Minggu, 02 November 2025

KAJIAN TENTANG KITAB KUMPULAN KISAH DONGENG PALING ANEH DI LUAR NALAR



Terdapat sebuah hadits, dari Aisyah radhiallahu ‘anha, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أتدرون ما خرافةُ ؟ إنَّ خُرافةَ كان رجلًا من عذرةٍ أسرَتْه الجنُّ في الجاهليةِ ، فمكث فيهم دهرًا ، ثم ردُّوه إلى الإنسِ ، فكان يُحدِّثُ الناسَ بما رأى فيهم من الأعاجيبِ ، فقال الناسُ : حديثُ خُرافَةَ

“Apakah kalian tahu kisah tentang khurafah? Sesungguhnya khurafah adalah seorang lelaki dari Bani Udzrah, yang disenangi oleh kaum jin di masa Jahiliyah. Khurafah tinggal bersama para jin beberapa waktu. Kemudian para jin mengembalikannya ke tengah manusia. Kemudian si Khurafah ini menceritakan kisah-kisah ajaib yang ia lihat. Maka setelah itu, manusia punya istilah baru yaitu: cerita khurafah.” (HR. Ahmad no. 25283).

Dongeng khurafat adalah cerita-cerita fiktif yang tidak masuk akal dan dibumbui kebohongan, yang kemudian diyakini sebagai kebenaran oleh masyarakat. Khurafat sering kali berupa mitos, legenda, takhayul, atau cerita yang tidak memiliki dasar logika maupun ilmiah. Dalam Islam, mempercayai atau melakukan hal yang bersifat khurafat dianggap sebagai tindakan yang menyimpang dari ajaran agama. 

Termasuk kisah-kisah yang tidak masuk akal adalah kisah yang terdapat dalam kitab Tadzkirun Nas karya Habib Ahmad bin Hasan Al-Atthas diantaranya berikut ini, 

وجرى ذكر سيدي الحبيب الإمام الحسن ابن صالح البحر، فـى مجلس حضرة سيدي الحبيب علي بن محمد الحبشي، وسيدي الحبيب أحمد بن حسن العطاس، فقال سيدي الحبيب علي: أرأيت الأخ علي بن سالم بن شيخ أبي بكر بن سالم؟ فقال لي إن فوق العرش رتبه، يترا أها أهل العرش، كما يترأ أى النجوم أهل الدنيا، فسئلتُ أن هذه الراتبة؟ فقيل لي هذه راتبة حسن بن صالح البحر.  

قال سيدي: وأخبرت الحبيب ابا بكر بن عبد الله العطاس، برئيا رأيتها للحبيب حسن بن صالح، وأنه البسني خوذته واجازني، فقال للحبيب أبو بكر حقى ما لاحد فيه شيى، ثم قال لو سلك الفقيه المقدم والعلويون صعيدا, وسلك الحبيب حسن صعيدا أخر لسلكت  مع الحبيب حسن.

قال سيدي: ولما خرج الحبيب أحمد بن محمد المحضر، من دوعن لزيارة تريم وعينات, ووادى بن راشد بات ليلة بذى اصبح عند السادة أل البحر, فاشتدة الحمى بأبن محمد حتى غاب عن احساسه, فأشفق عليه والده منها, فخرج ليلاً الى ضري الحبيب حسن بن صالح، وكان شيخ فتحه ووقف تجاهه وقال وعزة المعبود إن لم تذهب الحمى من ولدى محمد لاصبح فى خشامر, عند بن على جابر فلما كان أخر الليل عرق ابنه محمد, وخرجت منه الحمى وطلب الاكل, واصبح كأنما نشط من عقال, وسرحوا من يومهم.

 وقال الحبيب احمد بن محمدالمخضار لما نزلنا المخا باليمن صحبت الحبيب عبد الله بن عمر بن يحيى, دخلنا الى ضريح الشيخ علي بن عمر الشاذلي، فدخل علينا الشرف امير المخا، وكان فى عقيدته شيئ، فلما رأينا حول الضريح، قال: من هؤلاء الَّذين يتشبهون بعبادة الاصنام والاوثان, فرفعت رأسي، وقلت له: نحن نوحد الله ونعبده، ولا نشرك به شيئًا، وندعوا لهؤلاء الأموات، وتستغفر الله لنا ولهم، فقال لنا: من أنتم؟ فقلت: من السادة العلويين أهل حضرموت.  

Dan nama Habib Al-Imam Al-Hasan bin Shalih Al-Bahar disebut-sebut dalam sebuah majelis yang dihadiri oleh Sayyidi Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi dan Sayyidi Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas.

Sayyidi Al-Habib Ali berkata: "Apa pendapatmu tentang saudara kita Ali bin Salim bin Syekh Abi Bakar bin Salim?"

Lalu dia mengatakan bahwa Habib Ali bin Salim berkata kepadaku: "Di atas Arsy ada sebuah kedudukan yang diimpikan oleh penduduk Arsy, sebagaimana bintang-bintang diimpikan oleh penduduk dunia."

Aku bertanya kepadanya: "Kedudukan apakah itu?"

Dia menjawab: "Kedudukan Hasan bin Shalih Al-Bahar."

Sayyidi (Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi) juga mengatakan bahwa Al-Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Attas mengabarkan kepadanya bahwa beliau bermimpi melihat Habib Hasan bin Shalih, dan Habib Hasan memberinya sorbannya dan memberikannya izin.

Habib Abu Bakar berkata: "Hak saya tidak ada seorang pun yang memiliki andil di dalamnya."

Lalu dia berkata: "Jika Al-Faqih Al-Muqaddam dan para Alawiyyin mengambil jalan tertentu, dan Habib Hasan mengambil jalan lain, maka saya akan memilih jalan Habib Hasan."

Sayyidi (Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi) berkata: Ketika Habib Ahmad bin Muhammad Al-Muhdhar keluar dari Dau`an untuk berziarah ke Tarim dan 'Inat, serta Wadi Bin Rashid, dia singgah semalam di rumah keluarga Al-Bahar.

Anaknya, Muhammad, terkena demam tinggi hingga tidak sadarkan diri.

Ayahnya merasa khawatir dan keluar pada malam hari menuju makam Habib Hasan bin Shalih, yang merupakan guru spiritualnya.

Dia berdiri di depan makam dan berkata: "Demi keagungan Allah, jika demam tidak hilang dari anakku, Muhammad maka aku tidak akan beranjak sampai pagi di Khasyamir."

Pada akhir malam, anaknya berkeringat dan demamnya hilang.

Dia meminta makanan dan bangun pagi-pagi dengan keadaan segar seperti terlepas dari ikatan.

Mereka kemudian berangkat dari tempat itu pada hari yang sama.

Habib Ahmad bin Muhammad Al-Mukhdhar mengatakan: "Ketika kami tiba di Mocha, Yaman, aku ditemani oleh Habib Abdullah bin Umar bin Yahya.

Kami mengunjungi makam Syaikh Ali bin Umar Al-Syadzili, dan Amir Mocha datang menemui kami.

Dia memiliki pandangan yang tidak baik tentang kami.

Ketika kami melihat sekitar makam, dia berkata: "Siapa mereka ini yang menyerupai penyembah berhala?"

Aku mengangkat kepalaku dan berkata kepadanya: "Kami adalah orang-orang yang mentauhidkan Allah dan menyembah-Nya, tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun.

Kami berdoa kepada Allah dan memohon ampunan-Nya untuk kami dan mereka (para wali yang dimakamkan di sana)."

Dia bertanya kepada kami: "Siapa kalian?"

Aku menjawab: "Kami adalah keturunan para sayyid Alawiyyin dari Hadramaut." (Tadzkir An-Nas, Al-Atthas Ahmad bin Hasan Al-Atthas, Zawiyah Al-'Idrus Al-Ilmiyah, hal.219-220).

ونذكر هنا فى مناسبة كلام سيدى في الرؤيا شيئا يسيرا مما ةجدنا في مجموعمن مرائيه التى هي عين الكشف, ولا تحصر لكثرتها بحسب المائة وألف وغالب الظن فيه,أنه كان يورى فيها بقوله رأيت كذا مقتديا بشيخه الحبيب صالح, إذ الرؤيا تقع بعين البصر وبعين البصيرة, والله أعلم بسريرته فنقول.

قال رضي الله عنه رأيت النبي صلى الله عليه وسلم فقلت له هل أنت راض يخرج سيدنا أحمد بن عيسى الى حضرموت, فقال انا افرح بكل ما يفرح به أحمد.  

ورأيت مرة ازواجه صلى الله عليه وسلم ورضي الله عنهن مجتمعات فى مكان واردت ان ادخل انا ورجل كان معي فى الرؤيا يعني من غير اهل البيت, فقالت سيدتنا خديجة اما انت فادخل واما هذا الذي معك فليجلس من تحت لاننا نستحيه, فدخلت انا فرأيتها في صدر المجلس متقدمة على أزواجه صلى الله عليه وسلم ورضي عنهن  

ورأيت كان القيامة قامت والناس في ارض واسعة القضاء ورأيت السيدة فاطمة الزهراء واولادها كلهم يتبعونها وهم قليل بالنسبة إلى اهل الموقف, واهل الموقف بعيدون عنا ولا اسمع الا ضوضاء الناس فمضت بهم حتى أتت الى باب من ابواب الجنة, فاستفتحت فلم يفتحوا لها الا من باب أخر عن يمين الباب الاصلى فى عرض الجدار, فدخلت فدخل أولادها كلهم, ثم رايت خزانة الجنة جالسين على محل مسطح فوق قوائم الابواب واعتابها العلياء, ثم قالت السيدة فاطمة لاولادها من منكم يريد يخرج بعين أبي فى الشفاعة, فخرج منهم جماعة.

Dan disini kami akan menyebutkan beberapa contoh mimpi yang dilihat oleh Sayyidi (Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi)

dalam tidurnya, yang merupakan bagian dari pengalaman spiritualnya yang tidak dapat dihitung banyaknya.

Kemungkinan besar, apa yang dilihatnya dalam mimpi itu adalah petunjuk dari Allah, seperti yang dilakukan oleh gurunya, Al-Habib Shalih.

Mimpi dapat terjadi dengan mata kepala atau dengan mata hati.

Wallahu a'lam bis sirrihi (Allah yang lebih tahu tentang rahasia hati).

Kami katakan: Beliau (Sayyidi) berkata: "Aku melihat Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dan aku bertanya kepadanya: 'Apakah engkau ridha jika Sayyidina Ahmad bin Isa pergi ke Hadramaut?'

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: 'Aku senang dengan apa yang membuat Ahmad (bin Isa) senang.'"

Beliau juga berkata: "Aku melihat istri-istri Nabi SShallallahu 'alaihi wa sallam, semoga Allah meridhoi mereka, berkumpul di suatu tempat.

Aku ingin masuk bersama seorang laki-laki yang bersama dengan aku dalam mimpi itu (yang bukan dari ahlul bait).

Sayyidah Khadijah berkata: 'Engkau boleh masuk, tapi orang yang bersama denganmu harus duduk di bawah karena kami malu kepadanya.'

Aku masuk dan melihat Sayyidah Khadijah duduk di depan majelis, lebih dulu daripada istri-istri Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang lain."

Beliau juga berkata: "Aku melihat kiamat telah terjadi dan manusia berada di padang Mahsyar yang luas.

Aku melihat Sayyidah Fatimah Az-Zahra dan anak-anaknya berjalan di belakangnya, meskipun mereka sedikit dibandingkan dengan jumlah manusia lainnya di padang Mahsyar.

Aku tidak mendengar apa-apa kecuali suara hiruk pikuk manusia.

Sayyidah Fatimah berjalan dengan anak-anaknya hingga tiba di pintu surga.

Pintu itu tidak dibuka untuknya kecuali dari pintu lain yang ada di sebelah kanan pintu utama, di dinding sebelah luar.

Lalu Sayyidah Fatimah dan anak-anaknya masuk ke dalam surga.

Aku melihat malaikat penjaga surga duduk di atas tempat yang tinggi di atas pintu-pintu surga.

Sayyidah Fatimah berkata kepada anak-anaknya: 'Siapa di antara kalian yang ingin keluar untuk memberi syafaat dengan izin ayah mereka?'

Lalu keluarlah sekelompok dari mereka (dzurriyahnya)." (Tadzkir An-Nas, Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Atthas, Zawiyah Al-'Idrus Al-Ilmiyah, hal.222-223). Wallahu a'lam 

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Sabtu, 01 November 2025

KAJIAN TENTANG TABIAT DAN KARAKTERISTIK PENDUDUK YAMAN



Yaman adalah salah satu negeri yang memiliki tempat istimewa dalam sejarah Islam. Sebagai bagian dari Jazirah Arab, Yaman memiliki keutamaan tersendiri yang disebutkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai negeri yang diberkahi karena doa nabi dalam beberapa hadits. Keutamaan ini meliputi kekuatan iman penduduknya, keberkahan tanahnya, dan peran pentingnya dalam perkembangan Islam. 

Namun demikian ulama mencatat tentang sejarah karakteristik dan tabiat penduduk yaman yang sesungguhnya belum banyak diketahui oleh umat islam sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-Ustadz Sa'id 'Awadh Bawazir dalam kitab karyanya Ma'alim Tarikh Al-Jazirah Al-Arabiyah sebagai berikut, 

الإمام الأول في اليمن :

في سنة 280 هـ جاء إلى اليمن السيد يحيى بن الحسين بن القاسم بن إبراهيم بن إسماعيل بن إبراهيم بن الحسن بن الحسن بن علي بن أبي طالب، ويقول المؤرخ اليمني القاضي محمد أحمد الحجري بأن طائفة من رؤساء حَولان أهل صعدة لما اضطربت الأحوال في اليمن في أواخر القرن الثالث الهجري ذهبت إلى جبل الرّش شرق مدينة الرسول عليه السلام وأخرجوا السيد يحيى بن الحسين، فوصل إلى صعدة سنة 280 هـ وبايعوه بالإمامة، واستولى على بلاد همدان وصنعاء وما إليها، ووصل إلى منكث قرية في بلاد ترِيم، وعمّر فيها مسجده المشهور ثم عاد إلى صعدة وبها توفي سنة 298 هـ.  

وقد جرت بينه وبين عمال بني العباس حروب ووقائع، وهو الإمام الأول في اليمن وتسمى الإمام الهادي إلى الحق، وكانت وفاته فيها، يروى بعض المؤرخين أنه توفي بالسم ليلة الأحد لعشر بقين من ذي الحجة سنة 298 هـ ودُفن بمشهد المعروف بصعدة.  

تتابع الأئمة :

ثم تتابع الأئمة الزيدية على حكم اليمن، ولم يكونوا دائماً من سلالة واحدة، بل كانت الإمامة في من تتوفر لديه القوة حسنيّاً كان أو حسينيّاً، على أن الإمامة في اليمن كانت دائماً في جزر ومد قتارة ، يعم نفوذ الأئمة جميع البلاد اليمنية، وتنحصر تارة سلطتهم في الجبال وأخرى في صعده، ويضعف أحياناً نفوذهم ويتقلص وقد يؤول أمر بعضهم إلى القتل أو الأسر، وقد تتعارض سلطة إمامين في وقت واحد، فيحكم السيف بينهما، وهم مع كل هذا واثقون من حقهم في الإمامة دائبون فى الحصول عليها جادون فى محاربه كل من نازعهم فيها من ملوك اليمن المتغلبين. 

ولم تستقر الأحوال في اليمن نهائياً إلا بعد جلاء الأتراك عنها بعد الحرب العالمية الأولى سنة 1336 هـ = 1918 م، حيث دانت جميع البلاد اليمنية للإمام يحيى بن حميد الدين ما عدا المقاطعات الجنوبية، وأصبحت اليمن ذات كيان سياسي معترف به في دول العالم.  

سيرة الأئمة :

ذكر القاضي محمد الحجري نقلاً عن الإسلام والحضارة العربية لمحمد كرد علي، بعضا من سيرة الائمة في اليمن كما وضعها  إبن فضل الله.

*Imam Pertama di Yaman*

Pada tahun 280 H, seorang sayyid bernama Yahya bin Al-Husain bin Al-Qasim bin Ibrahim bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Hasan bin Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib datang ke Yaman.

Menurut sejarawan Yaman, Al-Qadhi Muhammad Ahmad Al-Hajari, ketika keadaan di Yaman kacau pada akhir abad ke-3 H, sekelompok pemimpin Hauwan dari penduduk Sa'dah pergi ke Jabal Ar-Rasyid di sebelah timur kota Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan meminta Sayyid Yahya bin Al-Husain untuk menjadi imam mereka.

Sayyid Yahya tiba di Sa'dah pada tahun 280 H dan dibaiat sebagai imam.

Dia kemudian menaklukkan wilayah Hamdan, Sana'a, dan sekitarnya.

Dia juga mencapai Munkats, sebuah desa di wilayah Tarim, dan membangun masjid yang terkenal di sana sebelum kembali ke Sa'dah, tempat dia meninggal pada tahun 298 H.

Sayyid Yahya dikenal sebagai Imam Al-Hadi Ila Al-Haq dan memiliki banyak pertempuran dengan gubernur Bani Abbas.

Dia meninggal di Sa'dah dan dimakamkan di Mashhad yang terkenal di sana.

*Keturunan Para Imam*

Setelah Sayyid Yahya, para imam Zaidiyah terus memerintah Yaman, tetapi tidak selalu dari satu garis keturunan.

Kemudian, para imam Zaidiyah terus memerintah Yaman, tetapi mereka tidak selalu berasal dari satu garis keturunan.

Imamah di Yaman dipegang oleh siapa saja yang memiliki kekuatan, baik dari kalangan keturunan Al-Hasan maupun Al-Husain.

Kekuasaan imam di Yaman selalu mengalami pasang surut.

Ada kalanya pengaruh mereka meliputi seluruh wilayah Yaman, tetapi ada kalanya kekuasaan mereka terbatas pada wilayah pegunungan atau kota Sa'dah.

Terkadang pengaruh mereka melemah dan menyempit, bahkan sebagian dari mereka berakhir dengan terbunuh atau ditangkap.

Bisa juga terjadi konflik antara dua imam pada saat yang sama, sehingga pedang yang menentukan antara keduanya.

Namun, meskipun demikian, mereka sangat yakin akan hak mereka dalam imamah dan terus berjuang untuk mendapatkannya.

Mereka sangat serius dalam memerangi siapa saja yang menentang mereka dari kalangan penguasa Yaman yang ingin merebut kekuasaan.

Dan keadaan di Yaman tidak stabil secara total hingga setelah Turki keluar dari Yaman setelah Perang Dunia I pada tahun 1336 H = 1918 M.

Setelah itu, seluruh wilayah Yaman tunduk pada Imam Yahya bin Hamiduddin, kecuali distrik-distrik di bagian selatan.

Yaman kemudian menjadi negara dengan kedaulatan politik yang diakui oleh negara-negara di dunia.

*Sirah Para Imam*

Al-Qadhi Muhammad Al-Hajari menyebutkan beberapa riwayat tentang sejarah para imam di Yaman berdasarkan kitab "Al-Islam wa Al-Hadhara Al-Arabiyah" karya Muhammad Kurd Ali dan catatan Ibnu Fadlallah." (Ma'alim Tarikh Al-Jazirah Al-Arabiyah, Ustadz Sa'id 'Awadh Bawazir, Dar Al-Kitab Al-Arabiyah Bi Mishr, hal.197-198)

كما وضعها ابن فضل الله فقال: وهذا الامام وكل من كان قبله على طريقة ما عدوها لاكبر فى صدورها ولا شم فى عرانيتها وهم على مسكة من التقوى وتردبشعار الزهد يجلس فى ندى قومه كواحدٍ منهم، ويتحدث إليهم، ويحكم بينهم سواءً عنده القوي والضعيف، وربما اشترى سلعته بيده، ومشى بها في أسواق المدينة، لا يغلظ الحجاب، ولا يكل الأمور إلى الوزراء، والحجاب يأخذ من بيت المال قدر بلغته من غير توسعٍ، ولا تكثر، مع عدل شامل وفضل كامل، يعود المرضى، ويصلى بالناس، ويشيع الجنائز، وهو كواحد من شيعته في مأكله ومشربه وملبسه وركوبه وعامة أموره.  

الفتن والحروب : 

كانت اليمن في تاريخها الإسلامي ميدانا للفتن والحروب الداخلية، لا يسكن فيه غبار، ولا تخمد له نار، وقد تطرأ حالات نادرة يسود فيها السِّلم والسكينة، ولكن الفتن والحروب تكاد تكون حالة مستمرة في البلاد الجبلية التي دعاها الرومانيون «البلاد السعيدة».  

وكيف يثبت فيها ملكٌ أو يدوم نظامٌ، وكيف تضمن سبل الفلاح والعمران إذا كان يحق لكل من كان شجاعاً طموحاً، وكانت له بعض السيادة في عشيرته أن يخرج شاهراً سيفه، داعياً إلى مذهبه، طالباً للملك.  

فكلما ضعف موقف أحد الأئمة أو بدأ وهنٌ في حكم أحد الملوك، اتسع المجال لغيره من الملوك الطامحين، فتشب نار الفتنة، وتدق طبول الحرب، ويحنق دخان الفوضى، روح الأمن والعدل والنظام.  

ومن المعلوم أن هذه الفوضى وعدم الاستقرار السياسي إذا مُنيت به أمة يكون حائلاً دون ازدهارها الاقتصادي والاجتماعي؛ فلم يفكر أحد من ذوي السلطة في هذا التاريخ الطويل أن يحارب الجهل في البلاد، أو يقر الأمن والعدل والنظام، أو ينعش الحياة الاقتصادية، أو يأخذ في أسباب العمران، بل كان همهم جمع الأموال وتحصيل الزكوات وخِيانة الخراج، وتجنيد الجنود، والتفكير في أسباب التغلب والسيطرة.  

على أن التاريخ تحدث عن عددٍ من علماء الدين واللغة والأدب في فتراتٍ متقطعة من عهود التاريخ اليمنية، وكان لبعض الملوك آثارٌ عمرانية كانت تُنسب لبني رسولٍ من بنايةالمساجد والقلاع والحصون في تعزّ وغيرها، ولكن هذا لا يصح أن يُؤخذ مقياساً للحالة الثقافية والعمرانية في تلك العصور، فهناك أسباب اوخت بتلك الحالات التي تكاد تكون خاصة.  

Seperti yang dikatakan Ibnu Fadlallah:

"Imam ini dan semua imam sebelum beliau memiliki metode yang sama, yaitu memiliki hati yang bersih dan akhlak yang mulia, serta hidup dengan zuhud.

Mereka duduk bersama kaumnya seperti salah satu dari mereka, berbicara dengan mereka, dan memutuskan perkara di antara mereka dengan adil.

Bagi mereka, orang kuat dan lemah adalah sama.

Kadang-kadang mereka membeli barang dagangan sendiri dan membawanya ke pasar tanpa menghalangi orang lain.

Mereka tidak menyerahkan urusan kepada para menteri, dan para menteri hanya mengambil bagian dari Baitul Mal sesuai dengan kebutuhan mereka tanpa berlebihan.

Mereka adalah orang-orang yang adil dan memiliki kelebihan, mengunjungi orang sakit, shalat bersama masyarakat, dan mengantar jenazah.

Mereka hidup seperti rakyat biasa dalam hal makanan, minuman, pakaian, dan kendaraan, serta dalam urusan lainnya."

*Fitnah dan Peperangan*

Yaman dalam sejarah Islam adalah medan fitnah dan peperangan internal yang tidak pernah berhenti.

Hampir tidak ada ketenangan dan keamanan di sana.

Kasus-kasus keamanan dan kedamaian sangat jarang terjadi.

Namun, fitnah dan peperangan hampir menjadi hal yang biasa di negara pegunungan yang disebut "Negara yang Bahagia" oleh bangsa Romawi.

Bagaimana mungkin kekuasaan bisa stabil dan sistem pemerintahan bisa berjalan lama di sana?

Bagaimana mungkin keamanan, keadilan, dan ketertiban bisa dijamin jika setiap orang yang memiliki keberanian dan ambisi bisa keluar dengan pedang terhunus, menyerukan madzhabnya, dan menuntut kekuasaan?

Setiap kali posisi seorang imam melemah atau pemerintahan seorang raja mulai lemah, maka kesempatan bagi raja-raja lain yang berambisi akan terbuka lebar.

Api fitnah pun berkobar, genderang perang pun ditabuh, dan asap kekacauan pun mengepul.

Hal ini akan menghancurkan semangat keamanan, keadilan, dan ketertiban.

Dan sudah menjadi pengetahuan umum bahwa kekacauan dan ketidakstabilan politik dapat menjadi hambatan bagi kemajuan suatu bangsa dalam bidang ekonomi dan sosial.

Sayangnya, tidak ada yang berpikir untuk memerangi kebodohan, menegakkan keamanan, keadilan, dan ketertiban, atau memajukan perekonomian dan pembangunan.

Yang menjadi prioritas mereka adalah mengumpulkan harta, memungut zakat, dan menipu dalam urusan pajak, serta merekrut tentara dan memikirkan cara untuk mengalahkan dan menguasai orang lain.

Namun, sejarah mencatat beberapa ulama, ahli bahasa, dan sastrawan yang hidup pada masa-masa tertentu dalam sejarah Yaman.

Beberapa raja juga memiliki karya arsitektur yang luar biasa, seperti pembangunan masjid, kastil, dan benteng di Taiz dan tempat-tempat lain.

Namun, hal ini tidak dapat dijadikan sebagai ukuran untuk menilai keadaan budaya dan peradaban pada masa-masa tersebut.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kasus-kasus seperti ini sangat jarang terjadi." (Ma'alim Tarikh Al-Jazirah Al-Arabiyah, Ustadz Sa'id 'Awadh Bawazir, Dar Al-Kitab Al-Arabiyah Bi Mishr, hal.199-200)

Kajian ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang keutamaan negeri Yaman sekaligus menyampaikan tentang bagaimana memahami tabiat dan karakteristik penduduknya sebagai bahan renungan. Wallahu a'lam 

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*