Kamis, 07 Maret 2019

KAJIAN TENTANG "2019 GANTI USTADZ DAN PENGAJIAN" YANG PROVOKATIF


Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengharapkan para pendakwah dalam menyampaikan dakwahnya tidak hanya menerangkan tapi mencerahkan dan tidak melakukan provokasi menghasut lewat dakwah.

"Dakwah yang mencerahkan lebih luas lagi konteksnya, tidak hanya menjelaskan, tapi mampu menjelaskan mengapa ada pandangan yang membolehkan dan mengapa ada pandangan yang tidak membolehkan. Masing-masing dijelaskan sehingga kemudian umat tercerahkan, arif dan tahu ada beragam pandangan di Islam terkait sebuah persoalan," kata Menag di Jakarta, hari Sabtu (16/1/2019).

Dakwah yang memprovokasi, kata Menag, adalah dakwah yang menyatakan pandangan - pandangannya saja yang paling benar, menjelek-jelekkan kelompok lain dan sejenisnya.

Menteri agama meminta umat Islam tidak terlalu mudah diprovokasi dengan tindakan-tindakan oknum tidak bertanggung jawab seperti sandal dengan Allah, kejadian terompet yang menggunakan cover Alquran dan lainnya.

"Inilah bentuk-bentuk dakwah yang harus kita hindari karena dakwah-dakwah seperti itulah yang menyebabkan Islam di Indonesia ini selalu disibukkan dengan hal-hal yang tidak produktif," kata Menag

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits:

فَإِنَّ الرِّفْقَ لَمْ يَكُنْ فِى شَىْءٍ قَطُّ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ نُزِعَ مِنْ شَىْءٍ قَطُّ إِلاَّ شَانَهُ

“Sesungguhnya lemah lembut tidaklah ada pada sesuatu kecuali akan menghiasinya, dan tidaklah dicabut dari sesuatu kecuali akan memperkeruhnya”(HR. Abu Dawud, sanad: shahih).

Hadits ini menjelaskan bahwa kelembutan akan menjadi penghias bagi sesuatu, sedangkan hilangnya kelembutan membuat suatu perkara menjadi tidak lagi indah. Di antara perkara yang membutuhkan kelembuatan adalah dakwah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah contoh terbaik dalam berdakwah, beliaulah manusia yang memiliki kelembutan kepada setiap orang yang didakwahinya. Hari ini banyak di antara manusia yang menolak dakwah Islam, salah satu sebabnya adalah hilangnya kelembutan dalam dakwah tersebut. Islam ibarat mutiara sedangkan kelembutan adalah bak bungkusnya. Ketika bungkusnya tak lagi indah dan kotor, maka jangan pernah berharap manusia mau membukanya. Membuka saja tidak, apalagi menerima mutiara yang ada di dalamnya. Seseorang ketika berdakwah hendaknya memperhatikan akhlak yang mulia ini, janganlah ia sampai gegabah dan bertindak kasar dalam dakwahnya. Allah Ta’ala telah menjelaskan tiga metode dasar dakwah yang salah satu diantaranya adalah dengan hikmah. Allah Ta’ala berfirman:

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. An Nahl : 125).

Dakwah merupakan amalan yang begitu mulia dan ia adalah jalan yang ditempuh oleh para Nabi dan Rasul. Inilah jalan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik” (QS.Yusuf : 108)

Jangan sampai dakwah yang mulia ini dikotori dengan kekerasan, ketergesa-gesaan yang akan berakibat penolakan atas sebuah kebenaran yang disampaikan.

Banyak hal dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dapat menjadi contoh bagaimana lembutnya beliau dalam berdakwah. Di antaranya adalah kisah seorang Arab Badui, yang datang dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ قَامَ أَعْرَابِيٌّ فَبَالَ فِي الْمَسْجِدِ فَتَنَاوَلَهُ النَّاسُ فَقَالَ لَهُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعُوهُ وَهَرِيقُوا عَلَى بَوْلِهِ سَجْلًا مِنْ مَاءٍ أَوْ ذَنُوبًا مِنْ مَاءٍ فَإِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِينَ وَلَمْ تُبْعَثُوا مُعَسِّرِينَ

“bahwa Abu Hurairah berkata, “Seorang ‘Arab badui berdiri dan kencing di masjid, lalu orang-orang ingin mengusirnya. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda kepada mereka: “Biarkanlah dia dan siramlah bekas kencingnya dengan setimba air, atau dengan seember air, sesungguhnya kalian diutus untuk memberi kemudahan dan tidak diutus untuk membuat kesulitan” (HR. Bukhari dan Muslim).

Lihatlah kelembutan beliau, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap membiarkan Arab Badui tersebut menyelesaikan hajatnya, kemudian barulah beliau menyuruh para sahabat radhiyallahu ‘anhum untuk membersihkan bekas air kencingnya. Kelembutan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ini bukan tanpa alasan, jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membiarkan orang-orang mengusirnya maka bisa jadi air kencing akan lebih banyak menyebar di lanatai masjid dan Nabi memberikan uzur kepada Arab Badui tadi dikarenakan ketidak tahuannya. Selain itu, agama ini datang dengan berbagai kemudahan bukan kesulitan.

Bagaimana dengan model dakwah talafi dewasa ini? Talafi adalah sekelompok orang-orang bergamis, berjenggot, bercelana cingkrang, tapi hobinya tukang ghibah; tukang merusak kehormatan orang atas nama “menjaga agama”, tukang merusak nama baik para da’i dan ulama atas nama “tahdzir”, tukang membid'ah-bid'ahkan kaum muslimin yang berbeda pendapat & ijtihad dengannya tanpa kaedah yang benar; tukang memvonis-vonis orang, tukang mencaci maki orang; gampang nyesat-nyesatin orang; tukang memecah belah dan merusak ukhuwah serta persatuan umat. Itulah Talafi. gaya berpenampilannya islami, tapi tabiatnya tabiat Yahudi. Umat islam diluar kelompoknya, yang tidak satu pengajian dengannya, dia anggap Ahli Bid'ah, Hizbiyyah, khawarij, Ahli Neraka, dll. Itulah Talafi. ciri mereka (baik ustadznya maupun para pengikutnya) gampang memvonis orang tanpa rasa bijak dan rahmat (kasih sayang).

Singkat kata, dakwah talafi itu adalah orang-orang yang terlihat nyunnah dalam berpenampilan, tapi tidak sesuai sunnah dalam ber-akhlaq dan berprilaku keseharian.

Sedangkan dakwah yang mengikuti ulama salafus shaleh adalah kaum asing di akhir zaman yang istiqomah menteladani Rasulullah dan Sahabat-Nya (menteladani Aqidahnya dan juga akhlaqnya). Jadi, Dakwah Salafiyah itu Aqidahnya Ahlus Sunnah; Ahkhlaqnya Akhlaqul Karimah. Cara dakwah dan prilakunya sesuai Sunnah. Saling menasehati dalam kebenaran, berlapang dada dalam perbedaan (furu’iyyah), murah senyum dan cinta kepada sesama ikhwan. Sedangkan dakwah ala talafi, rata-rata aqidahnya mirip khawarij. Ditambah akhlaqnya buruk dan suka memecah belah.

Singkatnya, 2019 tahun ini disamping sebagai tahun politik yang menjadi salah satu penyebab dakwah kaum talafi (dakwah provokatif) juga saatnya umat islam mengganti pengajian yang ustadznya suka menebar kebencian, cacian dan memecahbelah umat islam khususnya menuju dakwah yang lemah lembut, arif dan bijaksana sebagaimana yang diajarkan Rasulullah dan para sahabatnya.

Salah satu contoh pengajian yang harus diganti adalah ustadz (penceramah) pengajian yang pernah viral dalam pemberitaan yang menyebut adanya pembubaran pengajian Khalid Basalamah di Sidoarjo diklarfikasi oleh Gerakan Pemuda Ansor Sidoarjo. Menurut Ketua GP Ansor Sidorja Riza Ali Faizin, pihaknya tak pernah membubarkan pengajian yang berlokasi di Masjid Shalahuddin Perum Puri Surya Jaya itu. Yang dilakukan ialah meminta pencermahanya, Khalid Basalamah, diganti dengan yang lain.

Permintaan untuk mengganti penceramah menurut Riza karena pada saat melakukan ceramah, Khalid Basalamah sering menjelek-jelekan umat Islam yang lain. Tak hanya itu, ia juga memprovokasi sesama umat dan rentan menimbulkan konflik.

Seperti diberitakan islamindonesia.id September silam, kedatangan Khalid Basalamah juga pernah ditolak oleh masyarakat Gresik. Tokoh yang kerap tampil ceramah di media-media seperti YufidTV, Radio Rodja, dan WesalTV itu juga dipersoalkan oleh GP Ansor Kabupaten Gresik karena isi ceramahnya diketahui sarat nada kebencian dan memecah-belah kerukunan umat.

Tak hanya di Gresik, penolakan serupa terhadap Khalid Basalamah, juga dilakukan GP Ansor dan Banser Kabupaten Lamongan. Mereka bersikeras menolak kedatangan Khalid Basalamah yang rencananya akan memberikan ceramah di Lamongan.

Alasannya, isi ceramah Khalid dinilai sangat berbahaya, provokatif, mengadu domba umat, bahkan merongrong NKRI. Jadi bukan saja merusak ukhuwah umat beragama, tetapi juga menjadi ancaman serius bagi kelangsungan NKRI. Sudah saatnya 2019 ganti dan jauhi pengajian yang provokatif. Wallahu a'lam

Demikian Asimun Ibnu Mas'ud menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar