Terdapat sebuah hadits, dari Aisyah radhiallahu ‘anha, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أتدرون ما خرافةُ ؟ إنَّ خُرافةَ كان رجلًا من عذرةٍ أسرَتْه الجنُّ في الجاهليةِ ، فمكث فيهم دهرًا ، ثم ردُّوه إلى الإنسِ ، فكان يُحدِّثُ الناسَ بما رأى فيهم من الأعاجيبِ ، فقال الناسُ : حديثُ خُرافَةَ
“Apakah kalian tahu kisah tentang khurafah? Sesungguhnya khurafah adalah seorang lelaki dari Bani Udzrah, yang disenangi oleh kaum jin di masa Jahiliyah. Khurafah tinggal bersama para jin beberapa waktu. Kemudian para jin mengembalikannya ke tengah manusia. Kemudian si Khurafah ini menceritakan kisah-kisah ajaib yang ia lihat. Maka setelah itu, manusia punya istilah baru yaitu: cerita khurafah.” (HR. Ahmad no. 25283).
Dongeng khurafat adalah cerita-cerita fiktif yang tidak masuk akal dan dibumbui kebohongan, yang kemudian diyakini sebagai kebenaran oleh masyarakat. Khurafat sering kali berupa mitos, legenda, takhayul, atau cerita yang tidak memiliki dasar logika maupun ilmiah. Dalam Islam, mempercayai atau melakukan hal yang bersifat khurafat dianggap sebagai tindakan yang menyimpang dari ajaran agama.
Termasuk kisah-kisah yang tidak masuk akal adalah kisah yang terdapat dalam kitab Tadzkirun Nas karya Habib Ahmad bin Hasan Al-Atthas diantaranya berikut ini,
وجرى ذكر سيدي الحبيب الإمام الحسن ابن صالح البحر، فـى مجلس حضرة سيدي الحبيب علي بن محمد الحبشي، وسيدي الحبيب أحمد بن حسن العطاس، فقال سيدي الحبيب علي: أرأيت الأخ علي بن سالم بن شيخ أبي بكر بن سالم؟ فقال لي إن فوق العرش رتبه، يترا أها أهل العرش، كما يترأ أى النجوم أهل الدنيا، فسئلتُ أن هذه الراتبة؟ فقيل لي هذه راتبة حسن بن صالح البحر.
قال سيدي: وأخبرت الحبيب ابا بكر بن عبد الله العطاس، برئيا رأيتها للحبيب حسن بن صالح، وأنه البسني خوذته واجازني، فقال للحبيب أبو بكر حقى ما لاحد فيه شيى، ثم قال لو سلك الفقيه المقدم والعلويون صعيدا, وسلك الحبيب حسن صعيدا أخر لسلكت مع الحبيب حسن.
قال سيدي: ولما خرج الحبيب أحمد بن محمد المحضر، من دوعن لزيارة تريم وعينات, ووادى بن راشد بات ليلة بذى اصبح عند السادة أل البحر, فاشتدة الحمى بأبن محمد حتى غاب عن احساسه, فأشفق عليه والده منها, فخرج ليلاً الى ضري الحبيب حسن بن صالح، وكان شيخ فتحه ووقف تجاهه وقال وعزة المعبود إن لم تذهب الحمى من ولدى محمد لاصبح فى خشامر, عند بن على جابر فلما كان أخر الليل عرق ابنه محمد, وخرجت منه الحمى وطلب الاكل, واصبح كأنما نشط من عقال, وسرحوا من يومهم.
وقال الحبيب احمد بن محمدالمخضار لما نزلنا المخا باليمن صحبت الحبيب عبد الله بن عمر بن يحيى, دخلنا الى ضريح الشيخ علي بن عمر الشاذلي، فدخل علينا الشرف امير المخا، وكان فى عقيدته شيئ، فلما رأينا حول الضريح، قال: من هؤلاء الَّذين يتشبهون بعبادة الاصنام والاوثان, فرفعت رأسي، وقلت له: نحن نوحد الله ونعبده، ولا نشرك به شيئًا، وندعوا لهؤلاء الأموات، وتستغفر الله لنا ولهم، فقال لنا: من أنتم؟ فقلت: من السادة العلويين أهل حضرموت.
Dan nama Habib Al-Imam Al-Hasan bin Shalih Al-Bahar disebut-sebut dalam sebuah majelis yang dihadiri oleh Sayyidi Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi dan Sayyidi Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas.
Sayyidi Al-Habib Ali berkata: "Apa pendapatmu tentang saudara kita Ali bin Salim bin Syekh Abi Bakar bin Salim?"
Lalu dia mengatakan bahwa Habib Ali bin Salim berkata kepadaku: "Di atas Arsy ada sebuah kedudukan yang diimpikan oleh penduduk Arsy, sebagaimana bintang-bintang diimpikan oleh penduduk dunia."
Aku bertanya kepadanya: "Kedudukan apakah itu?"
Dia menjawab: "Kedudukan Hasan bin Shalih Al-Bahar."
Sayyidi (Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi) juga mengatakan bahwa Al-Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Attas mengabarkan kepadanya bahwa beliau bermimpi melihat Habib Hasan bin Shalih, dan Habib Hasan memberinya sorbannya dan memberikannya izin.
Habib Abu Bakar berkata: "Hak saya tidak ada seorang pun yang memiliki andil di dalamnya."
Lalu dia berkata: "Jika Al-Faqih Al-Muqaddam dan para Alawiyyin mengambil jalan tertentu, dan Habib Hasan mengambil jalan lain, maka saya akan memilih jalan Habib Hasan."
Sayyidi (Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi) berkata: Ketika Habib Ahmad bin Muhammad Al-Muhdhar keluar dari Dau`an untuk berziarah ke Tarim dan 'Inat, serta Wadi Bin Rashid, dia singgah semalam di rumah keluarga Al-Bahar.
Anaknya, Muhammad, terkena demam tinggi hingga tidak sadarkan diri.
Ayahnya merasa khawatir dan keluar pada malam hari menuju makam Habib Hasan bin Shalih, yang merupakan guru spiritualnya.
Dia berdiri di depan makam dan berkata: "Demi keagungan Allah, jika demam tidak hilang dari anakku, Muhammad maka aku tidak akan beranjak sampai pagi di Khasyamir."
Pada akhir malam, anaknya berkeringat dan demamnya hilang.
Dia meminta makanan dan bangun pagi-pagi dengan keadaan segar seperti terlepas dari ikatan.
Mereka kemudian berangkat dari tempat itu pada hari yang sama.
Habib Ahmad bin Muhammad Al-Mukhdhar mengatakan: "Ketika kami tiba di Mocha, Yaman, aku ditemani oleh Habib Abdullah bin Umar bin Yahya.
Kami mengunjungi makam Syaikh Ali bin Umar Al-Syadzili, dan Amir Mocha datang menemui kami.
Dia memiliki pandangan yang tidak baik tentang kami.
Ketika kami melihat sekitar makam, dia berkata: "Siapa mereka ini yang menyerupai penyembah berhala?"
Aku mengangkat kepalaku dan berkata kepadanya: "Kami adalah orang-orang yang mentauhidkan Allah dan menyembah-Nya, tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun.
Kami berdoa kepada Allah dan memohon ampunan-Nya untuk kami dan mereka (para wali yang dimakamkan di sana)."
Dia bertanya kepada kami: "Siapa kalian?"
Aku menjawab: "Kami adalah keturunan para sayyid Alawiyyin dari Hadramaut." (Tadzkir An-Nas, Al-Atthas Ahmad bin Hasan Al-Atthas, Zawiyah Al-'Idrus Al-Ilmiyah, hal.219-220).
ونذكر هنا فى مناسبة كلام سيدى في الرؤيا شيئا يسيرا مما ةجدنا في مجموعمن مرائيه التى هي عين الكشف, ولا تحصر لكثرتها بحسب المائة وألف وغالب الظن فيه,أنه كان يورى فيها بقوله رأيت كذا مقتديا بشيخه الحبيب صالح, إذ الرؤيا تقع بعين البصر وبعين البصيرة, والله أعلم بسريرته فنقول.
قال رضي الله عنه رأيت النبي صلى الله عليه وسلم فقلت له هل أنت راض يخرج سيدنا أحمد بن عيسى الى حضرموت, فقال انا افرح بكل ما يفرح به أحمد.
ورأيت مرة ازواجه صلى الله عليه وسلم ورضي الله عنهن مجتمعات فى مكان واردت ان ادخل انا ورجل كان معي فى الرؤيا يعني من غير اهل البيت, فقالت سيدتنا خديجة اما انت فادخل واما هذا الذي معك فليجلس من تحت لاننا نستحيه, فدخلت انا فرأيتها في صدر المجلس متقدمة على أزواجه صلى الله عليه وسلم ورضي عنهن
ورأيت كان القيامة قامت والناس في ارض واسعة القضاء ورأيت السيدة فاطمة الزهراء واولادها كلهم يتبعونها وهم قليل بالنسبة إلى اهل الموقف, واهل الموقف بعيدون عنا ولا اسمع الا ضوضاء الناس فمضت بهم حتى أتت الى باب من ابواب الجنة, فاستفتحت فلم يفتحوا لها الا من باب أخر عن يمين الباب الاصلى فى عرض الجدار, فدخلت فدخل أولادها كلهم, ثم رايت خزانة الجنة جالسين على محل مسطح فوق قوائم الابواب واعتابها العلياء, ثم قالت السيدة فاطمة لاولادها من منكم يريد يخرج بعين أبي فى الشفاعة, فخرج منهم جماعة.
Dan disini kami akan menyebutkan beberapa contoh mimpi yang dilihat oleh Sayyidi (Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi)
dalam tidurnya, yang merupakan bagian dari pengalaman spiritualnya yang tidak dapat dihitung banyaknya.
Kemungkinan besar, apa yang dilihatnya dalam mimpi itu adalah petunjuk dari Allah, seperti yang dilakukan oleh gurunya, Al-Habib Shalih.
Mimpi dapat terjadi dengan mata kepala atau dengan mata hati.
Wallahu a'lam bis sirrihi (Allah yang lebih tahu tentang rahasia hati).
Kami katakan: Beliau (Sayyidi) berkata: "Aku melihat Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dan aku bertanya kepadanya: 'Apakah engkau ridha jika Sayyidina Ahmad bin Isa pergi ke Hadramaut?'
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: 'Aku senang dengan apa yang membuat Ahmad (bin Isa) senang.'"
Beliau juga berkata: "Aku melihat istri-istri Nabi SShallallahu 'alaihi wa sallam, semoga Allah meridhoi mereka, berkumpul di suatu tempat.
Aku ingin masuk bersama seorang laki-laki yang bersama dengan aku dalam mimpi itu (yang bukan dari ahlul bait).
Sayyidah Khadijah berkata: 'Engkau boleh masuk, tapi orang yang bersama denganmu harus duduk di bawah karena kami malu kepadanya.'
Aku masuk dan melihat Sayyidah Khadijah duduk di depan majelis, lebih dulu daripada istri-istri Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang lain."
Beliau juga berkata: "Aku melihat kiamat telah terjadi dan manusia berada di padang Mahsyar yang luas.
Aku melihat Sayyidah Fatimah Az-Zahra dan anak-anaknya berjalan di belakangnya, meskipun mereka sedikit dibandingkan dengan jumlah manusia lainnya di padang Mahsyar.
Aku tidak mendengar apa-apa kecuali suara hiruk pikuk manusia.
Sayyidah Fatimah berjalan dengan anak-anaknya hingga tiba di pintu surga.
Pintu itu tidak dibuka untuknya kecuali dari pintu lain yang ada di sebelah kanan pintu utama, di dinding sebelah luar.
Lalu Sayyidah Fatimah dan anak-anaknya masuk ke dalam surga.
Aku melihat malaikat penjaga surga duduk di atas tempat yang tinggi di atas pintu-pintu surga.
Sayyidah Fatimah berkata kepada anak-anaknya: 'Siapa di antara kalian yang ingin keluar untuk memberi syafaat dengan izin ayah mereka?'
Lalu keluarlah sekelompok dari mereka (dzurriyahnya)." (Tadzkir An-Nas, Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Atthas, Zawiyah Al-'Idrus Al-Ilmiyah, hal.222-223). Wallahu a'lam
Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin
*والله الموفق الى أقوم الطريق*



.jpeg)

