapus basmalah dan tulis bismikallahumma sesuai usul mereka.” Nabi menyusun dan menyatakan, “inilah perjanjian antara Muhammad Rasulullah dan wakil dari kaum musyrik Mekkah.”
Pemimpin delegasi kaum musyrik berkata, “seandainya kami mengakui engkau sebagai rasul Allah, maka kami tidak akan memerangimu. Tulis “Perjanjian ini antara Muhammmad putra Abdullah!” Rasul pun berkata, “hapus kata Rasulullah dan ganti dengan Muhammad putra Abdillah!” Sayidina Ali dan sahabat-sahabatnya tidak ingin bertoleransi dalam hal ini, mereka enggan menghapusnya. Tetapi Nabi yang penuh dengan toleransi itu menghapus 7 kata demi kemaslahatan, demi perdamaian.
Dakwah Islam begitu mulia, kita diajarkan untuk tidak memaksa pemeluk agama lain untuk masuk Islam.
Mendakwahi orang kafir untuk masuk Islam, hukumnya fardhu kifayah, artinya jika sebagian sudah mendakwahi mereka maka yang lain gugur kewajibannya. Karena mendakwahi mereka berarti telah mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya. Hal ini bisa dilakukan dengan menjenguk mereka ketika sakit, sebagaimana pernah dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menjenguk anak kecil Yahudi untuk diajak masuk Islam. Akhirnya ia pun masuk Islam.
Dari Anas bin Malik –radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata,
كَانَ غُلاَمٌ يَهُودِىٌّ يَخْدُمُ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – فَمَرِضَ ، فَأَتَاهُ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَعُودُهُ ، فَقَعَدَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَقَالَ لَهُ « أَسْلِمْ » . فَنَظَرَ إِلَى أَبِيهِ وَهْوَ عِنْدَهُ فَقَالَ لَهُ أَطِعْ أَبَا الْقَاسِمِ – صلى الله عليه وسلم – . فَأَسْلَمَ ، فَخَرَجَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – وَهْوَ يَقُولُ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَنْقَذَهُ مِنَ النَّارِ
“Dulu pernah ada seorang anak kecil Yahudi yang mengabdi pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu suatu saat ia sakit. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas menjenguknya. Beliau duduk di dekat kepalanya, lalu beliau mengatakan, “Masuklah Islam.” Kemudian anak kecil itu melihat ayahnya yang berada di sisinya. Lalu ayahnya mengatakan, “Taatilah Abal Qosim (yaitu Rasulullah) –shallallahu ‘alaihi wa sallam-”. Akhirnya anak Yahudi tersebut masuk Islam. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar dari rumahnya dan berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan anak tersebut dari siksa neraka.” (HR. Bukhari no. 1356)
Walau boleh mendakwahi, namun haram memaksa orang Yahudi, Nashrani dan kafir lainnya untuk masuk Islam. Karena Allah Ta’ala berfirman,
لا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.” (QS. Al Baqarah: 256).
Ibnu Katsir menuturkan, “Janganlah memaksa seorang pun untuk masuk ke dalam Islam. Karena kebenaran Islam sudah begitu jelas dan gamblang. Oleh karenanya tidak perlu ada paksaan untuk memasuki Islam. Namun barangsiapa yang Allah beri hidayah untuk menerima Islam, hatinya semakin terbuka dan mendapatkan cahaya Islam, maka ia berarti telah memasuki Islam lewat petunjuk yang jelas. Akan tetapi, barangsiapa yang masih tetap Allah butakan hati, pendengaran dan penglihatannya, maka tidak perlu ia dipaksa-paksa untuk masuk Islam. Tidak ada manfaat jika masuk Islam dalam keadaan terpaksa. Para ulama telah menyebutkan bahwa sebab turunnya ayat ini adalah mengenai kaum Anshar. Namun maksud ayat ini adala umum.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 2: 250).
Cukup dengan sikap baik (ihsan) yang kita tunjukkan pada mereka membuat mereka tertarik pada Islam, tanpa harus memaksa.
وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَآمَنَ مَنْ فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا ۚ أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّىٰ يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ. وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تُؤْمِنَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ وَيَجْعَلُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ
“Dan jikalau Rabbmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya. Dan tidak ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya." (QS. Yunus : 99-100)
يقول تعالى « ولو شاء ربك » يا محمد لأذن لأهل الأرض كلهم في الإيمان بما جئتهم به فآمنوا كلهم ولكن له حكمة فيما يفعله تعالى كقوله تعالى « ولو شاء ربك لجعل الناس أمة واحدة ولا يزالون مختلفين إلا من رحم ربك ولذلك خلقهم وتمت كلمة ربك لأملأن جهنم من الجنة والناس أجمعين » وقال تعالى « أفلم ييأس الذين آمنوا أن لو يشاء الله لهدى الناس جميعا » ولهذا قال تعالى « أفأنت تكره الناس » أي تلزمهم وتلجئهم « حتى يكونوا مؤمنين » أي ليس ذلك عليك ولا إليك بل الله «يضل من يشاء ويهدي من يشاء فلا تذهب نفسك عليهم حسرات » « ليس عليك هداهم ولكن الله يهدي من يشاء » « لعلك باخع نفسك أن لا يكونوا مؤمنين » « إنك لا تهدي من أحببت » « فإنما عليك البلاغ وعلينا الحساب » « فذكر إنما أنت مذكر لست عليهم بمصيطر » إلى غير ذلك من الآيات الدالة على أن الله تعالى هو الفعال لما يريد الهادي من يشاء المضل لمن يشاء لعلمه وحكمته وعدله ولهذا قال تعالى « وما كان لنفس أن تؤمن إلا بإذن الله ويجعل الرجس » وهو الخبال والضلال « على الذين لا يعقلون » أي حجج الله وأدلته وهو العادل في كل ذلك في هداية من هدى وإضلال من ضل
Allah berfirman: walau syaa-a rabbuka (“Jikalau Rabbmu menghendaki,”) hai Muhammad! Niscaya Allah mengizinkan penduduk bumi semuanya untuk beriman kepada apa yang kamu bawa kepada mereka, lalu mereka beriman semuanya. Akan tetapi Allah mempunyai hikmah dalam apa yang dilakukan-Nya. Mahatinggi Allah.
Untuk itu, Allah Ta’ala berfirman: afa anta tukriHun naasa (“Maka apakah kamu [hendak] memaksa manusia.”) Maksudnya, kamu mewajibkan dan memaksa mereka. hattaa yakuunuu mu’miniin (“Supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?”) Maksudnya, hal itu bukan tugasmu dan tidak dibebankan atasmu, akan tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya, maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. ” (QS. Faathir: 8)
Dan lain sebagainya dari ayat-ayat yang menunjukkan, bahwa sesungguhnya Allah-lah Dzat yang melakukan apa yang Dia kehendaki, Yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, karena pengetahuan-Nya, hikmah-Nya dan keadilan-Nya. Maka dari itu Allah Ta’ala berfirman: wa maa kaana linafsin an tu’mina illaa bi-idznillaaHi waj’alur rijsa ‘alal ladziina ya’qiluun (“Dan tidak ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah, dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya,”) yaitu gila dan sesat, maksudnya terhadap hujjah-hujjah Allah dan dalil-dalil-Nya.
Allah adalah yang Maha Adil dalam segala sesuatu, dalam memberi petunjuk kepada siapa yang berhak ditunjuki dan menyesatkan siapa yang patut disesatkan. (Tafsir Ibnu Katsir QS. Yunus : 99-100).
Sementara dalam firman Allah Ta'ala surat Al-Baqarah ayat 256 menegaskan,
لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا
"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sungguh telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus…." (QS. al-Baqarah: 256)
Kita perhatikan potongan kalimat,
*‘Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)’*
Kemudian lanjutan penggalan kalimat,
*‘sungguh telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat.’*
Menurut al-Hafdiz Ibnu Katsir, kalimat yang kedua adalah penjelasan bagi kalimat yang pertama. Tidak ada paksaan untuk masuk agama islam, karena kebenaran dan kebatilan sudah sangat jelas, sehingga tidak perlu dipaksa untuk memasukinya.
Imam Ibnu Katsir mengatakan,
أي: لا تكرهوا أحدًا على الدخول في دين الإسلام فإنه بين واضح جلي دلائله وبراهينه لا يحتاج إلى أن يكره أحد على الدخول فيه، بل من هداه الله للإسلام وشرح صدره ونور بصيرته دخل فيه على بينة، ومن أعمى الله قلبه وختم على سمعه وبصره فإنه لا يفيده الدخول في الدين مكرها مقسورًا
"Maksudnya, jangan kalian paksa siapapun untuk masuk agama islam, karena kebenaran islam sudah sangat jelas, nampak, kelihatan, dan sangat terang bukti-buktinya, sehingga tidak butuh memaksa siapapun untuk memasukinya. Namun orang yang mendapat petunjuk dari Allah untuk masuk islam, Allah lapangkan dadanya, Allah beri cahaya ilmunya, maka dia akan masuk islam atas dasar telah mendapatkan penjelasan.
Sebaliknya, orang yang Allah butakan hatinya, Allah kunci mati pendengaran dan penglihatannya, maka tidak akan memberikan manfaat baginya ketika dia masuk islam dengan cara dipaksa." (Tafsir Ibnu Katsir, 1/682).
Selanjutnya, beberapa ulama ahli tafsir menyebutkan asbabun nuzul ayat ini. Diantaranya yang disebutkan al-Baghawi, sebuah riwayat dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma,
Ada wanita anshar yang selalu gagal untuk memiliki anak, mereka bernadzar. Jika ada terlahir anak yang bertahan hidup maka akan dimasukkan ke agama yahudi.
Ketika islam datang, ada beberapa anak keturunan orang anshar yang hidup bersama orang yahudi. Pada waktu pengusiran Bani Nadzir, ada beberapa anak keturunan anshar bersama Yahudi, hingga orang-orang anshar hendak memaksa untuk menarik mereka.
Kata orang yahudi, “Mereka ini anak-anak kami, kawan-kawan kami.”
Lalu Allah menurunkan ayat di atas. Kemudian Nabi ﷺ bersabda,
قد خيّر أَصْحَابَكُمْ فَإِنِ اخْتَارُوكُمْ فَهُمْ مِنْكُمْ وإن اختاروهم، فهم منهم
"Allah telah memberikan pilihan untuk keturunan kalian, jika mereka memilih kalian maka mereka bagian dari kalian. Namun jika mereka memilih yahudi, maka mereka bagian dari Yahudi." (Ma’alim at-Tanzil, Tafsir al-Baghawi, 1/313).
Ayat kebebasan beragama berlaku dalam kondisi normal dan damai. Sedangkan ayat perang berlaku dalam konteks mempertahankan aqidah umat dari mereka yang lebih dulu mengangkat senjata. Satu hal yang bikin repot itu kalau ayat perang justru sengaja dikoar-koarkan untuk dakwah dalam kondisi damai. Ini seperti memainkan musik rock di saat tetangga sedang tidur jam 2 pagi. Anda cari ribut namanya! Wallahu a'lam
Demikian Asimun Ibnu Mas'ud menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin
*والله الموفق الى أقوم الطريق*
Okay...
BalasHapusWhat I'm going to tell you might sound a little creepy, and maybe even kind of "supernatural"
WHAT if you could simply click "PLAY" to listen to a short, "magical tone"...
And suddenly bring MORE MONEY into your life?
What I'm talking about is BIG MONEY, even MILLIONS of DOLLARS!!
Think it's too EASY? Think it's IMPOSSIBLE??
Well then, I'll be the one to tell you the news..
Many times the largest blessings in life are the EASIEST!!
In fact, I will PROVE it to you by letting you listen to a real-life "miracle wealth building tone" I developed...
You simply click "PLAY" and watch how money starts piling up around you... starting pretty much right away...
CLICK here to experience the marvelous "Miracle Wealth Building Sound Frequency" as my gift to you!!