Rabu, 01 Mei 2019
MEWASPADAI KHAWARIJ GAYA BARU AL-QO'DIYAH/AL-QO'ADIYAH, PAHAM PEMBERONTAK
Berkata Al-‘Allamah ‘Ubaid Al-Jabiri rahimahullah,
إياك ثم إياك أن تغتر بصنيع هؤلاء القوم الذين يشهرون بالحكَّام على المنابر، وفي المحافل العامة ويصدعون بأخطائهم؛ فإن هذا من التحريض الذي هو منهج الخوارج القعدية.
مجموعة الرسائل م ١ ص (٢٤٢)
"Waspadalah engkau dan waspadalah dari tertipu dengan perbuatan mereka-mereka kaum yang mereka mengumbar (kekurangan) penguasa di atas mimbar-mimbar, dan di tempat-tempat umum. Dan mereka membuka kesalahan-kesalahan penguasa; karena ini sesungguhnya termasuk dari provokasi yang mana itu adalah manhaj (metode) kaum khawarij Al-Qa’diyah."
Di antara sekte-sekte al-khawarij ada sebuah kelompok yang dikenal dengan nama Al-Qa’diyah. Mereka adalah orang-orang yang keluar dari garis ketaatan (memberontak) kepada penguasa (muslim) dengan menggunakan lisan seraya menyembunyikan upaya pemberontakan bersenjata, namun mereka memprovokasi umat (untuk menentang) terhadap penguasanya.
Sekte Khawarij gaya baru Al-Qa’diyah di Indonesia dewasa ini telah muncul sejak zaman tabi’in, dengan tokohnya yang bernama ‘Imran bin Hiththan. Pada awalnya ‘Imran adalah seorang tokoh ahlus sunnah yang menikahi seorang wanita khawarij dengan maksud ingin mengembalikannya ke jalan yang benar. Namun yang terjadi selanjutnya justru ‘Imran yang terpengaruh dan malah menjadi pemuka kaum Khawarij.
Di antara ciri Al-Qa’diyah adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh Al Hafizh Ibnu Hajar –rahimahullah– dalam Hadyus Saari halaman 483:
والقَعَدية الذين يُزَيِّنون الخروجَ على الأئمة ولا يباشِرون ذلك
“Al-Qa’diyah adalah kelompok yang memprovokasi massa untuk memberontak penguasa sedang mereka tidak terlibat langsung dalam pemberontakan tersebut.”
As Sakhawi berkata dalam Fathul Mughits (1/332):
القعدية قوم الخوارج كانوا يقولون بقولهم ولا يرون بالخروج بل يدعون إلى آرائهم ويزينون مع ذلك الخروج ويحسنونه
“Al-Qa’diyah termasuk kaum khawarij yang bermain dengan kata-kata, dan tidak memandang perlu pemberontakan, akan tetapi, mereka mengajak manusia pada opini mereka dan menghasut (untuk memberontak).”
Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dalam Masail Ahmad hal. 271 dengan sanad shahih dari ‘Abdullah bin Muhammad Adh Dha’if bahwa beliau berkata: “Kelompok Al Qa’diyah ini merupakan sekte Khawarij yang paling berbahaya!”
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata tentang Imran bin Hiththon dalam Fathul Baari:
عمرَان بن حطَّان السدُوسِي الشَّاعِر الْمَشْهُور كَانَ يرى رَأْي الْخَوَارِج قَالَ أَبُو الْعَبَّاس الْمبرد كَانَ عمرَان رَأس القعدية من الصفرية وخطيبهم وشاعرهم انْتهى والقعدية قوم من الْخَوَارِج كَانُوا يَقُولُونَ بقَوْلهمْ وَلَا يرَوْنَ الْخُرُوج بل يزينونه وَكَانَ عمرَان دَاعِيَة إِلَى مذْهبه
“Imran bin Hiththon as-Sudusi, seorang penyair terkenal. Ia berfaham Khawarij. Abu Abbas al-Mubarrad berkata, ‘‘Imran bin Hiththon adalah pimpinan, penyair dan khathib al-Qa’diyah.’ Al-Qa’diyah adalah kelompok sempalan dari Khawârij yang berpandangan tidak perlu memberontak atas penguasa akan tetapi mereka hanya merangsang untuk memberontak. Imran adalah juru dakwah kepada mazhabnya”.
Pada peristiwa terbunuhnya ‘Ali bin Abi Talib -radhiyallaahu anhu- oleh Abdurrahman bin Muljam, Imran bin Hiththan memuji aksi Abdurrahman bin Muljam dengan melantunkan sebuah syair:
يا ضربة من تقي ما أراد بها
إلا ليبلغ من ذي العرش رضوانا
إني لأذكره حينا فأحسبه
أوفى البرية عند الله ميزانا
أكرم بقوم بطون الطير قبرهم
لم يخلطوا دينهم بغيا وعدوانا
“Wahai orang yang menebaskan pedangnya kepada orang yang bertakwa,
Tidaklah ia melakukannya melainkan untuk meraih ridha Sang Penguasa Arsy,
Sungguh aku mengenangnya sebagai orang yang paling berat timbangan kebaikannya di sisi Allah,
Betapa mulia sebuah kaum yang perut burung-burung menjadi kuburannya,
Agamanya tidak tercampur dengan kedengkian dan permusuhan.”
Pada masa sekarang ini sangat disayangkan ada pemuka umat islam atau jama’ah yang malah terang-terangan mempraktekkan warisan kaum khawarij diatas, sebagaimana ditunjukkan dalam kitab rujukan harakah mereka. Seringkali mereka menjustifikasi provokasi mereka dengan alasan bolehnya nasehat terang-terangan kepada penguasa. Padahal semua yang memperhatikan sepak terjang harakah itu tahu bahwa yang mereka lakukan adalah bukanlah nasehat, namun menjelek-jelekkan penguasa dengan memanfaatkan kelemahan pemerintah dalam mengurus kemashalatan seperti pembangunan infrastruktur jalan raya, jembatan, transportasi, pendirian rumah sakit, penetapan harga BBM, dan lain-lain. Bukan dalam rangka nasehat sama sekali. Karena tujuan awalnya jelas bahwa mereka ingin rakyat tidak percaya pada pemerintah, dan kemudian mengalihkan kepercayaaan rakyat pada harakah mereka.
Al-‘Allamah Ibnul Qayyim Al-Jauziyah menjelaskan: “Barangsiapa yang merenungkan tentang berlangsungnya fitnah-fitnah terhadap Islam, baik fitnah besar maupun kecil, niscaya ia akan mendapati bahwa fitnah-fitnah itu disebabkan karena hilangnya prinsip ini, dan tidak sabar dengan kemunkaran. Kemudian menuntut segera dihilangkannya kemunkaran itu. Akibatnya melahirkan kemunkaran yang lebih besar lagi!”
Oleh karena itu, mari kita memohon kepada Allah agar dijauhkan dari sikap tergesa-gesa yang bisa saja membawa kita menjadi orang-orang yang ekstrim seperti kaum Khawarij. Aamiin.
Demikian Asimun Ibnu Mas'ud menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin
*والله الموفق الى أقوم الطريق*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar